Home / Romansa / Honey Baby / Honey Baby - 04

Share

Honey Baby - 04

Author: fishycattos
last update Last Updated: 2022-01-27 13:30:25

Aku menghembuskan nafasku kasar karena kaget akan sikap Liam yang tiba-tiba berubah menjadi menyebalkan.

"Tidak. Pulanglah. Nanti aku bayarin ongkos taksinya, maaf mereporkanmu dan terima kasih sudah menemaniku." Ucapku tersenyum.

"Oh aku sangat suka ekspresi terkejutmu itu." Tawanya.

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih juga sudah memanggilku. Senang bisa menemani malammu, Anna." Tambahnya sambil mulai mengambil barang bawaannya.

"Okay, See you." Ucapku tersenyum dan memencet tombol pembuka kunci pintu dari sisi kanan mobilku.

Sebelum benar-benar turun, Liam tersenyum ke arahku sambil merentangkan kedua tangannya. Aku yang mengerti lalu segera membalas pelukannya. Liam akhirnya memelukku dengan sangat erat sambil sesekali mengelus pungggungku.

Aku tersenyum.

"Kau sudah berjuang sangat keras" Bisiknya.

Tentu saja mendapatkan perlakuan hangat seperti ini mampu membuatku merasa bahagia. Meski hanya sesaat.

Namun tidak kusangka Liam mendekatkan  wajahnya untuk mencium bibirku. Dan entah apa yang merasuki kepalaku, dengan bodohnya aku membalas sapaan bibirnya. Dan akhirnya ciuman lembut itu tidak terelakkan lagi. Belum sempat kewarasanku merutuki diriku sendiri, perasaanku menyatakan bahwa yang kami lakukan ini hanya ciuman kasih sayang karena sedari aku mengenal Liam adalah teman baik Kakakku, aku mulai menganggapnya Kakakku juga. Dan Liam sangat paham kalau aku tidak akan pernah mau menjalani hubungan yang serius dengan seseorang.

Semakin lama kubiarkan, ciuman itu semakin memanas sampai-sampai membuat kaca mobilku berembun. Aku sedikit kewalahan mengimbangi ciuman Liam yang mulai terasa serius.

"Nggh!!" Dengungku sambil menepuk-nepuk bahu Liam untuk memperingatkannya kalau yang kami lakukan ini harus segera dihentikan.

Tapi sayangnya Liam terlalu menikmatinya. Telinganya seakan tertutup dan tidak bisa digunakan. Entah karena alkohol yang membuat kami berdua mabuk atau memang ciuman ini yang memabukkan dan sepertinya sudah mengarah ke hal lain. Entahlah, aku tidak tau dan tidak mau peduli.

Tok.

Tok.

Tok.

"Bu? Bu Anna? Ada apa?" Suara ketukan kaca mobil dan pertanyaan yang satpam penjaga malam lontarkan membuat kami segera melepaskan aktivitas pelekatan kami dan menyeka bibir kami masing-masing karena sedikit membengkak.

"Tidak, Pak. Saya ketinggalan sesuatu." Balasku saat membuka kaca jendelaku.

"Oh, baik Bu. Tolong parkirkan mobilnya di sana ya." Pintanya lalu meninggalkan kami.

Aku memperbaiki rambut dan pakaianku. Begitu pula dengan Liam yang segera membuka pintu dan pamit pulang padaku seperti tidak ada yang aneh.

“Kalau kau butuh bantuan, jangan lupa kabari aku. Aku akan dengan senang hati menemanimu lagi, wahai teman minumku.” Kekehnya.

Aku tersenyum mengangguk dan masih sempat tertawa cekikikan bersamanya karena sadar akan kejadian konyol yang menimpa kami barusan.

“Terima kasih, Liam!” Teriakku melambaikan tangan padanya yang berjalan semakin menjauh.

Liam membalas lambaian tanganku hingga bayangannya menghilang di balik pagar kantor. Setelah memastikan dirinya sudah pergi, segera kubawa mobilku ke arah parkir kantor yang ditunjuk satpam barusan sebelum masuk ke dalam kantorku yang kini hanya diterangi cahaya remang-remang oleh lampu emergency. Tentu saja. Ini masih terlalu larut untuk menyalakan lampu utama. Segera saja kupencet tombol lift yang memang masih beroperasi menuju ke lantai tempat dimana ruanganku berada.

"Duh mana sih." Bisikku kesal setelah sampai di meja kerjaku.

