Beberapa hari berlalu sejak Bintang menjejakkan kakinya di Perguruan Tongkat Dewa dan selama berada di Perguruan Tongkat Dewa, belum pernah Bintang bertegur sapa dengan Ayuandira, gadis yang membuat Bintang kagum akan kecantikannya dan dari sikapnya yang begitu dingin, ternyata apa yang dikatakan oleh Rama Anggada memang tidak jauh berbeda tentang sikap Ayuandira yang begitu sangat dingin kepada setiap laki-laki, sikap angkuh dan sombong jelas terlihat dari perilakunya sehari-hari.
Siang itu, seperti biasanya Bintang berjalan keluar dari kamarnya karena panasnya hawa dikamar itu, dan seperti biasa pemandangan siang itu di halaman perguruan itu tampak beberapa orang murid perguruan itu yang tengah berlatih dengan mengggunakan tongkat sebagai senjatanya. Tapi yang paling menarik perhatian Bintang bukan murid-murid Perguruan Tongkat Dewa yang tengah berlatih tersebut, melainkan pelatihnya yang tak lain adalah Ayuandira sendiri yang saat itu tampak tengah memperlihatkan jurus-ju
“Sepertinya suara itu berasal dari halaman belakang perguruan”. batin Bintang lagi seraya memutuskan untuk mencari tahu. Maka Bintangpun segera melangkahkan kakinya menuju ke halaman belakang perguruan dan tak lama kemudian, dapatlah Bintang melihat sosok seorang gadis mengenakan pakaian serba putih yang tengah berlatih sendirian dengan menggunakan tongkat ditangan kanannya. Gadis yang dikenal Bintang dengan nama Ayuandira, putri Gusti Patih Suwandaru. Setelah cukup lama memperhatikan sosok Ayuandira yang tengah berlatih, entah kenapa tiba-tiba saja dibenak Bintang timbul niat untuk sebuah rencana, maka Bintangpun segera berlalu dari tempat itu untuk menjalankan rencananya. Sementara itu kini kita lihat sosok Ayuandira yang terus melatih ilmu kanuragannya dengan jurus-jurus dahsyat Tongkat Dewa Pengemisnya, keringat tampak sudah membanjiri wajah dan tubuhnya, tapi Ayuandira tampak masih dengan begitu bersemangat melatih jurus-jurus tongkatnya. “Awas serangan
“Tapi aku tak butuh bantuanmu, aku bisa sendiri menyempurnakannya”. ucap Ayuandira tiba-tiba terbalik dan ingin melangkah pergi. “Tunggu Ayuandira!”. terdengar suara Bintang dibelakangnya dengan keras, dan terlihat Ayuandira menghentikan langkahnya walau tidak membalikkan tubuhnya. “Aku sudah merasakan sendiri bagaimana hebatnya jurus Tongkat Dewa Pengemismu, jika kau ingin lebih menyempurnakannya kau harus membagi tenagamu, seimbangkan kekuatan tangan dan kedua kakimu, saat kau memutar tongkat ditanganmu, lepaskan seluruh tenagamu pada kedua kakimu dengan begitu seranganmu akan menjadi berlipat-lipat kekuatannya.”. terdengar suara Bintang dibelakangnya, dan selanjutnya Ayuandira kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Bintang yang terlihat hanya menarik napas panjangnya. Tapi Bintang cukup puas malam itu, dan bibir Bintang terlihat tersenyum saat teringat akan dirinya dan Ayuandira yang tadi berpelukan setengah bergulingan ditanah. Bintang masih
“Oh, tak kusangka akhirnya Benua mengangkat seorang murid juga, sudah ayo kita bicara didalam saja.”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi seraya mengajak Bintang untuk masuk. Mereka semuanyapun segera masuk menuju keruang pertemuan. Di ruang pertemuan. “Bagaimana dengan kabar gurumu itu Bintang.. ?” “Guru baik-baik saja gusti.” “Syukurlah, sudah lama sekali aku tak bertemu dengan gurumu. Oh ya aku ingin memperkenalkanmu pada putraku, ini putra pertamaku”. ucap Gusti Patih Suwandaru seraya menunjuk kearah laki-laki berkumis yang ada didekatnya. “Namanya Jaka Laksono”. jelas Gusti Patih Suwandaru lagi, dan Bintang segera menjura hormat yang segera dibalas oleh lelaki yang disebut bernama Jaka Laksono itu. “Dialah sekarang yang menjadi guru diperguruan ini..”. sambung Gusti Patih Suwandaru lagi. “Dan yang bersamanya itu adalah menantuku, namanya Ratih Kumala”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi memperkenalkan wanita yang berada disebelah
“Benar, luka ini memang bukan disebabkan oleh pukulan, tapi disebabkan oleh Racun Golok Hantu” ucap Daru cepat “Racun Golok Hantu”. ulang Bintang heran. Maka untuk menjelaskan rasa keheranan Bintang, Darupun mulai menceritakan tentang pertarungan terakhir disayembara yang diadakan dikota raja, dimana saat itu Daru harus menghadapi peserta lainnya yang merupakan murid dari Perguruan Golok Hantu yang bernama Dayungkara, hingga Bintang tahu jalan ceritanya dan yang menjadi pemenang tahun ini adalah murid dari Perguruan Golok Hantu yang bernama Dayungkara tersebut. Sementara Bintang masih terus memeriksa keadaan luka yang diderita oleh Daru. “Bagaimana Bintang, apakah masih bisa diobati. ?”. ucap Ki Lanang lagi, sementara itu didekatnya Ayuandirapun terlihat tak sabar mendengar jawaban Bintang. “Mudah-mudahan saja bisa ki, hanya saja saya memerlukan beberapa bahan untuk dibuat ramuan obat”. ucap Bintang lagi. “Tidak masalah, dipasar tradi
