Share

Seorang Anak Lelaki

 “Kakek! Tunggu aku! Bisakah kau berjalan sedikit lebih lambat? Kakek tahu kalau aku masih kecil dan tidak bisa mengikuti langkah orang dewasa.”

 “Haha! Maafkan kakek, aku tidak memperhatikan keberadaanmu. Ini adalah pertama kalinya kau ikut ke dalam hutan menebang kayu bukan? Aku sudah terbiasa sendiri dan jalanku memang lebih cepat. Aku tidak sabar menyantap hidangan buatan bibimu di rumah nanti.”

 “Kakek benar! Mengingat makanan bibi membuatku sangat lapar sekarang, tapi sayangnya jarak dari sini ke rumah masih lumayan jauh. Terlebih aku harus membawa rusa berat ini dengan tanganku yang masih kecil ini. Huhhh...”

 “Siapa juga yang memintamu memburu rusa itu? Niat kita bukan berburu di dalam hutan ini, melainkan hanya mencari ranting yang berjatuhan untuk dijadikan bahan bakar. Kau sendiri yang menyulitkan dirimu.”

 Pria kecil yang berdiri di belakang sosok pria paruh baya menatap ‘kakek’ itui dengan tatapan benci. Tapi kemudian dia berkata, “Kapan lagi akan ada Rusa Tanduk Emas yang bisa ditemukan? Mungkin karena aku sering memburunya, Rusa Tanduk Emas ini keberadaanya semakin sulit saja untuk dicari.”

 Seekor rusa bertanduk emas yang sudah mati dia pangku dipunggungnya. Melihat kakeknya yang hanya membawa sebongkah kayu kering membuatnya iri, haruskah dia menjadi tua terlebih dahulu untuk mendapatkan sedikit keringanan dalam hidupnya.

 Namun ketika dia memikirkan seorang wanita yang menunggu mereka di dalam rumah membuatnya bersemangat kembali. Membayangkan bibinya akan membuatkan hidangan daging rusa membuat perutnya keroncongan.

 Sepasang pria kecil dan kakek tua itu akhirnya sampai di depan rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Meski begitu rumah itu terlihat masih kokoh dan bisa bertahan di tengah cuaca ekstrim.

 Seorang wanita cantik menjentikkan tangannya dan tempat pembakaran yang semula padam kini kembali menyala. Dia mengalihkan tatapannya ke arah dua orang yang datang di waktu bersamaan, “Ayah, Hao Li! Kebetulan aku akan memasak. Oh? Apakah kau mendapatkan buruan Rusa Tanduk Emas di dalam hutan? Ukurannya lumayan besar, aku rasa daging rusa akan menjadi santapan yang sempurna hari ini.”

 “Bibi, kau memang hebat! Aku sangat ingin memakan sup daging rusa dan rusa panggang buatanmu. Aku sudah lupa kapan terakhir kali makan daging rusa setelah sekian lama,” Hao Li menempatkan mayat Rusa Tanduk Emas dibawah. Dia mengelap keringatnya yang sudah bercucuran deras sedari tadi.

 Wanita yang dipanggil ‘bibi’ oleh Hao Li memeriksa mayat rusa, dia mengambil pisau yang berada tepat di sisinya dan membelah dada rusa itu. Sebuah mutiara berwarna emas cerah terlihat, lalu dia memberikannya kepada Hao Li seraya berkata, “Bukankah baru minggu kemarin kau terakhir makan daging rusa? Apakah kau sudah pikun? Berlagak seperti tidak menemukan daging rusa selama bertahun-tahun.”

 Hao Li menerima mutiara emas dari bibinya lalu ia memakannya layaknya sebuah permen gula, “Emm... manis sekali. Mengapa gula ini terasa lebih mani dibandingkan dengan gula yang pernah aku makan? Bibi, aku akan kembali ke dalam hutan dan memburu beberapa hewan untuk dijadikan persediaan nanti.”

