Share

Bab 9

Mereka berdua sampai di tempat acara. Sekilas, mereka melihat Johnson membawa kotak hadiah. Pria itu mondar-mandir dan tampak cemas.

"Ayah." Emma berjalan mendekatinya.

“Kenapa kalian di sini?” Johnson terkejut.

Emma menunjuk Thomas, dan berkata, “Dia meminta teman-temannya untuk memberi kami dua undangan. Jadi, kami datang untuk melihat-lihat.”

"Dia bisa mendapatkan undangan?"

Thomas tersenyum sambil berkata, “Temanku saat aku masih menjadi tentara di Pantai Barat adalah teman baik penyelenggara upacara ini. Oleh karena itu, dia memberi aku dua undangan lewat orang dalam.”

Johnson mengangguk dan berkata, "Jadi begitu."

Emma bertanya, "Ayah, kenapa Ayah mondar-mandir di sini?"

Johnson mengerutkan kening dalam-dalam, dan berkata, “Ini karena hadiah. Aku sudah membeli bir Rhapsody. Tapi, masalahnya aku tidak berani memberikannya. Apa kamu tahu kalau harga bir ini cuma tiga dolar enam puluh sen per botolnya? Apa benar memberikan bir berkualitas rendah seperti ini?”

Thomas berkata, "Selama orang yang bertanggung jawab adalah pemimpin yang baik yang berbagi hidup dan mati dengan para tentaranya, dia pasti menyukai bir jenis ini."

"Semoga."

Pada saat itu, beberapa pria paruh baya berperut buncit datang. Pria yang berjalan di depan berkepala botak, dan berkacamata.

“Yo, Johnson, kebetulan sekali melihatmu di sini!”

"Oh, kamu, Mike!" Johnson menghadap Emma dan Thomas, dan berkata, "Dia rekanku, Michael Elon dari departemen pemasaran."

Emma langsung menyapanya.

Namun, yang bernama Paman Mike sebenarnya adalah musuh bebuyutan Johnson. Di permukaan, keduanya saling berhubungan baik. Nyatanya, sesekali mereka saling menghunuskan belati.

Mereka saling bersaing dalam banyak hal. Kali ini, secara diam-diam mereka bersaing untuk posisi yang sama.

Dapat dikatakan orang yang tampil lebih baik selama upacara suksesi kemungkinan besar akan dapat menekan yang lain dan menempati posisi sebagai wakil direktur.

Johnson pernah membahas soal Michael lebih dari sekali di rumah. Seringnya, pria tua itu tidak mengatakan hal baik tentang dirinya. Karena itu, Emma juga tidak menyukainya.

"Selamat pagi, Paman Mike," Emma berkata dengan dingin.

“Eh, Emma, ​​selamat pagi juga! Sudah lama, dan tiba-tiba kamu sudah besar.”

Michael menatap Emma dengan pandangan mesum. Dia menelan ludah, terlihat sangat cabul.

Emma merasa tidak nyaman. Dia mundur selangkah, memberi jalan bagi Thomas untuk berdiri di depannya.

"Siapa ini?" Michael menunjuk Thomas dan bertanya.

“Dia menantuku, Thomas Mayo,” jawab Johnson.

Michael sangat senang, dan berkata, “Oh, jadi dia si pecundang yang ayahnya menghilang, adik laki-lakinya bunuh diri, dan akhirnya bergantung pada mertuanya untuk bertahan hidup. Aku sudah dengar banyak tentangmu.”

Wajah Johnson dan Emma menjadi gelap pada saat bersamaan.

Michael tidak memedulikan perasaan Thomas, dan melanjutkan, “Johnson, aku penasaran bagaimana kau bisa tahan memiliki orang seperti ini di rumahmu dengan percuma? Kalau aku jadi kau, sudah lama aku akan mengusirnya dari rumah, dan membuat putriku menceraikannya. Terus terang, orang tua seperti aku akan menjadi menantu yang lebih baik daripada pecundang seperti dia."

“Mike!” Johnson berteriak keras.

Michael menjabat tangannya dan berkata, “Ck, ck, ck! Aku cuma bercanda. Ha ha! Ucapanku tidak perlu diambil hati. Aku masih punya urusan, jadi aku pergi dulu.”

Michael sengaja berjalan melewati Thomas. Dia secara provokatif meliriknya, lalu dia berbalik untuk melihat Emma yang ada di belakang suaminya. Pria tua itu menjilat bibirnya.

Tatapan matanya yang menjijikkan menyeringai cabul.

Pengikut Michael di belakangnya juga pergi.

Setelah mereka pergi, Emma menginjakkan kaki dengan keras, “Sampah! Sampah!"

