Share

4. Ditinggal Dua Kali

Empat tahun kemudian. Ashley sudah berumur sepuluh tahun. Bermain sudah tidak Ashley lakukan. Namun, Ashley selalu memandangi rumah Keluarga Rider dari pohon yang selalu digunakan untuk bersembunyi.

Tujuan memandangi ingin mencari keberadaan dan keadaan Tony. Namun, yang berada di mata Ashley adalah Jordi dan kedua saudara Jordi. Bagaimana Ashley tidak rindu pada lelaki bernama Jordi?

Tidak. Ashley harus fokus pada tujuan. Janji yang sudah terikat pada kelingking Ashley dan Ashton, sudah tidak bisa diubah. Balas dendam dan penyelamatan harus menjadi prioritas.

Kembali pada alur kehidupan yang sama. Setiap hari, Ashley selalu memakan buah yang sama. Lima buah delima cukup untuk satu, bahkan dua hari. Namun, kini Ashley mengambilnya sendiri. Lebih tepatnya, mengambil buah delima dengan kekuatan abu.

Abu sudah keluar dari telapak tangan Ashley, tinggal mengarahkan ke atas, maka buah delima sudah bisa diambil. Sayangnya, kekuatan abu Ashley belum cukup. Abu yang diarahkan ke buah delima tidak sampai.

Hal itu adalah efek dari pemberian abu sejak dini. Walaupun diberi sedikit demi sedikit dari umur enam tahun, bukan berarti Ashley sudah kuat di umur sepuluh tahun.

Akan tetapi, dua tahun semenjak meninggalnya orang tua Ashley, kekuatan abu yang Ashley miliki akan meningkat drastis. Semua sudah dijelaskan, dan Ashley sangat ingat.

"Aku lapar ...." Nada kecewa Ashley terdengar parau.

Tiba-tiba, abu Ashton datang untuk mengambil lima buah delima. "Ambillah. Papa telat membantumu."

"Terima kasih, Papa. Tidak telat sama sekali. Papa selalu menjadi pahlawan untuk Ashley," balas Ashley, dengan wajah bahagia. Tangan Ashley memegang buah delima dengan erat.

Saat ini, cara makan Ashley sudah tidak seperti dulu. Pertumbuhan semakin meningkat, membuat Ashley mampu menahan lapar. Ashley juga sudah mulai mengerti untuk menyimpan makanan sampai keesokan hari.

"Papa, kali ini, kita harus makan bersama. Setiap kali aku menawarkan kalian makan, pasti menolak. Ashley ingin kalian makan ...." Mata Ashley tidak sengaja menangkap abu Ashton yang berkedip, layaknya lampu terang yang akan mati seketika.

"Kami sudah makan, saat kamu pergi tadi. Kamu saja yang makan, ya?" Ashton mengusap kepala Ashley, ketika memberi senyuman yang berbeda.

Bohong. Abu tidak bisa makan apa pun. Ashton tidak ingin melihat Ashley kecewa, jika mendengar penolakan. Secara tidak langsung, Ashton memang sudah menolak, tetapi menolak dengan cara halus.

"Kemari! Mama ingin berbincang banyak denganmu." Stanley melambaikan tangan dari depan goa, ketika melihat sang suami dan anak telah tiba.

Ketika Ashley sedang memakan buah delima, Stanley tidak henti-hentinya memeluk, memangku, mengusap, bahkan mengecup kepala Ashley. Memang sudah tidak ada organ tubuh maupun pernapasan, tetapi perasaan seorang mama tidak bisa dibohongi. Stanley sungguh tidak ingin meninggalkan Ashley.

Ashley yang sedang asik makan, merasa tenang dengan pelukan Stanley dari belakang. Namun, lagi dan lagi, Ashley melihat lengan abu Ashley yang berkedip. Sama seperti abu Ashton.

"Kalian kenapa berkedip? Biasanya, tidak pernah seperti ini." Ashley belum mengetahui dua hal. Dua hal ini akan membuat Ashley kembali bersedih.

Namun, sudah seharusnya Ashley mengerti. Karena ini semua untuk kebaikan dan tujuan Ashley ke depan.

"Kami sangat menyayangimu. Mulai besok, kamu harus mandiri, ya? Pergi ke kota untuk memulai hidup baru tanpa kami." Stanley ingin sekali menangis. Akan tetapi, abu tidak bisa mengeluarkan air.