 Si kakek yang sedari tadi memperhatikan keduanya langsung melarang Hao Li, “Kemana kau akan pergi sendirian? Hutan ini dipenuhi dengan bahaya dan kau tidak bisa berkeliaran sendirian. Tunggu bibimu selesai memasak dan kalian bisa pergi berburu!”

 Walaupun Hao Li sering berpergian jauh ke dalam hutan, itu semua dia lakukan bersama bibinya. Pernah sekali Hao Li meminta izin kepada kakeknya untuk berburu sendirian, tapi kakeknya langsung melarangnya dan menceramahinya sehari semalam sampai membuat telinga Hao Li merah karena ocehannya yang amat panjang.

 Hao Li merenggut tidak setuju, umurnya sekarang menginjak usia 10 tapi kakeknya masih saja sering melarangnya melakukan banyak hal. Padahal dia yakin dengan kekuatannya sendiri, setidaknya dia bisa menghadapi Harimau Beracun sendirian.

 “Kakek, sampai kapan kau akan terus melarang melakukan ini dan itu. Aku juga ingin menjelajahi hutan sendirian!” ucap Hao Li sedikit menyentak kakeknya. Dia selalu membayangkan dunia yang begitu luas menunggunya diluaran sana, dia juga ingin menjadi seorang pengembara seperti isi dari dongeng yang selalu bibinya bacakan sebelum tidur.

 Pria paruh baya itu balas menatap Hao Li, kemudian dia menghela napasnya pelan, “Saat kau telah dewasa, saat itu aku tak akan melarangmu dan membiarkanmu berpergian ke mana saja kau mau. Aku sama sekali tak akan melarangnya.”

 Lagi. Kalimat itu selalu kakeknya lontarkan jika dia ingin berpergian sendirian. “Dewasa? Sekarang umurku sudah 10 tahun, setidaknya aku tahu mana yang benar dan mana yang salah. Aku tahu apa yang harus aku lakukan!”

 “Kakek tahu kau akan menjadi orang hebat nantinya. Tapi apa kau tahu betapa kejamnya dunia luar sana? Hukum rimba berlaku di dunia ini, yang kuat akan selalu menjadi pemenang dan yang lemah hanya bisa menerima nasibnya untuk diinjak-injak oleh orang lain. Berhadapan dengan binatang buas mungkin hanyalah masalah sepele bagimu, tapi bagaimana jika kau bertemu dengan orang lain yang sama sepertimu da kekuatannya lebih tinggi darimu? Saat itu hanya ada dua pilihan, kau bisa bebas atau kau bisa mati jika bersinggungan dengannya.”

 Mendengarkan ceramah kakeknya membuatnya kesal. Dia berjalan menghentakkan kakinya lalu memasuki rumah. Wajahnya benar-benar tidak enak dipandang.

 Wanita berparas cantik yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka berdua menggelengkan kepalanya pelan, “Mulai lagi...”

 ***

 Malam hari tiba, acara makan-makan yang seharusnya dinikmati malah dipenuhi kesuraman. Ming Wu masih enggan memulai pembicaraan dengan Hao Li, begitu juga sebaliknya. Ming Fei yang sudah terbiasa dengan sikap mereka hanya bisa membujuk mereka berbaikan, meski dia tahu semua usahanya itu tidak ada artinya.

 Ming Fei menatap pintu kamar Hao Li lalu menghembuskan napasnya pelan, “Hao Li, aku membawakan daging panggang yang kau inginkan. Mengapa kau tidak membuka pintu kamar dan memakannya?”

 Suara Hao Li terdengar dari dalam kamar, “Tidak perlu, kalian makan saja tanpaku. Aku tidak ingin.”

 “Baiklah, tapi bisakah kau membuka pintu untukku. Ada yang ingin aku katakan kepadamu, dan aku pikir kau harus tahu hal ini...”

 Hao Li yang ada di dalam kamar langsung menyingkapkan selimut kain yang menutupi seluruh tubuhnya, ia menyahut, “Apa maksud bibi?”

