Malam kembali menyelimuti alam, diangkasa, rembulan dan beberapa buah bintang tampak masih menemani sang malam dengan setia, kesunyian begitu terasa bila malam datang menjelang, hanya sesekali suara jangkrik dan binatang-binatang malam lainnya yang terdengar menggema dibeberapa tempat.
Nyala api unggun terlihat menyala terang didalam sebuah hutan, didekatnya tampak seorang bocah kecil yang terlihat asyik memandangi sebuah ayam yang terpanggang tepat diatas api unggun yang ada dihadapannya, beberapa kali terlihat sang bocah meneguk air liurnya sendiri membayangkan betapa lezatnya ayam panggang yang ada dihadapannya itu, rasanya sudah tidak lagi dia ingin segera mencicipinya, matanya tak pernah lepas dari ayam panggang yang ada dihadapannya.
“Bersabarlah Nandung, sebentar lagi juga matang”. ucap seorang pemuda yang sejak tadi tersenyum memperhatikan bocah kecil yang disebutnya dengan panggilan Nandung itu.
“Masih lama ya kang”. ucap bocah yang bernama Nandung i
“Siapa kang, tidak ada siapa-siapa.”. ucap Nandung lagi heran. Bintang hanya tersenyum seraya bangkit dan berjalan beberapa langkah kedepan. “Maaf, jika andika mau ikut bergabung dengan kami mari bergabung disini, kebetulan makanan kami terlalu banyak berlebih untuk kami berdua.”. ucap Bintang lagi sedikit keras hingga suara Bintang cukup menggema dikegelapan malam itu. Nandung ikut berdiri disebelah Bintang seraya menatap kearah pohon yang kini dituju oleh Bintang, tetap tidak ada seorangpun disana. “Siapa sih kang. ?”. ucap Nandung terlihat penasaran, tapi tiba-tiba saja raut wajah bocah ini berubah saat sesosok tubuh yang muncul keluar dari balik batang pohon besar itu, Nandung mencoba menyipitkan pandangannya untuk melihat lebih jelas karena malam cukup gelap saat itu untuk melihat dengan jelas. Akhirnya sosok berpakaian kuning itu terlihat berjalan mendekati sosok Bintang dan Nandung hingga akhirnya sosok itu tiba juga dihadapan Bintang dan Nandu
“Setahuku di kota raja ada sayembara adu kanuragan, kenapa andika tidak ke kota raja saja untuk melihatnya”. ucap sang gadis lagi. “Mungkin alasanku sama seperti dengan nisanak.”. ucap Bintang hingga mengejutkan sang gadis. “Maksud andika. ?”. “Ya, nisanak sendiri kenapa ada disini, bukankah seharusnya nisanak juga berada di kota raja”. jawab Bintang lagi hingga membuat sang gadis terdiam, apa yang diucapkan Bintang memang benar adanya. “Sebenarnya aku tengah mencari seseorang di pulau Bintan ini. ?”. ucap Bintang cepat saat melihat sang gadis terlihat terpojok dengan ucapannya tadi. “Seseorang, siapa ? mungkin aku mengenalnya ?”. ucap sang gadis cepat. Bintang terlihat terdiam, sebenarnya Bintang ragu untuk mengatakannya, karena Bintang sendiri belum tahu dan bagaimana keadaan orang-orang dipulau Bintan ini. “Aku dengar di kerajaan Bintan memilih seorang patih agul yang sangat terkenal kesaktiannya, dan dia telah mengundurkan diri dan
“Oh ya satu hal lagi, apakah aki tahu dimana letak Perguruan Tongkat Dewa. ?”. tanya Bintang lagi, pertanyaan Bintang kontak membuat wajah siaki berubah, bahkan Nandung ikut terkejut mendengar ucapan Bintang. Sementara si aki pemilik warung terlihat menatap Bintang dengan tatapan seksama. “Raden mencari siapa di Perguruan Tongkat Dewa. ?”. tanya siaki lagi, dari pertanyaannya jelas tersirat kecurigaan kepada Bintang. “Oh saya hanya ingin mencari Gusti Patih Suwandaru dan ingin menjadi muridnya ki”. jawab Bintang cepat untuk membuang kecurigaan. “Oh, kalau begitu baiklah, Perguruan Tongkat Dewa berada disebelah selatan dari desa ini den, raden jalan lurus saja, nanti raden akan bertemu dengan sebuah bangunan besar yang ada tulisan “PERGURUAN TONGKAT DEWA”, nah itulah tempatnya”. ucap aki pemilik warung lagi. “Kalau begitu terima kasih ki”. jawab Bintang lagis seraya memberikan sesuatu kegenggaman tangan sang aki dan betapa terkejutnya siaki pemilik war
Beberapa hari berlalu sejak Bintang menjejakkan kakinya di Perguruan Tongkat Dewa dan selama berada di Perguruan Tongkat Dewa, belum pernah Bintang bertegur sapa dengan Ayuandira, gadis yang membuat Bintang kagum akan kecantikannya dan dari sikapnya yang begitu dingin, ternyata apa yang dikatakan oleh Rama Anggada memang tidak jauh berbeda tentang sikap Ayuandira yang begitu sangat dingin kepada setiap laki-laki, sikap angkuh dan sombong jelas terlihat dari perilakunya sehari-hari. Siang itu, seperti biasanya Bintang berjalan keluar dari kamarnya karena panasnya hawa dikamar itu, dan seperti biasa pemandangan siang itu di halaman perguruan itu tampak beberapa orang murid perguruan itu yang tengah berlatih dengan mengggunakan tongkat sebagai senjatanya. Tapi yang paling menarik perhatian Bintang bukan murid-murid Perguruan Tongkat Dewa yang tengah berlatih tersebut, melainkan pelatihnya yang tak lain adalah Ayuandira sendiri yang saat itu tampak tengah memperlihatkan jurus-ju
