Share

Bab 15

Setelah Thomas menutup teleponnya, dia berkata acuh tak acuh, "Dia bilang dia akan mengantarkan dalam sepuluh menit."

“Pff! Kau tidak akan berhenti berpura-pura, ya?!”

Melvin menunjuk ke kepalanya, dan berkata, “Kalau kau bisa mendapatkan sekeranjang berlian, masing-masing sama dengan milikku, aku, Melvin Payne, akan memenggal kepalaku, dan memberikannya kepadamu sebagai kursi. Jika tidak, kau akan meninggalkan Emma."

Emma mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa yang kau katakan?!"

Melvin menatap Thomas, “Bagaimana? Kalau kau memang laki-laki, bagaimana kalau kau bertaruh denganku?"

Thomas terdiam.

Emma menarik lengan bajunya dan berkata, "Abaikan saja pelawak ini."

Melvin semakin percaya diri saat melihat Thomas terdiam.

"Ha ha! Kau tidak berani bertaruh denganku karena aku telah mengungkap kebohonganmu, kan?"

Thomas menggelengkan kepalanya, dan berkata, “Tidak. Aku hanya merasa agak berlebihan harus memenggal kepalamu karena masalah sepele seperti itu."

“Pah!” Melvin bangkit dan berkata, “Thomas, bisakah kau berhenti menyombongkan diri?! Aku tanya lagi, apa kau berani bertaruh denganku atau tidak?!"

"Baik. Mari kita bertaruh, kalau begitu.”

Melvin tersenyum bahagia. Dia tampaknya telah meramalkan perceraian Thomas dan Emma. Pada saat itu, telepon Thomas berdering lagi.

“Barang sudah sampai. Kalian tunggu aku sebentar."

Thomas berdiri dan berjalan keluar dari pintu. Melvin berteriak dari belakang, “Hei, kami semua menunggumu. Jangan mengambil keuntungan dengan menyelinap keluar!”

Emma dan Felicia berkeringat dingin begitu keduanya melihat siluet Thomas meninggalkan rumah.

Sekeranjang berlian?

Bahkan toko perhiasan terdekat tidak bisa mengeluarkan berlian sebanyak itu dalam waktu singkat, apalagi Thomas. Jika Thomas kalah taruhan kali ini, apakah dia akan benar-benar menceraikan Emma? Setelah beberapa saat, Thomas kembali.

Dia membawa sebuah keranjang dengan tangan kanannya. Bagian atas keranjang ditutupi dengan kain merah.

Thomas kembali ke tempat orang-orang ini. Dia meletakkan keranjang di atas meja kopi dan membuka kain merah. Ada banyak berlian yang mempesona seukuran telur angsa di dalamnya. Masing-masing berlian ini berkilau dan bening. Ukurannya lebih besar dari berlian milik Melvin. Karena keranjang ini penuh, kemungkinan ada ratusan berlian di dalamnya. Cahaya menyinari berlian dan memantulkan sinarnya sehingga membuat rumah menjadi berkilau indah.

"Tidak, itu tidak mungkin."

Melvin mengulurkan tangan untuk mengangkat berlian yang ada di atas. Dia ingin memeriksa apakah bagian bawah itu bantali dengan batu. Namun, dia dikejutkan dengan penemuannya. Selain bagian atas memang penuh dengan berlian, bagian bawah juga penuh. Satu keranjang ini benar-benar berisi berlian. Bahkan tidak ada batu yang ditemukan.

Felicia mengeluarkan beberapa berlian dan meletakkan mereka di telapak tangannya. Dengan hati-hati, dia mengamati berlian-berlian ini. Sebagai seorang wanita, dia lebih berpengetahuan dalam soal barang-barang seperti berlian. Setelah mengamati berulang-ulang, dia menyadari bahwa berlian-berlian ini memang asli.

"Luar biasa ... berapa harga sekeranjang berlian ini?

"Bahkan jika rata-rata harga masing-masing berlian ini tiga ratus ribu dolar, maka ratusan berlian ini akan menelan biaya setidaknya lebih dari tiga puluh juta dolar."

"Tom, apakah kau yakin kalau berlian ini dibuang dan berserakan di semua tempat di Pantai Barat?"

Thomas mengangkat bahu.

"Ya. Di Pantai Barat, semua orang hanya memedulikan makanan, minuman, dan pakaian. Batuan-batuan ini ada di seluruh jalan, dan telah lama menjadi pemandangan yang familer bagi kami."

Felicia bertanya dengan ragu, "Kalau begitu, kenapa tidak ada yang mengambilnya?"

"Kita mungkin bisa hidup ketika kita mengambilnya. Akan tetapi, kita mungkin tidak kembali hidup-hidup. Selain itu, akan sangat merepotkan untuk membawa hal-hal ini bersama kami. Kelangsungan hidup kami lebih diprioritaskan."

"Jadi, seperti itu."

Felicia menghela napas. Dia bertanya-tanya mengapa Thomas tidak membawa beberapa berlian ke rumah. Jika dia melakukannya, maka dia akan bisa jadi jutawan, kan?