 “Buka pintu dan aku akan ceritakan semuanya.”

 Dengan enggan Hao Li membuka pintu kamarnya dan membiarkan Ming Fei memasuki kamarnya. Ming Fei mengambil posisi duduk di tepi ranjang, sedangkan Hao Li kembali menaiki ranjang, siap mendengarkan perkataan bibinya.

 Ming Fei menyimpan daging panggang di meja Hao Li.

 “Kau tahu mengapa kakekmu sangat melarang kau berpergian sendirian?”

 Menghadapi pertanyaan yag cukup rancu itu membuat Hao Li menggelengkan kepalanya.

 “10 tahun silam, kami berdua hidup dengan nyaman di dalam hutan ini, terkadang ayah akan menceritakan kisah asmaranya dengan ibu saat masih muda, terkadang kami juga saling marahan seperti kalian berdua sekarang. Tapi saat itu ada seorang wanita misterius membawa bayi digendongannya, dia hanya menyimpan bayi itu tepat di depan kami dan berkata, ‘Jaga dia sampai dia sendiri mampu menjaga dirinya sendiri’. Saat itu baik aku dan ayah terkejut, melihat wanita misterius itu menghilang begitu saja tanpa membawa kembali bayi yang semula digendongnya. Saat itu kami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.”

 Hao Li mendengarkan kata demi kata yang Ming Fei lontarkan. Baginya setiap kisah yang keluar dari mulut bibinya sama halnya seperti sebuah dongeng.

 Ming Fei melanjutkan ceritanya, “Saat itu kami tidak ada pilihan lain selain membawa bayi itu ke dalam rumah dan mengurusnya.”

 Tiba-tiba pertanyaan muncul dibenak Hao Li, “Lalu dimana dia?”

 Ming Fei tidak langsung menjawab, garis bibirnya membentuk senyuman, dia kemudian berkata, “Dia sekarang ada dihadapanku.”

 “Eh?”

 Hao Li kebingungan, dia tertegun sejenak, tidak lama kemudian dia berkata, “Apakah maksud bibi bayi yang ada dalam gendongan wanita misterius itu adalah aku?”

 Ming Fei membenarkan perkataan Hao Li dengan menganggukkan kepalanya ringan, “Benar. Kau adalah bayi itu. Nama Hao Li sendiri disematka di kalung yang kau pakai. Itu juga alasan mengapa nama marga kita berbeda.

 Hao Li terdiam. Sebelumnya dia udah megira kalau dia bukanlah keluarga kandung kakek dan bibinya, dia tidak sebodoh itu untuk percaya pada perkataan Ming Fei dan kakeknya sebelumnya bahwa dia adalah keluarganya. Nama marga yang berbeda adalah salah satu contohnya, kakeknya sendiri berusaha untuk mengarang cerita demi membuatnya percaya. Walau sebenarnya semua karangan cerita dia anggap angin lalu.

 Ia menundukkan kepalanya, asal-usulnya membuatnya dilanda keheranan. Siapa orang tuanya? Siapa ibunya? Siapa ayahnya? Apakah wanita misteriusitu adalah ibunya? 

 Salah satu alasan mengapa dia ingin berpergian sendirian yaitu dia ingin mencari jati dirinya sendiri. Dia juga berhak tahu siapa orang tuanya dan keluarganya.

 “Jika aku memang bukan keluarga kalian, mengapa kalian mengurus dan merawatku selama ini? Bukankah aku haya orang asing dikehidupan kalia berdua?” tanyanya ingin tahu.

 Ming Fei menggelengkan kepalanya seraya menghela napasnya pelan, “Tidak seperti itu. Kau adalah bagian dari keluarga kami, aku dan ayah tidak memiliki keluarga lain, maka dari itu kami memilih untuk tinggal di dalam hutan daripada di pedesaaan ataupun diperkotaan. Kami pikir saat itu mengambilmu sebagai bagian dari keluarga kami tidak ada salahnya, lagian kami memang kesepian hidup di dalam hutan berduaan.”

