Saat jam pulang, aku pergi ke lokasi syuting untuk menjemput kakak dan Tio.
"Mia!" Kata Aluna.
"Kakak! Tio!" Kataku.
"Aku pulang bersama kalian berdua." Kata Tio.
"Tentu saja, ayo ikut!" kataku.
Akhirnya kami pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, nenek msih saja membahas perjodohan itu. Aku merasa sangat bersalah terhadap kakak. Aku tidak ingin hubungan kami seperti ini. Menjadi jauh dan juga tidak akur. Aku ingin seperti dahulu.
"Kami pulang." Kataku.
"Mia, kamu sudah pulang." Kata nenek.
"Kakak juga, nenek." Kataku.
"Baik, Aluna juga sudah pulang." Kata nenek.
Kak Aluna hanya terdiam, pasti dia masih merasa dibedakan oleh nenek. Aku sungguh tidak ingin seperti ini.
"Kalian pasti lelah, duduk saja." Kata mama.
"Benar mama, aku dan kakak lelah sekali. Tadi banyak sekali pasien yang harus aku operasi seperti kemarin. Minggu ini aku mer
Sekarang sudah minggu depan, mereka akan segera tiba. Aku bingung sekali."Bagaimana? Kekasih kamu sudah mengetahui sekarang dia harus datang ke rumah." Kata Aluna."Benar, dia mengetahui." kataku sambil bingung."Apa dia akan datang kemari?" tanya Aluna."Pasti, dia akan datang." kataku sambil merasa bersalah kepada kakak."Kenapa kamu ini? Seperti tertekan dan juga bingung." Kata Aluna."Tidak apa apa, aku biasa saja." kataku sambil menghela nafas."Apa kamu yakin?" tanya Aluna."Terima saja, aku yakin sekali." Jawabku sambil bingung.Aku pergi ke belakang dapur dan menghubungi Wahyu sekarang. Aku terus menghubungi dia."Tapi bagaimana jika dia tidak dapat meyakinkan nenek. Itu sama saja memberi masalah baru terhadap aku. Aku akan semakin bingung dan gelisah. Sebaiknya aku jangan menghubungi dia. Tapi siapa yang harus aku hubungi?" tanyaku sambil bingung.Aku tida
"Begitu, padahal mama lebih menyukai jika kamu terbuka terhadap mama. Kamu itu sangat tertutup sekali. Kamu hanya memikirkan keadaan pasien saja." Kata mama. "Benar itu, papa pikir kamu sibuk bekerja di rumah sakit sampai hanya pasien yang kamu pikirkan." Kata papa. "Tidak juga, maaf jika aku terlalu sibuk." Kataku. "Di mana pertama kali kalian bertemu?" tanya nenek. "Masalah itu, kami bertemu di rumah sakit." Jawab Arya. "Pasti kamu salah satu pasien Mia. Benar, bukan?" tanya mama. "Benar, Mia ini dokter yang baik dan juga cantik." jawab Arya sambil melihat dia tersenyum kepada aku. Aku merasa sangat gugup dengan ini padahak aku ini bukan kenyataan. Tapi jantung aku berdebar. "Jadi, bagaimana ini? Perjodohan antara Andri dan juga Mia?" tanya mama Mayang. "Maaf tapi kedua anak kami menolak. Jadi, perjodohan ini saya batalkan." Kata nenek. "Syukurlah, akhiny
"Benarkah?" tanya Arya."Benar." Jawabku."Syukurlah, terima kasih dokter Mia yang cantik." kata Arya sambil tersenyum."Kenapa kamu mengetahui bahwa aku ini seorang dokter?" tanyaku sambil merasa heran."Tadi keluar kamu mengatakan jika kamu selalu memikirkan tentang keselamatan pasien saja. Jadi, aku mengira kamu itu seorang dokter. Ternyata benar, yang aku pikirkan." Jawab Arya."Benar, aku seorang dokter di rumah sakit Mawar." Kataku."Apa? Rumah sakit Mawar?" tanya Arya sambil terkejut."Benar, memangnya kenapa?" tanyaku."Itu rumah sakit biasa aku memeriksa tangan aku ini." Jawab Arya."Begitu, memangnya ada apa dengan tangan kamu?" tanyaku."Sering sakit sebab aku pernah jatuh." Jawab Arya.Sejenak aku mulai teringat dengan pasien seorang pria yang waktu itu aku periksa. Tenyata memang benar bahwa kak Arya adalah pria itu. Pasien yang selalu