"M-mau ke mana? Ashley mau ikut!" Jika sudah mendengar kata pergi, Ashley tidak ingin ditinggal untuk kedua kalinya.

"Kamu harus tahu ini, Ashley." Ashton memberi sebuah kantung kain kecil yang telah dibuka pada Ashley. "Empat tahun telah cukup untuk kami merawatmu. Kini, kamu harus mandiri. Ingat, kami akan selalu di dalam tubuhmu. Kamu mengerti maksud Papa, 'kan?"

Di dalam tubuh Ashley, dengan kata lain, Ashley kembali memakan abu orang tua sampai habis.

"Kekuatanmu akan bertambah dua kali lipat. Ingat tujuanmu hidup, tidak boleh menyerah, apalagi gagal fokus pada hal apa pun. Papa ingin kamu fokus pada apa yang telah kamu janjikan pada kami. Kamu dengar, Ashley?" Tatapan Ashton sangat serius. Jika sudah diberi tatapan serius, maka Ashley harus menerima.

"Simpan kami di dalam kantung kecilmu. Di perjalanan nanti, kamu bisa mengisi kekuatan abumu. Berlatihlah dengan baik dan benar," lanjut Ashton, yang mewakili Stanley bicara.

Stanley tidak sanggup untuk berbicara. Sebelum tahun baru akan di mulai, dan sebelum bergantinya hari, Stanley ingin menghabiskan waktu bersama Ashley.

Biasanya, malam tahun baru selalu ditandai dengan adanya kembang api. Ashley sudah duduk di bukit bersama kedua abu orang tua. Menunggu mulainya kembang api.

Tinggal menunggu dua puluh tiga detik lagi, Ashley memberi pertanyaan pada orang tua. "Apa yang harus aku jelaskan pada Tony? Apa dia akan percaya denganku? Apa ... dia mengenaliku? Aku takut semua usaha yang kujalani sia-sia."

Ashton dan Stanley membuat kedua tangan Ashley seakan berdoa, lalu menaruh satu tangan mereka di atas tangan Ashley.

"Buatlah dia percaya. Kami yakin, dia pasti akan mengenalimu. Hubungan darah tidak bisa ditipu," jawab Stanley, dengan menyandarkan kepala sendiri pada kepala Ashley.

Lima detik lagi. Air mata Ashley sudah keluar terlebih dulu.

"Kami menyayangimu. Selamat tahun baru." Kedua orang yang Ashley sayangi telah berubah menjadi abu sepenuhnya. Tangan Ashley dijadikan tampungan untuk abu orang tua.

Tidak lama kemudian, kembang api sudah menyala. Menyinari wajah Ashley yang menangis tersedu-sedu. "Selamat ... tahun baru, untuk mama, papa, dan Tony."

Kantung kain kecil sudah disiapkan sedari tadi. Ashley memasukkan abu orang tua ke tempat di mana Ashley bisa membawa ke mana-mana. Kantung tersebut Ashley pegang dengan erat.

Jika orang lain menikmati pemandangan kembang api bersama keluarga, tidak dengan Ashley. Tahun baru kali ini sudah membuat Ashley ditinggal pergi untuk kedua kali. Tahun ini adalah tahun terburuk untuk Ashley.

Orang lain bisa bahagia karena merayakan tahun baru, sedangkan Ashley menangis meronta-ronta, dengan memeluk kantung kain di depan dada.

"Kenapa harus pergi lagi? Kenapa baru bilang sekarang? Aku belum siap."

Ashley menghabiskan waktu di bukit hanya untuk menangisi kepergian orang tua. Namun, tangisan Ashley berhenti, saat tidak sengaja melihat Tony di halaman terbuka rumah Keluarga Rider.

Di sana, Tony diperlakukan sebagai pelayan. Membawa makanan dan minuman yang disiapkan di halaman belakang, membakar ikan, menyalakan kembang api, dan melakukan apa pun yang disuruh. Jika tidak dilakukan atau melakukan kesalahan sekali saja, maka siksaan yang Tony dapat.

Seandainya, jarak Ashley dan Tony sangat dekat, Ashley akan menarik Tony untuk menjauh dari Neraka itu.

Tiba-tiba, Ashley terkejut setelah bertatap mata dari kejauhan. Seseorang tidak sengaja menoleh ke arah bukit. Ashley memilih kembali ke dalam goa, menghindar dari laki-laki tadi.

"Sepertinya, aku melihat ada orang di sana. Apa hanya salah lihat?" tanya Jordi pada diri sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status