 Hao Li kembali bertanya, “Apa alasan bibi menceritakan semua ini?”

 “Tidak ada alasan khusus, aku hanya merasa kalau kau memang sudah seharusnya tahu. Siapa tahu kau ingin mencari kedua orang tuamu dan menemukan jari dirimu. Kau akan menjadi orang yang hebat nanti, tidak mustahil bagimu untuk berpergian mengelilingi dunia nantinya.”

 Mendengar perkataan bibinya membuat Hao Li tersenyum senang. Dia mendekatkan tubuhnhya kepada Ming Fei dan memeluk tangannya dari samping seraya berkata, “Bibi, aku janji tidak akan mengecewakan bibi nanti dan akan menjadi orang hebat seperti yang bibi inginkan. Aku juga aka memenuhi keinginan kakek...”

 Ming Fei mengelus pucuk kepala Hao Li penuh kasih, “Baiklah, aku dan kakekmu akan menunggu saat itu tiba.”

 ***

 Hari demi hari berlalu dengan cepat, hubungan Hao Li dan kakeknya sudah membaik beberapa hari yang lalu. Mereka kembali memulai aktivitas sehari-hari seperti biasa.

 Dalam beberapa hari ini juga, Ming Fei sebagai seorang kultivator terkadang mengajarkan Hao Li beberapa keterampilan dasar. Hao Li tentu saja dengan senang menerima semua pelajaran yang Ming Fei ajarkan. Baginya menjadi seorang kultivator adalah hal yang hebat.

 Suatu hari, Hao Li berada di tanah lapang yang dekat dengan rumahnya bersama dengan kedua orang yang disayanginya, bibi dan kakeknya. Ming Fei di sisi lain berusaha mengajarkan keterampilan tinju kepada Hao Li, sedangkan Ming Wu hanya memperhatikan sesi latihan mereka dari samping.

 “Tidak, bukan seperti itu. Jika kau menggunakan tinju itu pada orang biasa, mungkin itu akan berguna, tapi lain halnya jika kau berhadapan dengan seorang kultivator, dia akan bisa mengelak seranganmu dengan mudah. Gunakan intuisimu untuk memprediksi pergerakan lawan lalu saat lawanmu dalam posisi tidak menguntungkan, pukul titik vitalnya.”

 Ming Fei dengan sabar memberikan arahan kepada Hao Li, Ming Fei juga tahu tidak mungkin bagi Hao Li untuk langsung mahir menggunakan keterampilan bela diri dalam sehari saja. Pria kecil itu memerlukan proses, langkah demi langkah yang dilaluiya akan menentukan jalan apa yang pantas dilalui oleh Hao Li.

 Hao Li mendengarkan arahan dari Ming Fei dengan seksama. Dia kira mempelajari keterampilan dasar adalah hal yang mudah, namun nyatanya tidak. Bahkan setelah dia mengulangi gerakan yang sama puluhan kali, perubahan yang terjadi hanya sedikit. Bahkan tidak sampai mendekati penguasaan bibinya.

 Kepalan tangan kecilnya terus melemparkan serentetan serangan pada batang pohon yang ada di depannya. Terlihat ujung kepalannya yang sudah menciptakan goresan luka walau tidak sampai berdarah. Tubuhnya dia condongkan ke depan, seluruh tenaganya dia pusatkan pada tinjunya.

 Perlahan goresan yang diciptakannya pada batang pohon di depannya mulai bertambah, ketebalan batang pohon mulai menipis. Sampai pada tinju terakhirnya, batang pohon itu tumbang.

 Ming Wu bertepuk tangan, dia berkata, “Hebat! Kau bisa memotong pohon itu lebih singkat daripada seblelumnya. Tak lama lagi kau akan bisa menyaingi kemampuan bibimu.”

