Aku terus mencari kak Aluna dan akhirnya aku bisa melihat kak Aluna. Aku berusaha berlari lebih cepat lagi supaya tidak kehilangan jejak kak Aluna. Sampai saat aku semakin aku dekat. Aku hampir tertabrak oleh seseorang saat ku berlari di jalan. Kak Labuan berhenti berlari dan mendekati aku. Tapi saat mobil itu mulai berhenti, kak Aluna langsung berlari kembali.
"Ah! Kak Aluna, kenapa tidak menghampiri aku? Aku takut dan berteriak. Tapi kak Aluna tidak berhenti." kataku dengan sangat terkejut.
Mobil itu berhenti dan langsung menghampiri aku.
"Maafkan saya, saya sungguh tidak sengaja melakukan itu. Apa kamu terluka? Ayo masuk saya antar ke ruang sakit." Kata pria itu.
"Tidak apa apa, permisi saya harus mengejar seseorang." kataku sambil pergi.
Dia menahan dan mengajak aku masuk ke dalam mobil supaya dapat mengobati tangan aku yang terluka. Aku menolak dan dia tetap memaksa. Dia merasa ingin bertanggung jawab terhadap aku.
"Saya antar saja dan saya harus bertanggung jawab. Kamu terluka disebabkan oleh saya. Biar saya obati." Kata pria itu.
"Tidak perlu, saya sungguh harus mengejar seseorang." Kataku.
"Kamu mengejar siapa sampai lelah seperti itu?" tanya pria itu.
"Kakak saya." Jawabku.
"Begitu, kenapa dia tidak berhenti berlari disaat kamu jatuh?" tanya pria itu.
"Ada sedikit kesalahpahaman diantara kami berdua." Jawabku.
Tanpa sadar aku mengatakan itu terjadp orang asing.
"Saya mohon, saya obati luka kamu. Kita tidak perlu ke rumah sakit tapi setidaknya saya obati tangan kamu itu. Itu terlihat cukup sakit." Kata pria itu.
"Baik, terima kasih." Kataku.
Saat dia mengobati luka di tangan aku, aku terus memperhatikan wajah dia. Tapi aku tidak ingat siapa dia.
"Terima kasih sudah mengobati saya. Saya permisi harus pergi dengan cepat." Kataku.
"Biar saya antar kamu saja. Kamu ingin pergi ke mana?" tanya pria itu.
"Tidak perlu, terima kasih." Jawabku.
"Kenapa? Saya ini bukan orang jahat, kamu tidak perlu khawatir." Kata pria itu.
"Bukan begitu, saya harus mengejar kakak saya." Kataku.
"Baik, saya antar saja. Saya akan membawa mobil dengan cepat. Kamu bisa tunjukkan arahnya." Kata pria itu.
"Baik, saya bersedia." Kataku.
Dia mengantar aku untuk terus mencari kak Aluna. Saat aku bisa melihat kakak aku, aku meminta dia untuk berhenti dan tidak perlu mengantar aku lagi.
"Sudah berhenti! Terima kasih." Kataku.
"Saya antar kamu ke sana." Kata pria itu
"Tidak perlu, saya bisa sendiri. Luka di tangan saya juga tidak terlalu parah." Kataku.
"Baik kalau begitu." Kata pria itu.
Aku mengejar kak Aluna dan pria itu mengikuti aku dari belakang. Aku mulai memikirkan perkataan kak Aluna jika aku tidak boleh terlalu dekat dengan orang asing. Aku mulai merasa takut terhadap orang Asing Itu. Lalu, aku bertanya kepada dia.
"Kenapa kamu mengikuti saya?" tanyaku.
"Maafkan saya, saya hanya ingin memeriksa kamu saja. Saya tidak memiliki niat buruk. Saya minta maaf jika saya lancang." Kata pria itu.
"Saya sudah mengatakan kepada anda untuk tidak mengikuti saya. Saya tidak apa apa." Kataku.
"Daya mohon izinkan saya mengikuti kamu, saya hanya ingin memastikan keadaan kamu saja." Kata pria itu.
Pria itu tetap ingin mengantar aku untuk menemui kak Aluna. Saat aku berhasil mengejar kak Aluna, aku meminta pria itu untuk tidak mengikuti kamu. Tapi dia tetap mendengarkan pembicaraan kami dari jauh.
