Saat malam semakin larut, Bintang baru kembali ke kotaraja dan saat Bintang tiba dikamarnya, ternyata Gwang sudah menunggunya.
“Kakak..” ucap Gwang langsung memeluk Bintang yang baru saja masuk kekamarnya. Bintang tersenyum dan membalas pelukan hangat itu.
“Kita berangkat malam ini juga Gwang” ucap Bintang tiba-tiba hingga membuat wajah Gwang berubah terkejut, tapi sesaat kemudian wajah Gwang sudah kembali tersenyum.
“Baik kak..” ucap Gwang mantap. Gwang tampak segera mempersiapkan segala sesuatunya, sementara Bintang sendiri tampak duduk dimeja lalu kemudian menulis sesuatu diatas sehelai kertas.
Malam itu, dengan mengandalkan kecepatan dan ilmu peringan tubuh yang sudah mencapai taraf sempurna, Bintang dan Gwang meninggalkan kotaraja utara. Berkelebat cepat di kegelapan malam.
Saat tiba disebuah padang rumput yang cukup luas, Bintang menghentikan larinya, Gwang yang ada disebelahnya ikut berhenti.
&ldquo
ALIRAN LOUCHA. Pagi itu, Dewa Iblis tengah menikmati makan paginya bersama Roro Putri Srikandi dimeja panjangnya. Dewa Iblis duduk diujung kiri, sedangkan Roro diujung kanannya. Tak ada banyak hal yang keduanya bicarakan, masing-masing sibuk dengan kesibukannya masing-masing menyantap sarapan yang terhidang dihadapan mereka. Hanya sesekali Dewa Iblis tampak mencuri-curi pandang pada sosok jelita Roro yang ada duduk jauh dihadapannya.“Bleepp...!” sosok Fuma Kotaro tiba-tiba saja muncul dihadapan Dewa Iblis dan Roro. Fuma Kotaro terlihat langsung menjura hormat.“Hamba membawa berita yang sangat penting terkait perang utara dan selatan ketua” ucap Fuma Kotaro hingga membuat wajah Dewa Iblis berubah, sementara wajah Roro masih biasa-biasa saja.“Juga kabar mengenai Ksatria Pengembara..” ucap Fuma Kotaro, kali ini Roro tampak menghentikan makannya.Lalu Fuma Kotaropun menceritakan tentang peperangan yang terjadi, wajah Ror
Achhhh...!”. Tiba-tiba saja Bintang dikejutkan oleh keberadaannya dirinya yang tiba-tiba saja berada disebuah puncak bukit yang keadaannya sangat terang benderang. Kebingungan dan keterkejutan Bintang segera menjadi pemikiran dipikiran Bintang, karena seingat Bintang beberapa saat yang lalu dia masih berada bersama Gwang didalam goa tempat Asura Kaji dan keadaanpun sudah malam, sekarang tiba-tiba saja Bintang sudah berada disebuah tempat yang keadaannya begitu terang benderang, dan saat Bintang menatap kearah langit, tak terlihat matahari yang bersinar terang menerangi alam, hanya saja keadaan alam ditempat itu begitu terang bagaikan siang hari. “Dimana ini?” “Tempat apa ini?” Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang dibenak Bintang seraya memperhatikan keadaan alam disekitar tempat itu. “Graaauuuum..!” tiba-tiba saja sebuah auman dahsyat terdengardari bawah puncak bukit. “Graaauuuum..!” “Graaauuuum..!” “Graaauuuum..!” Kembali auman itu terdengar, kali ini terdengar semakin banyak
Mata tajam singa perkasa yang memang adalah King tampak menatap kearah Bintang dengan tatapan tajam, aura dahsyat terpancar dari sosok King. Bintangpun diam-diam mempersiapkan dirinya untuk menerima segala kemungkinan yang akan terjadi.Tapi tiba-tiba saja wajah Bintang berubah saat tiba-tiba saja King tampak merendahkan sosoknya, King tampak menjura hormat dihadapan Bintang. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan Bintang.“Terimalah sembah hormatku dan para pengikutku tuan” lagi-lagi wajah Bintang berubah saat sosok King mengeluarkan suara.“Kau bisa bicara?” tanya Bintang“Hanya kepada tuanku” ucap King singkat“Angkat kepalamu!” ucap Bintang tegas. King singa perkasa tampak mengangkat kepalanya, demikian juga singa-singa yang lain yang adalah pengikutnya.“Siapa namamu?”“KING...”“King, kenapa kau memanggilku tuan?”“Bukankah kau
