“Ha ha ha..! bukan aku yang akan melawanmu Dewa Iblis” ucap Tomeo lagi hingga membuat Dewa Iblis heran.
Tomeo sendiri tampak melakukan beberapa gerakan jutsu ditangannya, terakhir Tomeo terlihat menggores telapak tangannya hingga berdarah, dan ;
“Tappp...!” dengan tiba-tiba saja Tomeo memukulkan kedua telapak tangannya ketanah.
“Brussshhh...!” dihadapan Tomeo, dari dalam tanah, muncul sebuah peti mati yang kini sudah berdiri dihadapan Dewa Iblis dan yang lain. Entah kenapa suasana tiba-tiba saja berubah mencekam.
“Kreaaakkk...” pintu peti mati terbuka, dan ;
“Shinanai...!” semua terkejut, semua terkesima karena didalam peti mati tersebut terdapat sesosok tubuh atau mayat Shinanai. Dan semua semakin terkejut saat tiba-tiba saja kedua mata Shinanai yang tadi tertutup tiba-tiba saja terbuka, tapi yang mengerikan dari kedua mata Shinanai adalah semuanya berwarna hitam tanpa ada putihnya
“Gerbang air....heaaa..!” tiba-tiba saja Sakana mengeluarkan jutsunya, sebuah kubus air terbentuk yang langsung membesar dan meringkupi tubuh Fuma Kotaro, Iblis Tangan Besi dan Iblis Seribu Wajah, hal yang terjadi secara tiba-tiba ini tentu saja mengejutkan Fuma Kotaro, Iblis Tangan Besi dan Iblis Seribu Wajah yang tak sempat menghindar, hingga ketiganya masuk kedalam kubus air tersebut.“Kalian bertiga bagianku...” ucap Sakana tersenyum melihat ketiga lawannya tak bisa menghindari jutsunya.“Tuan Tomeo.. aku serahkan nona cantik itu kepada tuan. Aku akan bertarung sepuasnya dengan ketiga orang ini” ucap Sakana lagi seraya mengerahkan jutrsunya kubus air untuk melayang tinggi keudara. Meninggalkan Tomeo dan Roro yang sudah kembali saling berhadapan.“Keluarkan anak panahmu yang telah membunuh kakakku Shinanai, nona. Aku ingin lihat, apa panahmu mampu membunuhku..” ucap Tomeo lagi dengan angkuhnya menepuk d
Beberapa lama ditunggu, tak ada yang terjadi pada sosok Tomeo, hal ini cukup mengejutkan Roro yang melihat tidak ada efek dari serangan Bintang Petaka yang selama ini selalu menjadi andalannya.“Hanya itu jurus andalanmu?” tanya Tomeo dengan sombong. Roro sendiri bingung melihat keunggulan jurus bayangan yang dimiliki lawannya.“Sekarang giliranku..!” ucap Tomeo lagi mempersiapkan serangannya.Roro tak ingin menyerah begitu saja, Selendang Naga yang melilit dipinggang rampingnya, diloloskannya dan digenggamnya dengan erat.“Cringg....cringg..” Tomeo menarik keluar kedua samurai miliknya dari warangkanya.“Hyyyattt..!”“Wuuutt....wuutttt..!” Tomeo mendahului menyerang kedepan.“Ekor naga, heaaa..!” Roro melepaskan serangan Selendang Naga, selendang merah ditangan Roro langsung memanjang kearah Tomeo.“Wuuuttt.!&rdquo
Kita kembali ke pertarungan Roro dan Tomeo yang masih berlangsung sengit, tapi serangan sia-sia yang dilakukan oleh Roro membuat lama kelamaan Roro mulai terdesak oleh serangan-serangan Tomeo, walaupun Roro berusaha menjaga pertarungan dengan jarak jauhnya karena keunggulan selendang naga yang dimiliknya, tapi lama kelamaan Tomeo mampu semakin mendekati sosok Roro.“Blleeegaaarrrr..!” sebuah ledakan dahsyat terdengar dari kejauhan, tapi seakan tidak diperdulikan oleh Tomeo yang tetap meneruskan serangannya kearah Roro.“Wuuuttt...wuuuttt..!” Tomeo menyabetkan serangan samurainya kearah Roro. Kali ini Roro terpaksa harus berguling-gulingan ditanah untuk menghindarinya.Roro terus bergulingan ditanah untuk menghindari serangan lawannya, sampai tiba-tiba saja Roro merasakan serangan lawannya berhenti.Saat Roro menghentikan gulingan tubuhnya, benar saja, serangan lawannya telah berhenti, tapi wajah Roro berubah, serangan lawannya buka
