Home / Thriller / Deadly Ash / 3. Asal Usul Kekuatan Abu

Share

3. Asal Usul Kekuatan Abu

Author: LiEunSaVaLove
last update Last Updated: 2022-01-22 09:01:47

Kembali lagi pada pohon besar yang pernah Ashley tempati untuk bersembunyi. Mata Ashley sedang memandang anak kecil laki-laki yang pernah bermain bersama dengan Ashley. Ya, Ashley rindu bermain dengan Jordi.

Bagaimana cara Jordi selalu menganggap Ashley sebagai putri kerajaan selalu terulang di kepala Ashley. Ingin sekali mendengar ucapan itu lagi.

Sayangnya, Ashley hanya bisa memandangi Jordi dari kejauhan. Hutan di dataran tinggi bisa membuat Ashley melihat rumah mewah Keluarga Rider yang terbuka, atau halaman yang tidak tertutup atap. Di sana, Jordi sedang berlatih kuda bersama kedua saudara.

"Apa kamu ingin kembali ke tempat itu?" Ashton bertanya dari belakang Ashley, membuat sang anak terperanjat terkejut 

Ashton maupun Stanley memang sengaja membiarkan Ashley berlarian di hutan, karena mereka yakin sang anak akan kembali ke rumah. Begitu juga dengan Tony.

Namun, karena mereka telah menjadi abu, maka mereka akan mengawasi sang anak melalui abu yang berhembus bersama angin.

"Apa masih dibolehkan pergi ke sana? Ashley ingin bermain dengan Jordi, dan membawa pulang Tony." Ashley menjawab sembari kembali melihat ke rumah besar Keluarga Rider.

"Kamu boleh ke sana, asalkan sudah dewasa." Pernyataan Ashton sungguh membuat Ashley bingung. "Kita harus mengambil buah dari pohon untukmu. Mama juga sudah menunggu di goa. Mau melihat keahlian Papa?"

"Mau!" Ashley sangat bersemangat di saat Ashton menunjukkan kekuatan abu dari jasad yang sudah terbakar habis.

Papa dan anak tersebut mencari satu per satu pohon berbuah yang bisa dimakan. Karena di hutan, ada beberapa pohon atau tumbuhan yang beracun.

Jika Ashley tidak diajari berbagai macam tumbuhan yang beracun dan tidak, mungkin Ashley sudah lama tewas.

Seperti saat itu, di mana Ashley tidak sengaja menemukan jamur. Karena perut tidak bisa menahan lapar, Ashley mengambil jamur tersebut untuk di makan. Beruntung Ashton datang tepat waktu.

Jamur yang akan dimakan Ashley adalah jamur payung maut. Salah satu jenis jamur paling beracun dan mematikan. Jamur ini tersebar luas di benua Eropa, tetapi masih bisa ditemukan di banyak tempat lain di dunia.

Sering tumbuh di bawah pohon ek. Jamur payung maut terlihat mirip dengan jamur jerami padi yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di benua Asia. Oleh karena itu, harus benar-benar waspada dengan tidak sembarangan memakan jamur yang tidak sengaja ditemukan di hutan.

Jamur payung maut mengandung senyawa toksik yang bernama amatoxin. Jika termakan, racun tersebut dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ hati dan ginjal. Dari namanya saja sudah maut.

"Mana keahlian Papa? Ashley mau lihat!" pinta Ashley yang sudah lelah, karena sedari tadi mengikuti Ashton untuk mencari buah.

"Lihat buah itu? Papa akan mengambilkannya untukmu." Ashton menghembuskan abu miliknya untuk mengambil buah delima. Ketika abu Ashton sudah mengelilingi lima buah delima, seketika buah tersebut menghilang. Lalu, muncul di tangan mungil Ashley, setelah abu Ashton menghilang. "Bagaimana? Hebat?"

"Hebat sekali! Ashley ingin belajar seperti Papa! Bagaimana caranya?" Ashley sangat antusias dengan hal seperti itu. Hal yang belum mungkin bisa Ashley lakukan, tetapi bisa terjadi.