 Ming Fei juga ikut bertepuk tangan, sebenarnya ada kejutan muncul di dalam hatinya. Dia berpikir mungkin karena lingkungannya yang cukup keras, Hao Li lebih kuat dibandingkan dengan anak seumurannya. Tapi dia sama sekali tidak mengira dia akan sekuat itu.

 Dilihat dari kekuatan raganya saja, Hao Li bisa menyaingi seorang kultivator tahapan kedua Kondensasi Qi. Perlu diingat kalau Hao Li bahkan bukanlah seorang kultivator yang belum mengembangkan kekuatan Qi-nya.

 “Dia baru berusia 10 tahun amun kekuatan raganya setara dengan 200 jin, bahkan keterampilan Pukulan Musim Panas milikku saja dia sudah bisa mengembangkannya sampai di tahapan kesuksesan kecil. Saat itu aku perlu mempelajarinya beberapa bulan untuk sampai pada pemahaman seperti itu,” pikir Ming Fei kagum.

 “Bibi, aku rasa keterampilan yang kau ajarkan kepadaku sangat amat susah. Bahkan setelah berlatih selama dua minggu ini, kecepatanku dalam menebang batang pohon hanya berkurang 3 detik. Apakah tidak ada keterampilan yang lebih mudah untuk dikuasai?” tanya Hao Li. Dia melihat tangannya yang sudah memiliki banyak luka. Tapi saat dia melihat batang pohon yang dia tebang, hatinya merasa puas.

 “Hanya ini keterampilan dasar yang aku miliki. Kau bisa mempraktekannya sudah merupakan kemajuan yang sagat pesat. Kau mungkin tidak tahu, tiga detik dalam pertarungan bisa membalikkan keadaan. Seharusnya kau merasa senang karena bisa mempersingkat serangan,” jelas Ming Fei.

 Hao Li mengangkat kedua alisnya, raut kebingungan muncul di wajahnya, “Benarkah? Apakah tiga detik itu sangat berpengaruh?”

 Ming Fei dengan ringan menganggukkan kepalanya, membenarkan perkataan Hao Li.

 “Bibi, bisakah kau memberi tahu keterampilan macam apa yang kau berikan kepadaku? Mengapa itu begitu susah dipelajari?”

 “Itu adalah keterampilan Pukulan Musim Panas, keterampilan tingkat Bumi dan tidak semua orang dapat mempelajarinya secepat kamu. Bagaimanapun keterampilan tingkat Bumi berbeda dengan keterampilan tingkat tinggi. Mempelajarinya dalam waktu dua minggu dan sudah memahaminya sampai tahapan kesuksesan kecil adalah prestasi yang patut dibanggakan.”

 Ada berbagai jenis keterampilan bela diri yang bisa dikembangkan oleh kultivator, dan itu semua terbagi dalam enam tahapan, keterampilan tingkat rendah, menengah, tinggi, bumi, langit dan surga. Semua tahapan itu memiliki batasan mereka sendiri, terbagi dalam tiga tahapan, kesuksesan kecil, kesuksesan besar dan kesuksesan sempurna.

Sebagai salah satu keterampilan tingkat Bumi yang ada di Kekaisaran Mei, dapat memasuki pemahaman sampai tahapan kesuksesan kecil dalam waktu dua minggu saja adalah prestasi yang mungkin tidak akan mampu dilakukan oleh murid jenius dari semua sekte besar sekalipun.

Jika itu hanyalah keterampilan tingkat rendah atau menengah, mungkin Ming Fei dapat memakluminya karena itu memang hal wajar. Tapi keterampilan tingkat bumi? Bahka jika Ming Fei menceritakannya kepada orang lain, mereka akan meganggap Ming Fei orang gila.

Bagaimana bisa ada seseorang yang mampu memahami keterampilan tingkat bumi sampai tahapan kesuksesan kecil dalam waktu dua minggu? Itu sama saja dengan sebuah lelucon belaka.