Aku sengaja tidak menyalakan lampu utama karena tidak ingin berjalan jauh hanya untuk mencari saklar demi menghemat waktu. Tapi tanpa disangka, cahaya remang-remang seperti ini semakin membuatku kesulitan mendapatkan barang itu. Kini tangan dan mataku sibuk mengobrak-abrik mejaku yang sudah terlihat sangat berantakan.

"Ini dia! Ish! Gara-gara kamu aku harus balik lagi kesini. Harusnya aku sudah tidur, tau!" Kesalku pada sebuah flashdisc yang berada dalam genggamanku.

"Yakin sudah tidur?" Suara bariton seseorang yang berhasil mengagetkanku.

"OH ASTAGA NAGA!!" Pekikku yang terperanjat lalu mengelus dadaku yang hampir melemparkan jantungku dari tempatnya.

Segera kupalingkan wajahku dan melihat sosok pria dengan tatapannya yang tajam dan penuh makna sedang berdiri dengan menyandarkan bahunya pada sisi pintu kaca sambil menyilangkan tangannya di dadanya. Meski cahaya ruangan yang terbatas ini menyinari wajahnya, aku masih bisa melihat senyumannya yang mulai menggodaku.

"Selamat malam, Tuan Rayes." Sapaku menunduk memberikan hormat dengan sikap sempurnaku seperti biasa.

Tentu saja aku harus hormat. Yang berdiri di hadapanku saat ini adalah Gerald Rayes. Seorang pria berusia sekitar 43 tahun yang masih sangat tampan untuk ukuran seorang pria seusianya. Tubuh cukup besar dengan massa otot yang masih bisa dikatakan rapi. Perawakan yang sangat tegas dan sangat berkharisma. Di usianya yang masih terbilang sangat muda ini dia berhasil menjadi pimpinan utama menggantikan ayahnya yang sudah lebih dulu meninggalkannya. Pria beristri dan tentu saja memiliki anak yang cukup tampan, hampir sama sepertinya. Itulah infromasi mengenai pemimpin utama di perusahaanku yang bisa kudapatkan dari berbagai media.

"Yakin kamu sudah tidur?" Tanyanya sekali lagi.

Aku melihatnya dengan mengedipkan mataku karena bingung.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Honey Baby   (Ekstra Part 5) My Beautiful Life

    Tri semester terakhir menjadi tantangan terbesar bagiku yang semakin kesulitan untuk bernafas karena rasa sesak memenuhi perutku yang sudah terlalu besar. Layaknya ibu hamil pada umumnya, semua ukuran baju dan sepatuku mendadak berubah. Dan untuk alasan tertentu, dokter menyarankan agar aku terus melakukan olahraga ringan di pagi dan sore hari demi mempertahankan posisi bayi kami yang sudah berada pada tempatnya."Baby? Are you ready?" Tanya Roger yang sudah siap dengan pakaian olahraganya.Sepulang dinas dan sebelum berangkat kerja, sudah menjadi tugas tambahan untuk Roger menemaniku jalan-jalan di sekitar taman. Dengan senang hati Roger menemaniku karena selain meniduri wanita, olahraga merupakan salah satu kegiatan favoritnya."Let's go." Ajakku bersemangat.Roger tersenyum sebelum berjalan beriringan bersamaku menuju ke lift apartemen. Namun untuk kali ini sepertinya sesuatu yang tidak beres sedang melandaku ketika lift yang kami tumpangi sedang bergerak turun ke lantai dasar."Mh

  • Honey Baby   (Ekstra Part 4) Godaan

    Kondisi perutku mulai terlihat lebih menonjol di usia kandunganku yang sudah memasuki tri semester kedua. Setelah puas bergulat dengan rasa mual dan ngidam yang aneh-aneh, kini aku harus memasuki fase dimana gairah seksualku mendadak berubah.Beberapa kali aku harus memancing nafsu para serigala yang sedang tampak tenang itu, namun mereka tolak mentah-mentah mengingat dokter melarangku untuk berhubungan intim di awal kehamilan demi menjaga keselamatan kandunganku yang masih sangat rentan.Tapi untuk malam ini, rasanya aku sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Karena terus dianggurkan selama beberapa bulan belakangan ini, sekarang aku ingin menjamah tubuh mereka seperti yang biasanya kulakukan setiap malam sebelum aku menyadari kalau aku sedang hamil."Papa Dan~" R