"Kita pulang dulu, ya? Kamu akan dapat semua penjelasan dari kami," ajak Ashton kembali ke goa bersama Ashley, sambil membawa lima buah delima menggunakan pakaian Erine.

Tidak ada pakaian lain selain pakaian itu. Ashley juga belum mandi sejak kemarin. Anak kecil perempuan tersebut sudah menjadi anak hilang di mata orang lain.

Api unggun kecil menyala di tengah goa. Ashley tidak bisa hidup dalam suasana dingin dengan tubuh yang masih kecil, ditambah lagi jika hujan badai datang. Suasana hutan di pagi hari masih sangat dingin.

Melihat sang anak memakan buah delima dengan lahap, Ashton dan Stanley merasa bahagia. Apa yang terjadi, jika tidak ada yang merawat Ashley?

Namun, anak mereka tidak hanya satu. Entah apa yang Keluarga Rider lakukan pada Tony, mereka hanya bisa pasrah. Mereka hanya bisa berharap dan menunggu Ashley dewasa untuk kembali ke rumah Keluarga Rider.

Puas dengan buah delima, sekarang Ashley mendengarkan semua penjelasan orang tua dari awal hingga akhir.

"Mama akan menjelaskan asal usul kekuatan abu kematian." Stanley berdeham sebelum cerita. "Berawal dari adanya janji yang belum terpenuhi, lalu orang tersebut meninggal, dan jasadnya dikremasi atau dibakar. Abu tersebut bisa menjadi kekuatan untuk melindungi diri maupun orang lain."

"Cara untuk memiliki abu kematian pada orang yang masih hidup adalah dengan memakan abu dari jasad orang tersebut," lanjut Ashton. "Memang menjijikan, tetapi begitulah caranya. Setelah kamu memiliki kekuatan tersebut, maka kamu harus menggunakannya dengan baik."

"Memangnya, apa yang akan terjadi pada Ashley?" tanya Ashley dengan wajah bingung. Kaki kecilnya dilipat hingga mendekati dagu, dan kedua tangan memeluk kaki.

Stanley mengusap kepala Ashley dengan penuh kasih sayang. Belum saatnya Ashley mengetahui hal ini, tetapi memang harus diajarkan sejak dini. "Kamu akan ditangkap, lalu dibakar hidup-hidup oleh mereka yang tidak percaya dengan abu kematian."

"Seperti Keluarga Rider?" tanya Ashley lagi.

Ashton menatap Stanley yang sedang menatap Ashton juga. "Menurut Papa,  belum tentu. Entahlah, mereka percaya atau tidak. Intinya, kamu jangan percaya pada keluarga itu, dan jangan mudah terpengaruh! Kenapa Papa bilang seperti ini? Karena kami tidak ingin kehilanganmu."

Ashley semakin penasaran dengan maksud pembicaraan orang tua. Terutama untuk belajar menggunakan abu kematian. Dari duduk di tanah, sekarang Ashley duduk di pangkuan Ashton. "Ashley tidak akan percaya dengan mereka lagi. Papa, Mama, dan Tony yang Ashley percayai. Berikan Ashley abu kalian!" pinta Ashley, dengan menjulurkan kedua tangan mungil seperti meminta.

"Karena masih anak-anak, kamu hanya bisa makan sedikit demi sedikit." Stanley memberi sedikit abu dari tangan yang sudah menjadi abu.

Tanpa ragu, Ashley memasukkan seluruh abu di tangan ke dalam mulut mungil. Seakan memakan bubuk cokelat yang lezat, Ashley sampai menjilat telapak tangan.

"Dengar, Ashley. Jika kamu menemukan abu yang tidak terpakai di suatu tempat, kamu bisa memakannya. Ingat,  jangan ketahuan siapa pun! Semakin banyak abu yang kamu makan, semakin besar kekuatan yang kamu miliki." Pesan terakhir dari Ashton akan selalu Ashley ingat.