“Sepertinya suara itu berasal dari halaman belakang perguruan”. batin Bintang lagi seraya memutuskan untuk mencari tahu. Maka Bintangpun segera melangkahkan kakinya menuju ke halaman belakang perguruan dan tak lama kemudian, dapatlah Bintang melihat sosok seorang gadis mengenakan pakaian serba putih yang tengah berlatih sendirian dengan menggunakan tongkat ditangan kanannya. Gadis yang dikenal Bintang dengan nama Ayuandira, putri Gusti Patih Suwandaru. Setelah cukup lama memperhatikan sosok Ayuandira yang tengah berlatih, entah kenapa tiba-tiba saja dibenak Bintang timbul niat untuk sebuah rencana, maka Bintangpun segera berlalu dari tempat itu untuk menjalankan rencananya. Sementara itu kini kita lihat sosok Ayuandira yang terus melatih ilmu kanuragannya dengan jurus-jurus dahsyat Tongkat Dewa Pengemisnya, keringat tampak sudah membanjiri wajah dan tubuhnya, tapi Ayuandira tampak masih dengan begitu bersemangat melatih jurus-jurus tongkatnya. “Awas serangan
“Tapi aku tak butuh bantuanmu, aku bisa sendiri menyempurnakannya”. ucap Ayuandira tiba-tiba terbalik dan ingin melangkah pergi. “Tunggu Ayuandira!”. terdengar suara Bintang dibelakangnya dengan keras, dan terlihat Ayuandira menghentikan langkahnya walau tidak membalikkan tubuhnya. “Aku sudah merasakan sendiri bagaimana hebatnya jurus Tongkat Dewa Pengemismu, jika kau ingin lebih menyempurnakannya kau harus membagi tenagamu, seimbangkan kekuatan tangan dan kedua kakimu, saat kau memutar tongkat ditanganmu, lepaskan seluruh tenagamu pada kedua kakimu dengan begitu seranganmu akan menjadi berlipat-lipat kekuatannya.”. terdengar suara Bintang dibelakangnya, dan selanjutnya Ayuandira kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Bintang yang terlihat hanya menarik napas panjangnya. Tapi Bintang cukup puas malam itu, dan bibir Bintang terlihat tersenyum saat teringat akan dirinya dan Ayuandira yang tadi berpelukan setengah bergulingan ditanah. Bintang masih
“Oh, tak kusangka akhirnya Benua mengangkat seorang murid juga, sudah ayo kita bicara didalam saja.”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi seraya mengajak Bintang untuk masuk. Mereka semuanyapun segera masuk menuju keruang pertemuan. Di ruang pertemuan. “Bagaimana dengan kabar gurumu itu Bintang.. ?” “Guru baik-baik saja gusti.” “Syukurlah, sudah lama sekali aku tak bertemu dengan gurumu. Oh ya aku ingin memperkenalkanmu pada putraku, ini putra pertamaku”. ucap Gusti Patih Suwandaru seraya menunjuk kearah laki-laki berkumis yang ada didekatnya. “Namanya Jaka Laksono”. jelas Gusti Patih Suwandaru lagi, dan Bintang segera menjura hormat yang segera dibalas oleh lelaki yang disebut bernama Jaka Laksono itu. “Dialah sekarang yang menjadi guru diperguruan ini..”. sambung Gusti Patih Suwandaru lagi. “Dan yang bersamanya itu adalah menantuku, namanya Ratih Kumala”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi memperkenalkan wanita yang berada disebelah
“Benar, luka ini memang bukan disebabkan oleh pukulan, tapi disebabkan oleh Racun Golok Hantu” ucap Daru cepat “Racun Golok Hantu”. ulang Bintang heran. Maka untuk menjelaskan rasa keheranan Bintang, Darupun mulai menceritakan tentang pertarungan terakhir disayembara yang diadakan dikota raja, dimana saat itu Daru harus menghadapi peserta lainnya yang merupakan murid dari Perguruan Golok Hantu yang bernama Dayungkara, hingga Bintang tahu jalan ceritanya dan yang menjadi pemenang tahun ini adalah murid dari Perguruan Golok Hantu yang bernama Dayungkara tersebut. Sementara Bintang masih terus memeriksa keadaan luka yang diderita oleh Daru. “Bagaimana Bintang, apakah masih bisa diobati. ?”. ucap Ki Lanang lagi, sementara itu didekatnya Ayuandirapun terlihat tak sabar mendengar jawaban Bintang. “Mudah-mudahan saja bisa ki, hanya saja saya memerlukan beberapa bahan untuk dibuat ramuan obat”. ucap Bintang lagi. “Tidak masalah, dipasar tradi