"Kak! Aku mohon jangan pergi lagi. Kakak harus mendengar penjelasan aku sekarang." Kataku.
"Tidak perlu, tidak ada yang dijelaskan lagi. Sudah kemauan lebih baik menghabiskan waktu dengan Andri supaya kamu dan dia terbiasa bersama. Kalau tidak apa apa." Kata Aluna.
"Kakak haru percaya terhadap aku, aku kan meyakinkan semua orang jgn UK membatalkan perjodohan aku dengan kak Andri. Aku tidak mungkin merebut kekasih kakak aku sendiri." Kataku.
"Tidak bisa, kamu tidak akan bisa mengubah keputusan nenek. Ketika nenek telah membuka keputusan dia tidak akan pernah merubah itu." Kata Aluna.
"Aku yang akan merubah itu. Aku tidak dalam menikah dengan kak Andri. Aku memang belum memiliki seorang kekasih tapi aku tidak akan bersikap jahat terhadap kakak aku sendiri. Aku akan membuat mereka semua menerima kakak sebagai kekasih kak Andri. Kakak harus percaya terhadap aku." Kataku.
"Tapi bagaimana caranya?" tanya Aluna.
"Aku akan terus berbicara dengan mereka semua. Saat minggu depan mereka akan datang lagi ke rumah. Dan sebelum itu, aku akan terus meyakinkan mereka semua. Aku janji terhadap kakak. Aku mohon pulang bersama aku." Kataku.
"Tidak, aku tidak akan pulang ke rumah. Aku ingin pergi." Kata Aluna.
"Aku minta maaf, kak." Kataku.
"Sudah hentikan! Ini semua salah kamu. Aku tidak akan seperti ini jika kamu memiliki kekasih. Aku sudah mengatakan terhadap kamu untuk mencari seorang pria. Jika kamu sudah memiliki pria yang kamu cintai, ini tidak akan pernah terjadi. Hubungan aku tidak akan hancur denagn Andri." Kata Aluna.
Semua yang dikatakan oleh kak Aluna mengatakan benar. Semua ini salah aku, jika aku memiliki kekasih aku tidak akan menghancurkan hubungan mereka berdua. Aku memang buka aduk yang baik. Seharusnya ini tidak terjadi dan pertemuan itu adalah sebuah laamaran untuk kak Aluna. Tapi karena aku semua menjadi berantakan. Aku harus bagaimana ini. Aku tidak dapat membujuk kakak untuk pulang.
"Maafkan aku kak, benar yang dikatakan oleh kakak. Ini semua salah aku terlalu fokus bekerja sampai belum mencari pasangan. Aku memang terlalu mementingkan pekerjaan dibandingkan percintaan. Tapi kakak harus tahu satu hal, kakak dan semua keluarga aku adalah hal terpenting untuk aku. Aku akan melakukan apa pun supaya perjodohan itu batal. Pernikahan yang terjadi adalah pernikahan kalian berdua bukan aku. Aku akan mencari pasangan secepatnya. Aku janji itu." Kataku.
"Kamu sungguh akan melakukan itu?" tanya Aluna.
"Apa aku tidak serius tentang keluarga aku? Aku selalu memutuskan sesuatu yang sangat serius untuk kalian semua." Jawabku.
"Baik, aku akan pulang dengan kamu." Kata Aluna.
"Terima kasih sudah berusaha percaya terhadap aku. Aku janji itu terhadap kakak. Dari dahulu, kakak memang selalu mengalah untuk aku. Tapi saat ini aku tidak akan membiarkan kakak mengalah dan menyerahkan kak Andri kepada wanita lain. Hanya kakak yang boleh bersanding dengan kak Andri." Kataku.
"Terima kasih, kamu memang dik terbaik aku." Kata Aluna.
Kami pulang bersama ke rumah. Meski kak Aluna tidak terlihat siap dan takut bertemu dengan nenek. Takut kau terus membujuk dia supaya tetap masuk ke dalam rumah. Pasti mama susah menunggu kami berdua.