PAGI ITU Aliran Loucha tampak berjalan seperti biasanya. Aktivitas para ninja penjaga wilayah Aliran Loucha juga tampak seperti biasanya. Dibeberapa tempat di benteng Aliran Loucha tampak beberapa perbaikan tengah dilakukan, kerusakan yang diakibatkan oleh serangan Shinanai.“Dhuarr !! dhuarr !! dhuarr !! dhuarr..!”Tiba-tiba saja wilayah Aliran Loucha dilanda ledakan-ledakan dahsyat yang langsung membuat Aliran Loucha siaga 1. Dewa Iblis yang langsung terbangun segera memerintahkan Fuma Kotaro untuk menyelidiki apa yang terjadi.“Dhuarr !! dhuarr !! dhuarr !! dhuarr..!”Kembali terdengar ledakan-ledakan dahsyat yang kali ini suaranya sudah begitu sangat dekat dengan benteng Aliran Loucha.Dewa Iblis, Fuma Kotaro, Iblis Tangan Besi dan Iblis Seribu Wajah tampak keluar dari Istana Loucha, didepan Istana Loucha sudah tampak berdiri dua sosok anggota klan a
Hebatnya, asura Tomeo sedikitpun tak menghindari serangan tinju dahsyat Dewa Iblis. Tapi wajah Dewa Iblis tiba-tiba berubah saat tinjunya tiba-tiba saja menembus sosok Tomeo yang telah berubah menjadi bayangan. Bahkan bukan saja melewati tinju Dewa Iblis, bahkan tubuh Dewa Iblispun mampu dilewati Tomeo dengan bayangannya.“Jadi kau yang sudah membunuh kakakku” ucap Tomeo yang kini sudah berdiri angker dihadapan Roro. Roro sempat kaget melihat kemampuan lawannya yang bisa menjadi bayangan sehingga serangan apapun bisa dilewatinya, tapi ;“Benar, aku yang membunuh kakakmu” ucap Roro tak gentar.“Kalau begitu kau harus membayar dengan nyawamu..!” ucap Tomeo lagi seraya melayangkan serangannya kearah Roro.Roro bukanlah wanita lemah yang bisa diserang begitu saja, saat Tomeo bergerak menyerangnya, Roro bergerak lebih dulu dengan melayangkan satu pukulan telapak yang mengandung gelombang hawa panas lahar gunung bromo. TA
“Ha ha ha..! bukan aku yang akan melawanmu Dewa Iblis” ucap Tomeo lagi hingga membuat Dewa Iblis heran.Tomeo sendiri tampak melakukan beberapa gerakan jutsu ditangannya, terakhir Tomeo terlihat menggores telapak tangannya hingga berdarah, dan ;“Tappp...!” dengan tiba-tiba saja Tomeo memukulkan kedua telapak tangannya ketanah.“Brussshhh...!” dihadapan Tomeo, dari dalam tanah, muncul sebuah peti mati yang kini sudah berdiri dihadapan Dewa Iblis dan yang lain. Entah kenapa suasana tiba-tiba saja berubah mencekam.“Kreaaakkk...” pintu peti mati terbuka, dan ;“Shinanai...!” semua terkejut, semua terkesima karena didalam peti mati tersebut terdapat sesosok tubuh atau mayat Shinanai. Dan semua semakin terkejut saat tiba-tiba saja kedua mata Shinanai yang tadi tertutup tiba-tiba saja terbuka, tapi yang mengerikan dari kedua mata Shinanai adalah semuanya berwarna hitam tanpa ada putihnya
“Gerbang air....heaaa..!” tiba-tiba saja Sakana mengeluarkan jutsunya, sebuah kubus air terbentuk yang langsung membesar dan meringkupi tubuh Fuma Kotaro, Iblis Tangan Besi dan Iblis Seribu Wajah, hal yang terjadi secara tiba-tiba ini tentu saja mengejutkan Fuma Kotaro, Iblis Tangan Besi dan Iblis Seribu Wajah yang tak sempat menghindar, hingga ketiganya masuk kedalam kubus air tersebut.“Kalian bertiga bagianku...” ucap Sakana tersenyum melihat ketiga lawannya tak bisa menghindari jutsunya.“Tuan Tomeo.. aku serahkan nona cantik itu kepada tuan. Aku akan bertarung sepuasnya dengan ketiga orang ini” ucap Sakana lagi seraya mengerahkan jutrsunya kubus air untuk melayang tinggi keudara. Meninggalkan Tomeo dan Roro yang sudah kembali saling berhadapan.“Keluarkan anak panahmu yang telah membunuh kakakku Shinanai, nona. Aku ingin lihat, apa panahmu mampu membunuhku..” ucap Tomeo lagi dengan angkuhnya menepuk d
Beberapa lama ditunggu, tak ada yang terjadi pada sosok Tomeo, hal ini cukup mengejutkan Roro yang melihat tidak ada efek dari serangan Bintang Petaka yang selama ini selalu menjadi andalannya.“Hanya itu jurus andalanmu?” tanya Tomeo dengan sombong. Roro sendiri bingung melihat keunggulan jurus bayangan yang dimiliki lawannya.“Sekarang giliranku..!” ucap Tomeo lagi mempersiapkan serangannya.Roro tak ingin menyerah begitu saja, Selendang Naga yang melilit dipinggang rampingnya, diloloskannya dan digenggamnya dengan erat.“Cringg....cringg..” Tomeo menarik keluar kedua samurai miliknya dari warangkanya.“Hyyyattt..!”“Wuuutt....wuutttt..!” Tomeo mendahului menyerang kedepan.“Ekor naga, heaaa..!” Roro melepaskan serangan Selendang Naga, selendang merah ditangan Roro langsung memanjang kearah Tomeo.“Wuuuttt.!&rdquo