  • Honey Baby   (Ekstra Part 3) Positif

    Hampir tiga bulan lamanya aku menjalani kehidupan baruku sebagai wanita yang sedang berbadan dua. Meski pada awalnya berat menerima kehadiran makhluk hidup baru yang tumbuh dan berkembang di dalam perutku. Suami dan kedua sugar daddyku terus memberikanku support yang tidak pernah berhenti. Bahkan mereka tidak ingin mempertanyakan anak siapa yang sedang kukandung, karena bagi mereka ini adalah anak dari buah cinta mereka.Jadi kunikmati seluruh kasih sayang yang mereka limpahkan padaku tanpa henti sampai makhluk kecil ini hadir diantara kami berempat dan merebut semua perhatian kami. Seperti saat jadwal check up rutin datang, aku bahkan sampai harus mengacuhkan pandangan orang-orang Rumah Sakit yang kebingungan melihatku dikawal oleh suami serta dua sugar daddyku yang sampai harus izin tidak masuk kerja hanya untuk melihat tumbuh kembang anak mereka dalam perutku. Kini tantangan terbesar yang harus kulewati adalah fase mual dan ngidam yang berlebihan. Ah- Membayangkan kombo mematikan

  • Honey Baby   (Ekstra Part 2) Mual

    Beberapa bulan setelah kunjungan Mama dan Papaku, kujalani hari-hari sibukku sebagai istri rumah tangga yang baik untuk suami dan kedua sugar daddyku. Mengurusi segala kebutuhan mereka lahir maupun batin. Dan sesuai keinginanku yang disepakati bersama, kegiatan panas kami akhirnya berjalan teratur sesuai jadwal. Malam tertentu aku hanya milik mereka seorang dan malam khusus dimana aku akan menjadi milik mereka bertiga. Khusus untuk Daniel, malam kami hanya diisi dengan kegitan manis di ranjang bersama. Tanpa sedikitpun aktivitas panas yang akan memicuku untuk menggodanya, Daniel akan terus mencurahkan perasaannya melalui perlakuan manisnya yang membuatku semakin mencintainya sebagai pasangan hidupku yang sah. Namun untuk pertama kalinya semenjak kami memutuskan untuk tidur di ranjang yang sama, perutku merasakan sesuatu yang membuat tubuhku tidak karuan. Rasanya aku ingin memuntahkan makan malam yang barusan kami santap berempat sebelum berpisah untuk tidur di kamar masing-masing kar

  • Honey Baby   (Ekstra Part 1) Kunjungan

    "Halo? Ya Ma?" Sapaku ketika mengangkat telepon dari Mama yang jarang sekali menghubungiku di pagi hari seperti ini."Dek, Mama dan Papa sudah boarding pesawat ya. Jemput kami nanti di bandara ya." Pinta Mama yang berhasil membuat jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat kemudian."Hah?! Mama mau ke sini? Kok nggak bilang dari kemarin?" Keluhku yang membuat Roger kebingungan karena aku segera terbangun dari pahanya."Ya namanya juga kejutan. Ini saja Mama ngabarin kamu dulu, takutnya kamu lagi nggak di rumah. Gimana kalau Mama dan Papa langsung gedor pintu rumahmu, hayo." Mama membela dirinya."Iya iya iya.. Ya sudah, Mama Papa safe flight ya. Aku bersih-bersih rumah dulu." Ucapku yang segera beranjak dari tempatku bersantai dengan Roger."Baby? Kenapa? Apa orang tuamu mau ke sini?" Tanya Roger melihatku berlari panik."IYA!" Teriakku menuju ke kamar utama tempat dimana barang pribadiku berada.Segera kuraih tas hitamku yang setahun lalu pernah kugunakan untuk kabur bersama den

  • Honey Baby   Honey Baby - 150 (TAMAT!)

    Beberapa haripun berlalu, berkat segala bantuan Rayes dan Roger akhirnya secara hukum aku sudah sah menjadi Nyonya Henery. Tidak ada acara mewah setelah kami menandatangani akta pernikahan kami. Yang ada kedua Daddyku hanya mempersiapkan acara makan siang sederhana di yacht pribadinya. Mereka berpesan agar aku tetap menjaga stamina sebelum pulang kembali ke kotaku untuk melaksanakan resepsi yang sebenarnya. Tidak masalah untukku. Aku juga merasa tidak terlalu merasa nyaman dengan keramaian Ibu Kota. Lebih menyenangkan berkumpul bersama mereka bertiga. Menikmati indahnya sinar matahari dengan hembusan angin laut yang menyegarkan. "Baby, jangan berjemur disana. Kulitmu bisa terbakar. Ingat kamu masih punya resepsi minggu ini." Pesan Roger yang sedang duduk dengan Rayes serta Daniel dengan segelas champagne di tangan mereka masing-masing. "Sayang sekali rasanya kalau tidak berjemur di laut." Keluhku. "Seharusnya kamu pakai bikinimu. Kalau tidak, kulitmu akan belang." Rayes menambahka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status