Kami sampai di depan rumah, pria itu mengikuti kami sampai di depan rumah."Jadi ini rumah wanita itu." Kata pria itu sambil bergegas pergi dari depan rumah aku.Saat kami masuk ke dalam rumah, semua orang sudah menunggu kami di ruang tamu."Akhirnya kalian berdua pulang juga, mama sangat khawatir sekali." Kata mama."Mama tenang saja, aku sudah berjanji membawa kakak pulang. Jadi, aku pastikan kakak pulang dengan aku." Kataku."Terima kasih, Mia!" Kata mama."Tidak masalah, aku pasti akan Membawa kakak pulang ke rumah. Sebab ini adalah rumah dia bukan tempat lain." Kataku."Kamu memang selalu bisa diandalkan. Aluna, kamu sudah membuat papa khawatir saja." Kata papa."Mama juga sangat khawatir terhadap kamu, mama sampai tidak bisa tenang dan terus memikirkan keberadaan kamu dari tadi." Kata mama."Aku ingin masuk ke kamar." kata Aluna sambil pergi ke kamu tidur.Kak Aluna
"Apa? Kamu terlalu percaya diri." Kata Aluna. "Jadi begitu, itu artinya aku tidak masalah bersama Mia." Kata Andri. "Bukan begitu, baik aku mengaku. Aku takut kehilangan kamu, Andri." Kata Aluna. "Begitu, kamu memang harus jujur terhadap perasaan kamu sendiri. Jika kamu menyukai atau tidak menyukai sesuatu, kamu harus mengatakan dengan sesungguhnya. Supaya tidak akan ada beban di hati kamu." Kata Andri. "Baik, kamu memang pria yang bijak." kata Aluna sambil tersenyum. "Tidak, kamu lebih bijak dari aku. Kamu itu wanita dewasa dan juga sangat pengertian. Aku senang dapat memiliki wanita seperti kamu. Aku harap kejadian kemarin tidak akan membuat aku berpisah dari kamu. Aku sangat menyayangi kamu, Aluna." Kata Andri. "Sudah, aku ingin syuting." Kata Aluna. "Baik, aku akan kembali nanti malam." Kata Andri. "Apa? Kamu akan menjemput aku nanti malam?" tanya Aluna sambil tidak percaya.
Setelah selesai bekerja, aku langsung pergi makan siang bersama suster Wulan dan juga dokter Dirga."Ayo kita makan siang!" kata dokter Dirga."Baik, dokter." Kataku"Saya juga." Kata suster Wulan.Setelah selesai makan siang, aku melanjutkan kembali pekerjaan aku. Sebab masih banyak pasien yang harus ditangani. Lalu, ambulans datang membawa korban kecelakaan. Aku bersiap menangani pasien lagi."Ini ada korban yang baru, dokter Mia." Kata petugas ambulans."Segera bawa dia!" Kataku."Baik, dokter." Kata petugas ambulans.Petugas itu langsung membawa korban dan dibantu oleh suster lainnya. Semua pasien langsung dibawa ke ruangan. Aku bersiap memeriksa semua pasien itu. Banyak yang terluka parah."Dokter, periksa pasien di ruangan nomor 031 sekarang juga." Kata dokter Dirga."Tapi ini ada korban kecelakaan, dokter." Kataku."Utamakan pasien yang berada di ruangan itu, baru
"Tidak bisa kamu harus belajar mencintai Mia." Kata nenek."Nenek, jangan seperti itu." Kataku."Nenek, kenapa begitu terhadap aku? Aku ini juga cucu neng bukan hanya Mia. Tapi nenek selalu mementingkan Mia dari pada aku." Kata Aluna."Sabar, sayang." Kata Andri."Tidak akan nenek izinkan kamu dengan Andri. Andri hanya akan menikah dengan Mia." Kata nenek."Nenek, aku mohon!" Kataku."Tidak bisa!" kata nenek sambil pergi ke kamar tidurnya."Sebaiknya saya pamit pulang." kata Andri sambil pegi dari rumah."Benar Andri, biar kami bisa menenangkan diri. Semoga nenek bisa mengubah keputusan dia." Kata mama."Terima kasih, tante!" Kata Andri.Kak Andri pulang dan kakak pergi ke kamar tidur dia. Aku langsung menemui kakak. Aku berusaha menjelaskan ini semua. Supaya kakak bisa mengerti dan percaya kepada aku. Aku harus segera mendapatkan pasangan supaya perjodohan ini dibat