Tomeo yang tidak menggunakan jutsu bayangannya rupanya menjadi perhatian Roro dan Fuma secara bersamaan.“Hemm.. apakah Tomeo takut bila menggunakan jutsu bayangannya, sharinganku dapat melihat kelemahannya” batin Fuma lagi mencoba menganalisa situasi yang terjadi saat ini.Pertarungan keduanya berlangsung sengit tanpa ada yang mau mengalah, hingga puluhan jurus terlewati.“Fuma menyingkirlah..!” tiba-tiba saja sebuah teriakan keras terdengar memperingatkan Fuma. Dari suaranya Fuma tau kalau yang berteriak adalah Roro. Fuma langsung melompat mundur.”Settt...! settt...! settt...!” bersamaan dengan itu, puluhan anak panah tampak jatuh dari langit kebawah bagaikan hujan panah.Rupanya ditempatnya, Roro telah melepaskan salah satu jurus Busur Panah Gandiwanya, yaitu Hujan Panah. Sejak tadi Roro berusaha mencari kesempatan untuk membantu Fuma, rupanya Roropun ikut menganalisa kenapa sampai lawannya tidak me
MATAHARI sudah mulai condong ke ufuk barat, sore sudah datang menjelang, tapi pertarungan di wilayah Aliran Loucha masih berlangsung sengit. Sosok Tomeo terlihat terus menghimpun tenaga, tubuhnya mengeluarkan aura putih yang semakin lama semakin terang.“Serr..” sosok Dewa Iblis sudah tiba ditempat itu dan terkejut melihat Roro yang tak bisa bangkit dari jatuhnya. Dewa Iblis segera mendekat. Fuma Kotaro terlihat langsung menjura hormat padanya.Dewa Iblis sendiri terlihat langsung memeriksa keadaan Roro, dapat dilihatnya luka parah di paha Roro. Tapi darah sudah berhenti mengalir, karena Roro telah menotoknya tadi.“Kau tidak apa-apa Roro?” tanya Dewa Iblis lagi.“Aku tidak apa-apa” ucap Roro singkat.Dewa Iblis terlihat menatap kearah Fuma.“Fuma.. Dimana Iblis Tangan Besi dan Iblis Seribu Wajah?” tanya Dewa Iblis lagi. Fuma Kotaro terlihat menarik nafas panjang.“Mereka
“Dimana Tomeo?” tanya Dewa Iblis cepat saat tak melihat sosok Tomeo lagi ditempat itu.“Diatas ketua!” ucap Fuma menunjuk kearah atas. Dewa Iblis dan Roro ikut menatap keatas, terlihat sosok Tomeo tampak berdiri gagah diatas kepala Kitsune.“Crasshhh..!” dengan santai Tomeo tampak mencabut panah yang menancap didadanya.“Apa yang harus kita lakukan sekarang ketua?” tanya Fuma kepada Dewa Iblis. Dewa Iblis sendiri tampak bingung dan menatap kearah Roro.“Aku akan melawannya, cepat kau selamatkan Roro pergi dari tempat ini sejauh mungkin” ucap Dewa Iblis cepat.“Tidak..!” terdengar suara Roro, dibelakang Roro terlihat mencoba bangkit dengan bantuan busur panah sebagai tumpuannya.”Kita hadapi bersama” ucap Roro dengan penuh semangat.“Aku masih punya pusaka yang mungkin bisa membunuh hewan itu” ucap Roro lagi terlihat mengangkat tangan kanannya keata
“Menghindar..!” ucap Dewa Iblis memperingatkan serangan yang datang, sosok Dewa Iblis yang berada diudara bersama Fuma segera bergerak menghindar. Hingga sambaran gelombang suara dahsyat itu hanya lewat ditengah-tengah mereka.“Wuuuttt.....wuuuttt....wuuuttt..!” belum lagi Dewa Iblis dan Fuma bersiap, Kitsuni telah melayangkan ekor-ekornya yang berjumlah sembilan untuk menyerang Dewa Iblis dan Fuma hingga mau tak mau, Dewa Iblis dan Fuma kembali bergerak cepat untuk menghindar.Kini pertarungan tak seimbangpun itu terjadi dengan dahsyat, Tomeo dengan perintahnya, membuat Kitsuni melancarkan serangannya dengan dahsyat, baik dengan gelombang suara dahsyat maupun dengan ekor sembilannya. Hal ini membuat Dewa Iblis dan Fuma semakin kewalahan.Berkali-kali Dewa Iblis dan Fuma melepaskan serangan pamungkas mereka, tapi sepertinya benar-benar tak berarti bagi Kitsuni.“Panah nagapasa, melesatlah..!” tiba-tiba saja seb
“Hentikan King! hentikan..!” teriak Tomeo memeringatkan King.“Grrraaauuuummm..!” ucapan Tomeo justru dibalas auman dahsyat oleh King. Gelombang angin dahsyat tercipta dari auman King.“Ghhhaarrkk..!” Kitsuni balas berteriak keras sehingga juga menimbulkan gelombang angin dahsyat.“Blllaarrrrrr..!” dua gelombang angin dahsyat bertemu ditengah-tengah hingga menimbulkan ledakan yang cukup dahsyat.Kitsuni tak berhenti begitu saja, dengan ekor sembilannya Kitsuni menyerang kearah King.“Wussshhh..!” King terbang keudara untuk menghindari serangan ekor Kitsuni. Diudara, King dengan cepat menghimpun bijuu damanya.Kitsunipun tak mau kalah, bola energi bijuu dama dikerahkan. Kedua bijuu dama terlihat semakin lama semakin besar.Sementara itu ; “Sayang.. Ayo kita tinggalkan tempat ini dulu” terdengar suara lembut Bintang kepada Roro yang masih