Share

Honey Baby - 03

Setiap hari aku harus terus sabar menjalani rutinitasku. Pagi bekerja sebagai pegawai teladan dan malamnya harus membuat atasanku senang dengan performaku yang lain. Tentu tidak masalah bagiku, tapi rasanya lumayan bosan juga kalau harus terus melakukan aktivitas yang sama setiap hari.

Tapi, sabar Anna.

Menjalankan sesuatu dengan rasa sabar pasti akan membuahkan sesuatu yang baik. Aku hanya perlu sabar menunggu hingga pengunguman itu keluar supaya bisa keluar dari rutinitas yang membosankan ini. Mau sampai kapan aku harus terus membuat bos mesum itu senang? Kenapa harus aku yang terus menuruti kemauannya? Apa sih kerja istrinya, sampai-sampai orang ini setiap hari terus mencariku?

Rasanya ingin berteriak tapi aku tidak bisa. Aku terlalu capek kalau hanya ingin sekedar mengeluh. 

Malampun menjelang dan seperti biasa, aku menyetir menuju ke salah satu mall terbesar di kotaku dan memarkirkan mobilku tempat yang menjadi titik pertemuan kami setiap hari. Aku kemudian keluar dan berjalan meninggalkan mobilku begitu saja saat kulihat mobil atasanku bergerak mendekatiku. Segera kududukkan diriku di kursi penumpang tepat di sampingnya lalu ia membawaku berjalan menuju pinggiran pantai yang terletak sedikit agak jauh dari keramaian kota.

Dan seperti biasa, kami berbuat mesum hanya untuk memuaskan hasratnya yang tidak tersalurkan sama sekali. Dan anehnya dia selalu menikmati pekerjaan malamku ini meski kemampuanku tidak semahir jalang lain diluar sana. Tapi kenapa dia rela merogoh kocek yang lebih besar atas jasaku saat dia bisa membayar lebih murah dengan jasa para jalang lain diluar sana?

Saat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, ia akan mengembalikanku ke parkiran awal agar aku bisa pulang sendiri karena dia tidak akan mungkin mengantarku pulang. Tentu saja itu tidak masalah aku juga tidak mau terlalu lama bersamanya.

Tapi untuk pertama kalinya aku memutuskan untuk tidak langsung pulang malam ini. Kubelokkan kemudi mobilku menuju ke salah satu bar yang cukup terkenal di kotaku. Tentu saja aku menghubungi teman-temanku yang menyukai tempat semacam ini. Aku duduk di salah satu kursi bar dan menikmati minuman keras yang melesat masuk ke dalam lambungku dengan sangat lancar.

"Astaga, hati-hati Anna." Ucap seorang pria di belakangku.

Aku menoleh dan mendapati Liam yang berusaha merengsek menembus keramaian orang yang sedang menikmati alunan musik yang cukup keras ini untuk duduk di kursi tepat di sampingku.

"Setidaknya ganti pakaian kerjamu itu! Kau terlihat seperti orang yang sedang frustasi!" Pekiknya tertawa mengejek.

"Aku tidak bawa. Aku sedang bosan sekarang, jadi langsung kesini saja." Teriakku.

Tentu, kami harus sedikit meninggikan nada bicara agar perbincangan ini lancar.

"Bosan? Sejak kapan? Bukannya kau sangat mencintai pekerjaan itu?" Tanyanya.

"Ntahlah. Sekarang rasanya jadi sumpek!" Jawabku malas dan kembali meneguk minuman keras itu.

Liam hanya terkekeh melihat tingkahku dan ikut memesan minuman yang sama denganku lalu kami mabuk bersama. Kami menghabiskan malam sambil tertawa cekikikan dengan cerita kami yang sudah tidak jelas arah pembicaraannya. Dan ternyata, aku baru sadar... Sesekali menghabiskan waktu seperti ini rasanya menyenangkan juga. Aku juga tidak perlu bersikap siap sempurna dan patuh pada siapapun seperti di tempat kerjaku.

.

.

.

Malampun semakin dingin, aku memutuskan untuk pulang dan membawa Liam bersamaku. Liam berkata bahwa dia tidak membawa motor sport andalannya hanya demi bisa menemaniku pulang bersama meski rumah kami berjauhan. Apakah aku tersanjung? Tentu saja tidak. Aku tau orang seperti apa Liam. Bagiku dia sama saja dengan Kakakku.

"Sial." Kesalku saat di parkiran.

Aku baru mengingat telah melupakan sesuatu.

"Apa? Apa? Ada apa?" Tanya Liam bingung.

"Aku harus balik ke kantor. Ada barang yang tertinggal dan itu penting! Aku seharusnya tidak meninggalkannya!" Kesalku mencoba menormalkan pengelihatanku yang sudah mulai berputar.

"Kau yakin? Sebentar lagi juga pagi, apa tidak sekalian menyelesaikannya nanti saja?" Tanyanya.

"Tidak, Li. Maaf aku hanya bisa mengantarkanmu sampai depan kantorku saja. Karirku bisa tersendat kalau aku tidak mengumpulkannya besok." Aku menyetir menembus malam yang semakin sepi ini lalu memasukkan kendaraanku ke depan pintu lobby utama.

Aku segera membuka seatbeltku dan memakai sepatu hak tinggiku. Tapi sebelum aku berhasil membuka pintu mobilku, Liam menarik tanganku dengan keras sehingga memaksaku untuk menoleh ke arahnya.

"Mau kutemani?" Tawar Liam sambil tersenyum.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status