Hao Li tidak memperhatikan Ming Fei dan Ming Wu yang masih terdiam. Dia meneruskan latihannya dan dia berhasil menebang beberapa pohon lagi dalam waktu satu jam. 

Setelah sesi latihan selesai mereka lakukan, mereka bertiga kembali ke rumah. Hao Li jalan lebih dulu, meninggalkan bibi dan kakeknya. Sedangkan kedua orang yang ditinggalkan sama sekali tidak perduli dengan langkah Hao Li yang lebih cepat dari mereka.

“Ayah, apakah masuk akal dapat memahami keterampilan bela diri tingkat bumi dalam waktu dua minggu? Ayah juga tahu bukan usahaku yang tiada habis selama beberapa bulan demi bisa memahami keterampilan Pukulan Musim Panas sampai tahapan kesuksesan kecil? Tapi Hao Li melakukannya dalam waktu dua minggu saja, bahkan tidak menginjak satu bula,” setiap kata yang dilontarkannya mengandung kegetiran. Dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini, dia pikir Hao Li akan memahami Pukulan Musim Panas paling singkat dalam waktu dua bulan, tapi ini...

Rasanya Ming Fei tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi guru Hao Li, mungkin dalam waktu beberapa tahun saja, keponakannya akan mampu menyaingi dirinya, atau bahkan melebihi dirinya. 

Ming Wu balas berkata, “Aku sendiri tidak mengira kalau dia akan begitu hebat. Tidak hanya pemahamannya yang luar biasa, aku akui kalau kekuatan tubuhnya juga setara dengan kultivator Kondensasi Qi tingkat dua. Dia bahkan bukan seorang kultivator, tapi membunuh binatang buas sama sekali tidak masalah baginya.”

Ming Fei menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya, Hao Li memang tidak bisa dideskripsikan dengan kata ‘jenius’, dia lebih luar biasa dari itu.

“Ayah, menurutku membiarkan Hao Li lebih lama tinggal disini hanya akan membuang-buang bakatnya. Dengan bakat alaminya yang luar biasa itu, dia bisa dengan mudah diterima oleh sekte atas.”

“Tidak! Sebelum dia menjadi lebih matang, aku melarangnya berpergian sendirian. Lagipula apa yang dia ketahui hanyalah keterampilan Pukulan Musim Panas, kau lupa masih ada banyak keterampilan yang lebih hebat daripada itu bukan diluaran sana? Ajarkan dia lebih ba--, tidak, aku sendiri yang akan menjadi gurunya mulai besok!”

Melihatnya ayahnya sangat menentang keputusannya membuatnya tidak bisa berbuat banyak. “Baiklah ayah, aku percaya dia akan melebihi harapan ayah. Dia akan memiliki masa depan yang baik...”

***

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, empat tahun berlalu begitu saja. Tidak terhitung sudah berapa kali matahari terbit dan tenggelam.

Suasana di rumah sederhana itu tetap seperti biasanya, hanya saja kali ini ada terlihat ada lebih banyak peralatan logam seperti pedang, tombak dan juga panah berjejer rapi di halama rumah.

Terlihat seorang remaja pria mengayunkan pedangnya dengan pola serangan yang sangat cepat tapi juga indah. Keringat bercucuran di dahinya, detak dan pola pernapasannya terdengar lebih cepat daripada biasanya.

Suara teriakan terdengar dari dalam rumah, “Hao Li! Kau sebaiknya istirahat dan makan terlebih dahulu. Aku memasakkan sayur kesukaanmu!” 

Mendengar teriakan Ming Fei membuatnya menghela napas pelan, “Sejak kapan aku menyukai sayuran? Aku ingin makan daging, bibi sebelumnya berjanji kepadaku akan memasakkan daging untukku!”

Ming Fei menyahut teriakan Hao Li kembali, “Apa aku pernah berjanji sebelumnya? Mengapa aku tidak ingat. Lagipula bukankah sekarang kau amat menyukai sayuran?”