Hujan membuat Ashley mengantuk. Mata Ashley sudah tidak kuat untuk terjaga. Alhasil, Ashley merebahkan kepala di paha Stanley lagi. Mungkinkah rasa kantuk menjadi efek dari abu yang Ashley makan?

"Ash, kamu tidak memberi tahu kelemahan kekuatan abu?" Stanley bertanya pada Ashton, seraya mengusap kepala Ashley.

"Tidak sekarang." Ashton memperhatikan Ashley yang sudah tidur terlelap. Tangan Ashton ikut mengusap wajah Ashley yang kotor karena debu. "Kalau diberi tahu sekarang, dia akan ketakutan, dan tidak ingin membalaskan dendam."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Deadly Ash   35. Sadar Diri

    Blair menyunggingkan senyuman. Di hadapannya adalah wanita yang pernah menjadi rekan pembalasan dendam. Berani menghalangi tujuan utama. "Aku tidak terkejut dengan kehadiranmu. Kamu tidak ingin membiarkanku membawa Jordi, 'kan?""Aku tidak akan membiarkanmu membawanya, juga tidak membiarkanmu membunuh ayahnya." Ash sudah berjanji pada Jordi. Pernyataan yang cukup mengejutkan untuk Blair dan Keluarga Rider.Sudah waktunya juga untuk Ash mengaku. "Pelaku yang kalian cari selama ini bukanlah Blair, melainkan aku, Ashley Collins. Karena saat itu, aku sangat membenci Donny, yang sudah membunuh orang tuaku, dan membawa kabur Tony."Sulit untuk Jordi dan Stuart percayai, tetapi banyak peristiwa yang sudah terjadi."Kamu melanggar janji orang tuamu? Ash, mereka ingin kamu membunuh sang pelaku." Blair berusaha mencuci otak Ash untuk kembali ke jalan yang salah."Aku tahu. Akan tetapi, sudah cukup banyak korban yang kubalaskan. Jordi sudah membuatku berjanji

  • Deadly Ash   34. Perang Abu Kematian

    Entah harus berapa lama menunggu. Teman-teman Ashley hanya bisa menunggu, dan menjaga rahasia tetap aman. Tidak mudah untuk mereka tutup mulut di depan Tony, jadi harus dipastikan sangat berhati-hati."Apa menurutmu Ashley akan berhasil membalaskan dendam orang tuanya?" Michael membuka suara di keheningan di antara mereka berempat.Carla melihat pintu yang tertutup rapat. Sepertinya, ini waktu yang tepat untuk membicarakan masalah Ashley. "Aku tidak tahu. Ini sudah lama sekali. Maksudku, setelah dia keluar dari rumah ini, tidak ada kabar bahwa sudah melakukannya. Apa sebegitu lamanyakah membalas dendam?"Michelle terdiam karena teringat sesuatu. "Dia sendirian, Carla. Belum lagi, ada wanita yang memiliki kesamaan dengannya. Ingat wanita yang mengobrol dengan Tony?""Ada yang memiliki kekuatan abu kematian juga? Jika wanita, itu masih tidak masalah." tanya Michael penasaran."Aku ingat. Dia terlihat sangat menjengkelkan. Beruntung kita bertemu denga

  • Deadly Ash   33. Pilihan Tersulit

    Jordi tidak bisa berbuat banyak selain menangkap Stuart yang hampir jatuh ke lantai. Hanya ada satu pertanyaan yang keluar dari mulut Jordi. "Kak Ava sungguh berkata seperti itu. Apa benar? Mungkin saja, Tuhan belum merelakan kalian memiliki anak.""Kamu tidak mengerti, Jordi. Sudah lama aku memeriksakan diri pada dokter, dan dokter mengatakan aku baik-baik saja. Jika bukan aku yang tidak bisa memiliki anak, siapa lagi? Suamiku hanya Stuart saja." Ava menjelaskan penderitaan yang selama ini dirasakan.Tontonan menarik untuk Ash. Percintaan yang sangat merumitkan. Ash dan Blair mencintai Jordi, Ava mulai mencintai Stuart, sedangkan Stuart cinta pada Ash. Jika Gerry masih hidup, pasti akan bertambah."Cukup! Kalian semua sudah membuat saya pusing. Kalian juga sama-sama salah. Lebih baik, kalian, Stuart dan Ava keluar dari rumah ini." Dengan lantang, Donny mengusir anak pertama serta menantu."Ayah, tidak seperti ini caranya-" Jordi mencoba menyelamatkan san