Wajah Johnson menjadi gelap. Tentu saja, dia juga sangat marah. Namun, dia tidak berdaya.

Meskipun ucapan Michael keji dan tidak enak di telinga, dia harus mengakui kata-katanya ada benarnya.

Jika Johnson adalah orang lain, dia akan membiarkan putrinya menceraikan Thomas dan mengusir pecundang itu dari rumah. Johnson bahkan bertanya-tanya dalam hati apakah dia terlalu baik.

Johnson mau tak mau melirik Thomas. Dia mendengus. Kemudian, dia memutar kepalanya dan pergi.

Sedikit yang memperhatikan, pada saat itu, Thomas sudah mengamati siluet Michael dengan niatan membunuh.

Meskipun dia menikmati pertunjukkan pelawak, dia membenci siapa pun yang mengganggu istrinya.

Thomas tak memedulikan hal lain. Tetapi, beda halnya menyangkut soal Emma.

Emma Hill adalah satu-satunya ladang ranjau Thomas.

Saat seseorang memicu tabunya, orang itu pasti akan mati.

Thomas diam-diam mengeluarkan ponsel. Tidak diketahui siapa atau apa yang dia ketik, tetapi setelah beberapa saat, pria itu menyimpan ponselnya. Kemudian, dia bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi dan kembali ke sisi Emma.

"Upacara akan segera dimulai, ayo cari tempat duduk," kata Thomas.

"Oke."

Keduanya duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu undangan. Ketika tirai secara bertahap ditarik, pembawa acara memperkenalkan tamu kehormatan untuk upacara suksesi secara formal.

Akhirnya, petugas penanggung jawab yang misterius hendak muncul.

Sementara perhatian semua orang tertuju padanya, seorang pria muda dengan fisik yang kokoh, dan aura yang mengesankan berjalan keluar. Ketika dia berbicara, suaranya dalam dan bergema, dengan aura otoritas.

Saat itu, banyak gadis di tempat itu tertarik padanya.

“Dia benar-benar memenuhi reputasi sebagai komandan tingkat tertinggi di Pantai Barat. Dia setampan dewa surgawi.”

“Kalau aku menikah dengan pria seperti dia, aku akan bangun sambil tersenyum setiap malam. Selain itu, aku juga menginginkannya setiap malam.”

“Kalian memang tidak tahu malu! Apa kalian pikir pria seperti dia akan memperhatikan kalian semua?”

Di tengah percakapan, pria muda itu angkat bicara.

“Selamat siang tuan dan nyonya sekalian. Ijinkan aku memperkenalkan diri. Aku Samson Wood, petugas yang bertanggung jawab atas upacara suksesi.

“Pertama-tama, aku ingin menyampaikan permintaan maafku kepada semua orang. Sebenarnya, aku bukan panglima yang menangani penggabungan tiga distrik. Aku hanya bawahannya.”

Pada saat itu, banyak orang berteriak kaget.

'Bawahannya saja luar biasa, bukankah panglima itu akan lebih luar biasa?'

Samson melanjutkan, “Panglima sendiri lebih memilih untuk tetap rendah hati. Beliau tidak suka upacara seperti ini. Oleh karena itu, aku mewakilinya dalam upacara suksesi ini. Selanjutnya, pengumuman upacara resmi dimulai.”

Ketika Samson menyampaikan pidatonya di atas panggung, percakapan berlangsung di bawah panggung.

"Tidak mungkin, apa itu artinya panglima tidak berniat untuk muncul?"

"Itu keterlaluan, kan?"

“Ssst … Kecilkan suara kalian. Apa kalian masih mau hidup?! Apa kalian tidak mendengar Simson bilang kalau panglima tidak suka menyombongkan diri dan lebih memilih untuk tetap rendah hati?”

“Huh … Mengecewakan. Aku ingin tahu seperti apa rupa panglima itu.”

Di tengah obrolan banyak orang, Emma mendekatkan dirinya pada Thomas, dan berbisik di telinganya, “Kamu sudah menjadi tentara di Pantai Barat selama lima tahun, apa kamu bisa menebak siapa panglima itu? Dia terlihat seperti apa? Apa dia tampan?”

Thomas mengalihkan pandangannya, dan berkata, “Yah, sulit untuk mengatakannya. Lihat saja aku, sebagian besar prajurit hampir sama denganku.”

"Bagaimana kamu bisa membandingkan dirimu dengan panglima?"

"Bagaimana kalau aku lah si panglima?"

Emma memutar matanya ke arahnya, dan berkata, “Aku tidak mau bicara denganmu lagi. Kamu tidak serius.”

Thomas memandang Emma sambil tersenyum. Saat itu, dia mengetahui jika istrinya, yang asing baginya, sebenarnya juga sangat menggemaskan dan cantik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status