Share

Bab 8. Sudah Dibereskan

Sementara itu di dalam sebuah kantor bergaya minimalis milik Rengga ....

Pria tampan itu sedang menerima laporan dari anak buahnya tentang tugas yang telah ditugaskan kepadanya.

"Sudah dibereskan, Bos!" lapor anak buah Rengga ketika diditanya soal perkembangan tugas yang telah di berikan kepadanya.

"Bagus, bagaimana dengan fotografer usil itu?" tanya Rengga sambil bertopang dagu menatap bawahannya malas.

"Ketika kami menutup media tempatnya pertama kali up foto dan video, Dia sudah kabur ke luar negeri," sahut bawahannya sambil mengelap keringat yang mulai timbul di dahinya.

Dia tidak berani menatap Rengga yang saat ini sedang menatapnya, di dalam hati dia merutuk karena fotograper itu cepat sekali mengambil langkah seribu, sepertinya fotograper itu telah memprediksi kalau Rengga akan mengutus orang untuk menanganinya.

"Ke luar negeri? Kemana tepatnya Dia kabur?" tanya Rengga sambil mengtuk pulpennya di meja.

" ... " Anak buah Rengga terdiam. Dia juga tidak tahu kemana orang itu melarikan diri.

"Cari tahu ... lalu kejar sampai dapat, jangan biarkan Dia lolos walau ke ujung dunia sekalipun!" tandas Rengga dengan senyum jahat terpampang jelas di wajahnya.

"Siap, Bos!"

Bawahan Rengga segera meninggalkan ruang kantor bosnya dengan cepat karena takut bosnya akan berubah pikiran dan berbalik menghukumnya karena dia telah membiarkan fotografer itu kabur dan lolos ke luar negeri.

"Ha! Apakah Dia pikir semudah itu mencuci tangan setelah menyebarkan aib diriku?" kata Rengga sambil tersenyum sinis.

***

Di Jakarta Mirela sibuk mengerjakan semua tugas kantor yang telah dibebankan di pundaknya oleh sahabatnya Veny yang juga merupakan bosnya di kantor.

Veny sepertinya sengaja memberikan banyak tugas kepada Mirela agar sahabatnya itu bisa melupakan kesedihannya dan belajar mengelola suatu usaha dengan menjadi tangan kanannya.

"Mirela," sapa salah seorang rekan kerjanya ketika masuk ke dalam kantornya

"Ya," sahut Mirela sambil mengalihkan tatapan dari dokumen di hadapannya ke arah rekan kerja yang saat ini sedang membuka pintu kantornya dan menyembulkan kepalanya.

"Dipanggil Bu Veny!"

"Oke, sebentar Aku ke sana!" kata Mirela sambil bergegas merapikan pekerjaannya, sementara rekan kerjanya telah pergi kembali ke ruang kantornya sendiri.

Mirela menghela napas panjang, sambil membereskan mejanya dia bertanya-tanya apa gerangan yang membuat Veny tidak meneleponnya secara langsung atau datang ke kantornya sebagai mana biasa.

'Apakah Aku telah melakukan kesalahan?' tanya Mirela bingung. "Tidak, rasanya Aku tidak melakukan kesalahan apa pun," gumamnya sambil menggelengkan kepala.

Setelah selesai merapikan mejanya, Mirela bergegas ke kantor Veny yang terletak di lantai tiga. Namun, sesampainya di lift ada tulisan rusak membuat Mirela menghela napas kesal.

"Jadi Aku harus naik tangga darurat untuk sampai ke kantornya? Pantas saja Dia tidak langsung ke kantorku seperti biasa, rupanya Dia segan untuk naik turun tangga darurat karena lift ini rusak," gumam Mirela sambil tersenyum tidak berdaya.

Sahabatnya itu sejak dulu memang paling malas kalau di suruh naik turun tangga, kalau tidak dalam keadaan terdesak jangan harap Veny mau menggunakan tangga untuk, itu sebabnya di rumah dan apartemen pribadinya, Veny memasang lift dan eskalator untuk mempermudahkannya ketika harus naik turun.

Sesampainya di depan kantor Veny, Mirela mengetuk pintu dan membukanya ketika ada jawaban dari Veny.

"Apakah Kamu mencariku?" tanya Mirela sambil duduk di kursi yang ada di depan meja sahabatnya.

"Yups!" kata Veny sambil menyingkirkan berkas-berkas pekerjaannya ke samping meja.

"Ada apa?" tanya Mirela ingin tahu.

Veny menyerahkan ponselnya ke Mirela dan menyuruh sahabatnya itu untuk melihat berita di medsos yang ramai memberitakan soal Rengga yang sedang mabuk dan berteriak- teriak di depan rumahnya seperti orang gila, padahal saat itu adalah malam pengantinnya.

Mirela terdiam melihat video yang tampil selama lima belas menit itu. Bukannya merasa kasian dia malah merasa muak dengan apa yang telah dilakukan mantan tunangannya tersebut.

'Apakah Dia ingin melihat Aku dihujat oleh banyak orang karena telah mengganggu suami orang?' batin Mirela geram.

"Jangan khawatir sepertinya mantan tunangan Kamu itu telah berhasil membereskan semua kekacauan yang telah Dia perbuat," kata Veny memberitahu.

"Dari mana kamu tahu?" tanya Mirela heran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status