  • Deadly Ash   32. Kejujuran yang Menyakitkan

    Cara panggilan yang sama!Suara lembut saat mengatakan pangeran tidak ada bedanya dengan Ashley kecil. Semua orang juga bisa mengatakan pangeran dengan lembut, tetapi berbeda sekali dengan Ash.Senang dan benci bercampur. Senang karena bisa bertemu lagi dengan sahabat masa kecil, serta benci karena pelaku sebenarnya adalah wanita yang ingin dinikahi.Jordi tidak bisa mengatakan sekarang, jika tahu Ash adalah orang yang memiliki kekuatan abu kematian. Tidak ingin melihat pelaku sekaligus pujaan hati kehilangan nyawa dengan cepat."Kamu duduk saja dulu. Aku akan memanggil yang lain." Ash memberi senyuman manis pada Jordi sebelum pergi.Senyuman yang persis di mana Ashley selalu bersama Jordi, entah di kamar, maupun hutan. Suara panggilan pangeran juga membuat Jordi selalu teringat. "Kenapa di saat yang bersamaan, aku jatuh hati padanya?" gumamnya dengan memegang kepala.Ketukan halus pada pintu kamar yang terbuka membuat Donny menoleh. S

  • Deadly Ash   31. Patut Dicurigai

    Pintu kamar tertutup dari dalam. Air mata sudah tidak menetes, tetapi masih ada basah di pipi. Kehilangan sang ibu tidak membuat Jordi melupakan hal yang membuatnya bingung tadi.Satu-satunya peti besar yang dijadikan jalan keluar dari rumah, kembali dibuka. "Ke mana semua barang-barang tadi?" Barang yang muncul untuk pengalihan sudah menghilang.Namun, mata Jordi menangkap adanya satu benda yang tersangkut pada batu panjang. Sebuah topi yang sempat dipegang Opsir Benny.Dari dalam hingga luar, Jordi memperhatikan topi tersebut berulang-ulang. "Bukankah aku pernah memberi topi ini pada seseorang?"Di hari ulang tahun, Jordi memang mendapat banyak hadiah, tetapi dia juga memberi hadiah pada pelayan yang sudah bekerja keras. "Banyak pelayan pria yang kuberi topi. Bagaimana salah satu di antara mereka bisa tahu?"Ingatan di masa lalu mengenai siapa yang tahu akan peti kembali terulang. Jordi memang pernah menyuruh pelayan untuk membuat jalan rahasia,

  • Deadly Ash   30. Sangat Berhati-Hati II

    Seluruh anggota terduduk lesu di ruang tamu. Sudah ketiga kalinya anggota keluarga tewas, walau belum tentu. Air mata terus menetes di pipi lembut mereka.Menangis dengan dibaluti ketidakpercayaan terlihat di wajah Donny. Semua orang di ruang tamu diperhatikan satu per satu. Mau orang asing atau keluarga sekali pun, Donny akan terus mengawasi dengan ketat."Ini sudah tidak bisa dibiarkan, Yah! Jika hanya Opsir Benny yang bekerja, kita semua bisa meninggal di tangan Blair!" Stuart berseru. Lagi dan lagi, harus menahan amarah pada Ava yang telah berbohong."Kenapa? Kenapa Blair memiliki niat jahat pada kita? Balas dendam apa yang dia maksud?" Ava bersuara, setelah bisa mengontrol diri dari kesedihan. Ibu mertua yang telah dianggap sebagai ibu kandung, kini sudah tidak ada lagi.Stuart sebagai anak pertama sudah hafal dengan perilaku sang ayah. Membunuh pelayan, jika ada kesalahan besar. Pertanyaan yang membuat Donny teringat di masa lalu pun dilontarkan. "M