Saat jam pulang, aku pergi ke lokasi syuting untuk menjemput kakak dan Tio."Mia!" Kata Aluna."Kakak! Tio!" Kataku."Aku pulang bersama kalian berdua." Kata Tio."Tentu saja, ayo ikut!" kataku.Akhirnya kami pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, nenek msih saja membahas perjodohan itu. Aku merasa sangat bersalah terhadap kakak. Aku tidak ingin hubungan kami seperti ini. Menjadi jauh dan juga tidak akur. Aku ingin seperti dahulu."Kami pulang." Kataku."Mia, kamu sudah pulang." Kata nenek."Kakak juga, nenek." Kataku."Baik, Aluna juga sudah pulang." Kata nenek.Kak Aluna hanya terdiam, pasti dia masih merasa dibedakan oleh nenek. Aku sungguh tidak ingin seperti ini."Kalian pasti lelah, duduk saja." Kata mama."Benar mama, aku dan kakak lelah sekali. Tadi banyak sekali pasien yang harus aku operasi seperti kemarin. Minggu ini aku mer
Sekarang sudah minggu depan, mereka akan segera tiba. Aku bingung sekali."Bagaimana? Kekasih kamu sudah mengetahui sekarang dia harus datang ke rumah." Kata Aluna."Benar, dia mengetahui." kataku sambil bingung."Apa dia akan datang kemari?" tanya Aluna."Pasti, dia akan datang." kataku sambil merasa bersalah kepada kakak."Kenapa kamu ini? Seperti tertekan dan juga bingung." Kata Aluna."Tidak apa apa, aku biasa saja." kataku sambil menghela nafas."Apa kamu yakin?" tanya Aluna."Terima saja, aku yakin sekali." Jawabku sambil bingung.Aku pergi ke belakang dapur dan menghubungi Wahyu sekarang. Aku terus menghubungi dia."Tapi bagaimana jika dia tidak dapat meyakinkan nenek. Itu sama saja memberi masalah baru terhadap aku. Aku akan semakin bingung dan gelisah. Sebaiknya aku jangan menghubungi dia. Tapi siapa yang harus aku hubungi?" tanyaku sambil bingung.Aku tida
"Begitu, padahal mama lebih menyukai jika kamu terbuka terhadap mama. Kamu itu sangat tertutup sekali. Kamu hanya memikirkan keadaan pasien saja." Kata mama. "Benar itu, papa pikir kamu sibuk bekerja di rumah sakit sampai hanya pasien yang kamu pikirkan." Kata papa. "Tidak juga, maaf jika aku terlalu sibuk." Kataku. "Di mana pertama kali kalian bertemu?" tanya nenek. "Masalah itu, kami bertemu di rumah sakit." Jawab Arya. "Pasti kamu salah satu pasien Mia. Benar, bukan?" tanya mama. "Benar, Mia ini dokter yang baik dan juga cantik." jawab Arya sambil melihat dia tersenyum kepada aku. Aku merasa sangat gugup dengan ini padahak aku ini bukan kenyataan. Tapi jantung aku berdebar. "Jadi, bagaimana ini? Perjodohan antara Andri dan juga Mia?" tanya mama Mayang. "Maaf tapi kedua anak kami menolak. Jadi, perjodohan ini saya batalkan." Kata nenek. "Syukurlah, akhiny
"Benarkah?" tanya Arya."Benar." Jawabku."Syukurlah, terima kasih dokter Mia yang cantik." kata Arya sambil tersenyum."Kenapa kamu mengetahui bahwa aku ini seorang dokter?" tanyaku sambil merasa heran."Tadi keluar kamu mengatakan jika kamu selalu memikirkan tentang keselamatan pasien saja. Jadi, aku mengira kamu itu seorang dokter. Ternyata benar, yang aku pikirkan." Jawab Arya."Benar, aku seorang dokter di rumah sakit Mawar." Kataku."Apa? Rumah sakit Mawar?" tanya Arya sambil terkejut."Benar, memangnya kenapa?" tanyaku."Itu rumah sakit biasa aku memeriksa tangan aku ini." Jawab Arya."Begitu, memangnya ada apa dengan tangan kamu?" tanyaku."Sering sakit sebab aku pernah jatuh." Jawab Arya.Sejenak aku mulai teringat dengan pasien seorang pria yang waktu itu aku periksa. Tenyata memang benar bahwa kak Arya adalah pria itu. Pasien yang selalu