“Itu karena bibi selalu menyiapkan sayuran setiap hari!”

Hao Li meletakkan pedang logamnya di tempatnya. Dia berjalan memasuki rumah, Ming Wu yang sedang menata kayu bakar di luar juga masuk ke dalam rumah.

Aroma rempah dari sup buatan Ming Fei tercium dari pintu masuk. Ming Wu dan Hao Li yang memang sudah lapar sedari tadi tanpa ragu langsung memakan hidangan yang disediakan oleh Ming Fei.

Tak lama kemudian makan-makan pun selesai, Ming Fei membereskan piring bekas makanan dan meletakannya di belakang untuk dicuci. Ming Wu di sisi lain mengalihkan pandangannya kepada Hao Li, dia berkata, “Hao Li, aku dengar akan ada perekrutan murid baru yang diadakan di pusat kota, apa kau ingin ikut serta?”

Hao Li tertegun, dia masih ingat saat terakhir kali kakeknya melarangnya berpergian sendirian. Walau itu sudah berlalu cukup lama, namun dia sama sekali tidak mengira kalau Ming Wu akan menawarkan ‘kebabasan’ kepadanya.

Tanpa merasa ragu sedikitpun, Hao Li menganggukkan kepalanya semangat, “Aku mau! Aku mau!"

Melihat betapa antusiasnya Hao Li membuatnya menggelengkan kepalanya pelan, “Baiklah, kalau begitu minggu depan kita akan pergi ke pusat kota untuk mendaftar. Aku yakin dengan kekuatanmu yang sekarang, kau tidak akan kalah dengan remaja seumuranmu.”

Hao Li berhambur memeluk kakeknya, dia sangat senang karena sekarang kakeknya membiarkannya berpergian sendirian. Hao Li benar-benar tidak menyangka kalau apa yang diinginkannya dari dulu akan terkabulkan sekarang.

“Terimakasih banyak kakek! Aku berjanji tidak akan mengecewakan kakek!” ucap Hao Li bersungguh-sungguh.

Ming Fei yang melihat semua itu dari samping hanya mengulas senyum indah di bibirnya. Dia ikut senang untuk Hao Li, dia tahu apa yang paling diinginkan Hao Li adalah ‘kebebasan’.

Tiba-tiba saja suara auman keras terdengar dari luar, Ming Wu, Ming Fei dan Hao Li melihat ke arah luar. Mereka melihat ada 12 Serigala Darah mengepung rumah mereka.

Hao Li menyunggingkan senyumnya saat melihat sekawanan Serigala Darah, akhirnya dia bisa mengadakan pesta malam ini.

“Kakek, bibi, biar aku yang urus mereka semua!”

Ming Wu dan Ming Fei menganggukkan kepalanya serentak, Ming Fei berkata, “Baiklah, tapi kau harus berhati-hati!”

Hao Li melambaikan tangannya santai, “Bibi tidak usah khawatir, aku tahu kekuatanku.”

Hao Li bergegas keluar dari rumah, dia berdiri tepat di hadapan sekawanan serigala yang siap menerkamnya kapan saja. Ia memasng kuda-kuda dari salah satu keterampilan yang Ming Wu ajarkan kepadanya selama empat tahun ini.

“Rrrgghhh...” geraman serigala terdengar berat, tiba-tiba saja mereka bergerak dalam waktu bersamaan. Belasan Serigala Darah melancarkan serangan begitu mereka melihat mangsa mereka mendekat.

Tapi tentu saja siapa yang akan menjadi mangsa sebenarnya tidak seharusnya menjadi kawanan serigala itu saja bukan? Karena memang Hao Li sebenarnya membutuhkan asupan daging sebagai perayaannya nanti malam, dan dia rasa daging Serigala Darah sama sekali tidak buruk.

Saat cakar serigala hendak mengenai tubuhnya, Hao Li melemaskan tubuhnya dan menghidarinya. Gerakannya yang seperti helai daun membuat setiap serangan Serigala Darah meleset, dan itu membuat Serigala Darah semakin geram.