“Jangan ikut campur urusanku andika kalau kau tidak ingin celaka”. ucap lelaki itu lagi mengancam, tapi yang diancam justru mengumbar senyum. “Aku tidak bermaksud mencampuri urusan kalian, tapi saat ini aku bersamanya, karena kau telah menganggunya, terpaksa aku harus ikut campur. Rasanya kurang pantas seorang laki-laki terhormat sepertimu menganggu seorang wanita”. ucap Bintang lagi, ucapan yang begitu tajam dan pedas itu cukup membuat wajah lelaki ini memerah, apalagi saat itu diwarung tersebut cukup banyak pengunjungnya, hingga rasa malu yang begitu diremehkan membuat lelaki ini semakin gusar. “Aku sudah selesai, mari kita pergi dari sini kakang”. ucap Ayuandira tiba-tiba, Bintang mengangguk dan keduanya segera bangkit berdiri, setelah membayar pesanannya, Bintang dan Ayuandira segera melangkah keluar. Tapi langkah keduanya terhenti saat tiba-tiba saja ke-5 orang lelaki yang sejak tadi hanya duduk langsung berdiri menghalangi langkah mereka. “Kau k
“Trang....trangg....trangg...”. beberapa kali terjadi benturan dikedua senjata hingga menimbulkan percikan bunga api, tapi kedua belah pihak justru semakin memperhebat serangan mereka, mungkin diantara semua yang melihat hal pertarungan itu, hanya Bintang yang kelihatan gelisah, selain mengkhawatirkan Ayuandira, Bintang juga mulai merasa tidak enak dengan semakin ramainya masyarakat kota raja yang memenuhi tempat itu untuk menyaksikan pertarungan itu. Dengan menggunakan golok sebagai senjata mereka, kini ke-4 murid Perguruan Golok Hantu mampu mengimbangi setiap serangan yang dilancarkan oleh Ayuandira, bahkan beberapa kali serangan mereka hampir saja melukai Ayuandira. Memasuki jurus ke-34, tiba-tiba saja sosok Ayuandira melompat mundur kebelakang, tapi begitu kedua kakinya menyentuh tanah, tubuh Ayuandira terlihat melesat keudara, dan diudara. “Tongkat Dewa Pengemis Menggebah Bukit heaa...... wusshhh.”. Ayuandira melepaskan salah satu pukulan tongka
Siang itu matahari bersinar dengan teriknya, panasnya yang terik serasa membakar dikulit, rasa gerah dan panas bercampur menjadi satu, hal inilah yang mungkin membuat bagi sebagian mahluk diatas permukaan bumi ini lebih memilih untuk mencari tempat-tempat teduh guna berlindung dari teriknya sinar sang mentari. Tapi hal sebaliknya justru terjadi disebuah negeri yang bernama Negeri Bintan, panasnya sinar terik sang matahari tampak tidak begitu mempengaruhi kerumunan puluhan orang yang tampak memadati sebuah jalan dikota raja itu, begitu ramainya sampai tempat itu penuh dengan jejalan manusia, apa yang terjadi sebenarnya ? hingga mereka rela berpanas dan berdesak-desakan memenuhi tempat itu. Rupanya ada sesuatu yang amat menarik perhatian yang kini ada dihadapan mereka, yaitu sebuah pertarungan sengit antara seorang gadis berwarna nan jelita, mengenakan pakaian berwarna merah jambu yang membungkus sekujur tubuhnya yang padat semampai, gadis ini tampak menggunakan sebatang tongkat pendek
“Wuuttt...”. dan tiba-tiba saja Dayungkara melemparkan tongkat ditangannya kearah Bintang dan Ayuandira dan tongkat itu melesat bagaikan panah yang terlepas dari busurnya. Walaupun suara riuh tempat itu begitu bergemuruh, tapi pendengaran Bintang yang tajam dapat mendengar suara desiran halus itu dengan jelas, maka ; “Tappp......”. tanpa menoleh, tangan Bintang berhasil menangkap benda yang tadi dilemparkan oleh Dayungkara yang ternyata adalah tongkat Ayuandira, dan Ayuandira sangat terkejut saat baru menyadari kalau Bintang telah berhasil menangkap tongkat yang tadi dilemparkan oleh Dayungkara. Dan Bintang segera menyerahkan tongkat itu ketangan Ayuandira. “Sudah kuduga kau pasti memiliki kepandaian andika, kuharap kau tak keberatan untuk memperlihatkannya padaku”. ucap sebuah suara yang membuat wajah Bintang dan Ayuandira terlihat berpaling, dan rupanya memang Dayungkara yang berucap tadi. “Maaf, ilmu kanuragan yang saya pelajari hanya untuk menjaga diri saya saja, tidak untuk dip