Seorang pria menghampiri kak Arya dan ternyata dia adalah papa kak Arya."Arya, Ayo kita pulang!" kata papa Arya."Ayo, papa!" Kata Arya."Siapa pria ini?" tanya papa Arya."Saya Andri, om." Jawab Andri."Kamu teman Arya?" tanya papa Arya."Saya adalah kekasih kakak wanita yang dicintai oleh Arya." Jawab Andri.Ayah Arya terlihat sangat terkejut saat kak Andri mengatakan bahwa Arya memiliki seorang kekasih. Dia mengetahui bahwa anaknya sedang sendiri."Jadi, kamu sudah memiliki kekasih?" tanya ayah Arya."Benar papa, maaf aku belum mengenalkan dia kepada papa. Lain kali aku akan membawa dia ke hadapan papa." Jawab Arya."Harus itu." Kata papa Arya."Saya permisi, om." Kata Andri."Silahkan." Kata papa Arya.Kak Andri pergi dari tempat itu. Mereka berdua juga pergi. Saat sampai di rumah, Arya langsung ditanya tentang wanita
Aku melanjutkan pekerjaan dan ada pasien yang mendadak kritis. Aku segera berlari menemui dan memeriksa keadaan dia."Apa yang terjadi ini?" tanyaku."Keadaan dia menjadi tidak stabil, dokter." Jawab suster Wulan."Kita harus segera menangani dia." kataku."Baik, dokter." Kata suster Wulan.Kak Aluna sedang syuting dan saat dia selagi adegan. Kak Hengky mendekati kak Aluna."Aluna, apa kamu masih menjalin hubungan dengan pria itu?" tanya Hengky."Tentu saja, kami juga sudah mendapatkan restu dari keluarga. Dan aku akan menunjukkan kepada keluarga dia bahwa aku bisa menjadi istimewa yang baik untuk Andri nanti." Jawab Aluna."Seandainya kita tidak berpisah." Kata Hengky."Sudah hentikan! Itu sudah masa lalu, apa yang terjadi sekarang harus tetap dijalani. Kamu tidak bisa menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Aku sudah bahagia dengan Andri. Kamu juga harus bahagia denga
Saat kami berdua sangat makan, dokter Dirga datang dan ikut bergabung dengan kami berdua."Apa saya boleh bergabung dengan kalian berdua?" tanya dokter Dirga."Tentu saja dokter, silahkan duduk." Jawabku."Apa yang sedang kamu makan, Mia?" tanya dokter Dirga"Saya sedang memakan nasi goreng." Jawabku."Apa saya boleh mencoba?" tanya dokter Dirga."Tentu saja, silahkan." Jawabku."Dokter pesan saja, jika mau menanamkan ini." Kata suster Wulan."Jangan begitu! Biarkan saja jika dokter ingin mencoba makanan aku." Kataku."Terima kasih, ini enak sekali. Apa kamu sering memakan ini?" tanya dokter Dirga."Tentu saja, ini enak sekali." Jawabku."Jika begitu aku akan memesan itu juga." Kata dokter Dirga."Baik, dokter." Kataku.Kak Aluna dan kak Andri pergi dari restoran. Kak Andri pergi ke kantor dia. Kakak juga kembali ke lokasi syuti
Saat aku ingin tidur, kakak masuk ke kamar tidur aku."Ada apa kakak?" tanyaku."Tidak apa apa, kakak hanya ingin masuk ke kamar tidur kamu saja. Apa tidak boleh kakak masuk kemari?" tanya Aluna."Tentu saja boleh, kenapa tidak?" tanyaku."Bagaimana dengan Arya?" tanya Aluna."Apa?" tanyaku sambil terkejut."Bagaimana dengan Arya? Hubungan kalian sudah seperti apa sekarang?" tanya Aluna."Baik, kami baik baik saja." jawabku sambil gugup."Begitu." kata Aluna sambil menatap aku penuh curiga."Kenapa kakak menatap aku seperti itu?" tanyaku."Tidak ada, kakak hanya melihat kamu saja." Jawab Aluna.Aku merasa jika kakak sih mulia curiga dengan hubungan aku dan kak Arya. Aku harus bagaimana ini, tidak mungkin aku jujur. Kakak pasti akan marah jika mengetahui yang sebenarnya terjadi. Aku juga tidak ingin perjodohan mereka sampai batal. Mereka berdua suda
"Apa yang berbeda? Aku seperti dokter yang lain." Kataku."Benar juga, kapan kamu memiliki waktu yang kosong?" tanya Arya."Memangnya kenapa?" tanyaku."Papa aku ingin bertemu dengan kamu." Jawab Arya.Aku terkejut mendengar itu sebab aku pikir bahwa aku tidak akan bertemu dengan keluarga dia."Kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak ingin bertemu dengan keluarga aku? Aku sudah bertemu keluarga kamu." kata Arya."Tidak, bukan aku tidak ingin entah dengan keluarga kak Arya tapi aku hanya terkejut. Kenapa keluarga kak Arya ingin bertemu dengan aku?" tanyaku."Aku juga tidak tahu." Jawab Arya."Begitu, besok aku libur." Kataku."Bagus itu, besok hari minggu." Kata Arya."Benar." Kataku.Aku tidak menyangka akan ada pertemuan selanjutnya dengan kak Arya. Dengan cara bertemu keluarga dia. Tapi aku merasa tidak enak terhadap kak Arya sebab ini bisa terjadi terha