“Coba saja kalian menangkapku, apa kecepatan binatang buas yang sering ditakuti di dalam hutan ini sama sekali tiak bisa berurusan denganku yang hanya anak kecil? Kalian mempermalukan nama binatang buas saja.”

Seolah sekawanan serigala itu mengerti apa yang Hao Li katakan, mereka justru semakin membabi buta dalam melemparkan serangan walau tak ada satupun serangan mereka yang mengenai pakaian Hao Li.

Hao Li menghentakkan kakinya dan kecepatannya bertambah beberapa kali lipat. Jika sebelumnya langkah yang dia gunakan layaknya sehelai daun yang terombang-ambing oleh angin, maka sekarang dia berubah menjadi topan yang bergerak sangat amat cepat.

Hao Li mengeluarkan bilah pisau yang selalu dia simpan di dalam pakaiannya. Lalu dengan cepat menusuk salah satu Serigala Darah dari belakang dan membuatnya mati dalam sekejap.

Melihat bagaimana salah satu rekan mereka dibunuh, sekawanan serigala itu semakin menggila. Tapi seolah kegilaan mereka tidak ada gunanya, dalam waktu kurang dari lima menit, Hao Li membunuh mereka semua.

Hao Li sejenak menepukkan kedua tangannya, dia melihat pakaianya yang lagi-lagi dilumuri darah. Pasti bibinya akan memarahinya, tapi saat dia melihat tumpukkan Serigala Darah di depannya membuatnya menghela napas lega, “Bibi tidak akan memarahiku bukan? Ei...bagaimana bisa? Aku sudah membunuh begitu banyak Serigala Darah, setidaknya semua stok daging ini akan cukup dalam waktu satu bulan dan bibi tidak akan memarahiku, atau malah sebaliknya dia akan memujiku.”

Perlu diketahui kalau Serigala Darah umumnya berada di tahapan Kondensasi Qi tingkat empat, itu berlaku untuk Serigala Darah berumur muda. Sedangkan untuk Serigala Darah yang sudah dewasa, mereka berada di tahapan satu tingkat atau dua tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan yang remaja.

Untuk semua Serigala Darah yang dia hadapi barusan, ada delapan Serigala Darah berumur muda dan enam berumur dewasa. Hao Li tahu sejauh mana kekuatannya berkembanng, maka dari itu dia cukup percaya diri untuk berhadapan dengan sekawanan Serigala Darah itu.

Ming Wu dan Ming Fei yang sudah tahu sejauh mana kekuatan Hao Li tidak lagi terkejut begitu melihatnya dengan mudah mengalahkan semua Serigala Darah. Mereka percaya bahkan di seluruh Kekaisaran Mei, tidak ada anak sejenius Hao Li.

Dalam artian bakat Hao Li benar-benar menentang surga. Tidak ada yang bisa menyainginya.

Tanpa memiliki energi Qi saja kekuatan Hao Li setara dengan 700 jin, .yang artinya kekuatan tubuhnya bisa melawan seorang kultivator tahapan Kondensasi Qi tingkat tujuh. Lalu bagaimana jika Hao Li akhirnya mengembangkan energi Qi-nya? Ming Wu sendiri tidak bisa membayangkannya.

Saat itu teriakan marah terdengar dari dalam rumah, “Hao Li, pakaianmu tidak terkena noda darah, bukan? Kau tahu sangat sulit bagiku menyuci pakaian yang ada noda darah di atasnya. Kau mengatasi serigala-serigala itu dengan bersih, bukan?”

“Bibi! Aku mendapatkan 12 Serigala Darah-...”

“Jangan berani-berani menggunakan alasan dan biarkan aku melihat pakaianmu, kemari kau!”

 “Bi! Tidak! Aku akan membersihkannya sendiri! Kakek tolong aku!”

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
kalalalallalalalslslsnsbsbs
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
berlian aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status