  • Deadly Ash   29. Sangat Berhati-Hati

    Kekacauan kembali muncul di pagi hari. Opsir Benny datang kembali ke rumah Keluarga Rider untuk memberitahu ada jasad di hutan. Sontak membuat Donny terkejut bukan main."Apa Anda sangat yakin, jika jasad itu adalah istri saya?" Donny kembali bertanya untuk mencari keyakinan."Itu hanya perkiraan saya. Jasad tersebut akan diautopsi terlebih dulu. Mungkin membutuhkan waktu lama,, karena jasad tersebut hampir tidak tersisa." Opsir Benny menjelaskan. "Saya tahu ini sangat berat untuk Anda. Jika hasil autopsi mengatakan benar bahwa jasad tersebut adalah istri Anda, maka saya harus tetap mengatakannya pada Anda."Tiba-tiba, kerah seragam Opsir Benny dicengkeram oleh Donny. "Anda sudah dua kali tidak menemukan pelaku pembunuhan, dan tidak bisa mendapatkan data Ashley Collins. Jika kali ini tidak bisa menemukan pelaku, saya akan menutut Anda, karena cara kerja Anda yang buruk!"Suara Donny yang menggelegar di rumah yang hening membuat anggota keluarga berkumpul.

  • Deadly Ash   28. Membantu Kepergian Adik

    Pintu kamar terbuka setengah. Donny melihat ada Ava berdiri di depan kamar. "Ada apa? Kenapa mengganggu?"Ava melihat ada yang tertidur di ranjang, begitu juga dengan Donny yang bertelanjang dada. "Seharusnya, aku tidak mengganggu. Kupikir, Ayah tidak ada di rumah, jadi aku yang akan mengurus ibu. Lanjutkan kembali, Yah."Belum ditutup rapat, Ava kembali bertanya. "Oh, ya. Ayah lihat Ash, tidak? Aku tidak menemukannya di rumah ini. Sudah kuhubungi, ternyata ponselnya ada di kamar.""M-mungkin, dia pergi lupa membawa ponsel. Ayah tidak melihatnya sedari tadi." Pintu kamar ditutup begitu saja di depan Ava.Melihat mertua yang sedang asik bermesraan membuat Ava agak cemburu. Tidak, Ava bukan mencintai Donny. Ava membayangkan, jika bisa bermesraan dengan Gerry, karena Gerry adalah cinta pertamanya.Terima kasih untuk Ava yang sudah mengetuk pintu. Ash memakai pakaian, dan memilih pergi dari kamar Donny. Hal ini tidak bisa dilanjutkan. "Paman, saya piki

  • Deadly Ash   27. Main Belakang

    "Ibu!" Ash dalam wujud Erine memanggil dari kamar Jordi. "Kemarilah!"Tentunya Marry merasa sangat senang. Semenjak Blair pergi, tidak ada agi wujud Erine di hadapannya. Rasa rindu dari sang ibu pada putri kesayangan kembali muncul. "Anakku!""Ikut Erine saja, Bu. Ibu pasti bosan berada di rumah ini, 'kan? Kita akan pergi dari sini melalui peti itu." Ash kembali membuka peti jalan rahasia, dan menyuruh Marry untuk turun lebih dulu.Kamar Jordi dibiarkan terbuka, tetapi tidak dengan peti. Karena Ash yang terakhir turun, peti tersebut pun ditutup dari dalam."Kita ada di mana, Erine?" Marry memperhatikan sekeliling dengan rasa takut. Sebelumnya, dia tidak berani pergi sendiri ke tempat yang jauh, jika tidak ada yang menemani. Namun sekarang, sudah ada Erine di sebelahnya. Erine palsu. Lebih tepatnya seperti itu."Seperti yang Ibu lihat sendiri. Kita sedang berada di hutan. Mereka tidak akan menemukan kita di sini. Kita pergi yang jauh, ya?" ajak Ash

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status