Sebenarnya, jika Felicia tahu tentang jabatan Thomas dan properti yang dia miliki, dia tidak akan menghela napas seperti yang baru saja dia lakukan.

Keranjang berlian itu hanyalah setetes air di dalam ember dibandingkan dengan properti Thomas saat ini. Berlian itu hanya setetes air di lautan.

Wajah Melvin berubah berapi-api. Sebelumnya, dia bersumpah kalau Thomas telah membual. Entah bagaimana, dia benar-benar muncul dengan sekeranjang berlian. Melvin merasa wajahnya panas.

Emma mendengus, "Ngomong-ngomong, aku ingat kalau tadi ada yang bilang kalau dia akan memotong kepalanya untuk dijadikan kursi jika memang ada sekeranjang berlian, kan?"

Melvin menelan ludahnya.

"Itu ... itu hanya lelucon. Bagaimana kalian bisa menganggapnya serius?"

Thomas berkata dengan nada dingin, "sebagai pria sejati, bagaimana kau tidak bisa memenuhi janjimu sendiri?"

Melvin memandangi Thomas dengan tatapan dingin matanya. Dia menyeringai, dan menjulurkan lehernya ke depan, "Baiklah. Aku telan kata-kataku. Ayo, potong kepalaku!"

Emma berkata dengan nada jijik, "Bajingan!"

Tiba-tiba, Thomas memegang kepala Melvin dengan tangan kirinya dan menjepitnya ke meja kopi. Dia meraih pisau buah dengan tangan kanannya dan mengarahkan pisau itu pada leher Melvin dan dia memotong!

Suasana menjadi hening.

Saat Melvin melihat pisau itu akan memotong dirinya, kakinya menjadi lemah dalam sekejap. Terdengar suara benturan. Pisau buah itu semata-mata menelisir leher Melvin, dan tertancap langsung ke meja. Ujung pisau mengenai lehernya, meninggalkan luka dangkal dengan aliran darah di atas meja. Kepala Melvin terbaring di atas meja seperti kepala mayat. Dia tidak berani bergerak sama sekali.

Thomas berkata dengan suara dingin, "Lain kali, aku tidak akan melewatkannya. Pergi kau sekarang!"

"Baik, aku akan pergi sekarang."

Melvin berhenti membual. Dia bangkit kemudian menyentuh lehernya sambil berjalan menuju pintu. Dia hampir tersandung dan merangkak sambil berjalan keluar dari pintu masuk keluarga Hills. Di pintu, dia hampir menabrak Johnson, yang baru saja kembali dari membeli bahan-bahan makanan.

"Eh, Melvin, kenapa kau pergi dengan tergesa-gesa? Apa kau tidak ikut makan malam?" Johnson berteriak, bingung.

Melvin bahkan tidak melihat ke belakang. Dia melarikan diri secepat kilat. Johnson perlahan berjalan ke rumah, dan bertanya, "Apa ada sesuatu dengan Melvin?"

Felicia memutar matanya ke arah suaminya. Dia menjawab, "Melvin siapa? Bocah sampah. Di masa depan, jangan biarkan ada orang yang masuk rumah. Mataku sakit melihatnya."

"Uh ….”

Ketika Johnson memperhatikan bahwa ada sekeranjang berlian di atas meja, dia melongo.

"Apa ini?"

Felicia berkata, "Ngomong-ngomong, Tom, cepat kembalikan berlian ini ke temanmu. Kita tidak akan mampu mengkompensasi jika ada yang hilang."

Thomas mengangkat bahu, dan berkata, "Tidak apa-apa. Berlian ini juga diambil dari Pantai Barat."

"Kau tidak boleh begitu. Kau sebaiknya segera mengembalikannya. "

"Baik."

Thomas membawa keranjang itu keluar dan kembali ke rumah setelah beberapa menit. Dia tampak sedikit cemberut.

Felicia memperhatikan ada sesuatu yang aneh, jadi dia bertanya, "Tom, ada apa? Bukankah kau tadi baik-baik saja? Apa seseorang yang mengatakan sesuatu yang buruk tentangmu?"

Thomas menghela napas dan berkata, "Ayah, Ibu, Emma, aku ingin meminta bantuan kalian untuk hal ini."

"Katakan saja. Jangan sungkan dengan kami. "

“Lima hari lagi adalah hari ulang tahun Scott. Aku ingin mengundang kalian semua untuk menghadiri acara peringatan bersama."

Jonnhson berkata, "Kalau soal ini, kami pun tidak punya alasan untuk tidak hadir. Lagi pula, ayahmu dan aku adalah teman sekolah dan teman lama. Kau juga menantuku. Jangan khawatir, kita akan hadir bersama lima hari lagi."

"Terima kasih, Ayah. Aku akan menelepon kakek dan orang lain untuk memberi tahu mereka."

Johnson dan Felicia saling berpandangan.

Thomas berkata dengan suara yang dalam, "Adapun yang lain, aku pikir akan lebih baik kalau aku melupakan mereka."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status