Share

Bab 2 Bertemu Masa Lalu

Drrt,drrt.

Di layar ponsel Hira tertera nama Rumi BFF (best friend forever), begitulah kepanjangannya. Persahabatan mereka bagaikan inai dengan kuku tak dapat dipisahkan.

"Halo." Binar jelas terlukis di wajah Hira yang menerima panggilan BFFnya.

Kedua sahabat baik itu selalu memulai salam untuk menyapa keduanya yang sudah lama terpisah jarak antar benua.

"Rumi apa kabar?" teriak histeris Hira yang sudah kangen berat.

Rumi mengikuti suaminya studi lanjut ke Australia selama dua tahun.

"Alhamdulillah sehat. Aku di Jakarta sekarang. Suamiku sudah lulus dan berniat melanjutkan bisnis keluarganya," terang Rumi tak kalah gembiranya menyapa Hira.

"Serius? Aku juga di Jakarta, nguli cari rejeki, Rum," candanya dengan wajah memelas meski Rumi tak dapat melihatnya karena mereka bukan melakukan video call.

"Oke kita janjian meet up, yuk!"

"Hmm, minggu depan gimana? Bosku sedang peralihan jabatan, nih. Perusahaan agak serius menyiapkan pimpinan yang baru. Takutnya bos yang baru lebih galak dan lebih tua," tawa Hira membahana membuat Rumi berdecak.

"Memangnya bos yang lama masih muda dan gagah?"

"Enggak juga sih, Om-om tapi ganteng. Ups."

Hira sudah menutup mulutnya sambil melihat ke kanan kiri memastikan tidak ada karyawan lain yang mendengar.

Pagi-pagi sekali dia datang tepat waktu. Kinerja dan kedisiplinannya memang tidak diragukan lagi.

Tidak bisa dipungkiri Pak Reno Wijaya bosnya sangat perhatian padanya.

"Ya ampun Hira, kamu masih jomblo dan suka Om-om?"

"Sttt, sudah dulu ya! Bosku datang ,nih."

Tut.tut..

Hira mematikan ponsel dengan sepihak melihat bosnya berjalan dengan langkah lebar diikuti sekretarisnya.

"Jeni, tolong Hira dan kepala divisi lain suruh bersiap di ruang meeting!"

"Hah, sekarang, Pak?"

"Tidak Jeni, bulan depan," sungut Reno yang pikirannya terpecah belah.

"Baik, Pak."

Jeni sekretaris berusia kepala tiga itu selalu sabar mengahadapi mood bosnya yang naik turun. Saat mood bagus, perhatiannya selangit pada karyawan terutama kepala divisi. Tak terkecuali Mahira, gadis cantik berambut panjang idola karyawan laki-laki.

Sebaliknya, saat mood buruk, semua akan kena getahnya. Tidak ada yang berani berargumen kecuali Mahira. Gadis itu mampu melunakkan hati sang bos.

Ruang meeting berukuran 6x9meter menjadi tempat bersejarah, Reno mengadakan rapat mendadak untuk menyambut kedatangan pimpinan baru perusahaan kosmetik yang dipegangnya.

"Bi, kamu tahu kenapa Bos ngajak rapat mendadak?" bisik Hira pada Roby karyawan laki-laki yang selau mendekatinya tetapi tak kunjung berani mengungkap rasa.

"Nggak tahu, Rara sayang," jawabnya mesra seperti biasa.

"Ishhh, selalu deh." Hira memutar bola matanya jengah karena Roby selalu membuat karyawan lain salah paham terhadap keduanya. Hira menganggap Roby hanya mencandainya meski dibalik itu ada maksud tersembunyi yang tak disadarinya.

"Pak Reno, tumben rapat mendadak, pagi-pagi lagi," celetuk Mahira mencoba mendekati bosnya. Dia memang karyawan yang paling berani menyapa santai bosnya.

"Kenapa? Belum sarapan?" Hira hanya menyengir kuda. Kebiasaannya datang awal supaya menjadi teladan kedisiplinan di tempat kerja tidak diimbangi dengan pola makannya yang justru berantakan.

"Tenang saja, nanti ada snack berat," senyum tersungging di bibir Reno setiap kali berhadapan dengan karyawan berprestasinya itu.

"Baiklah, teman-teman semua kepala divisi. Saya ingin menyampaikan bahwasanya akan ada peralihan jabatan pimpinan baru di perusahaan kita."

"Yah...," beberapa menampilkan mimik kecewa karena menduga bos baru mereka galak dan sudah tua.

Namun, yang terjadi di luar ekspektasi mereka. Seorang pemuda tampan dan gagah dengan kacamata hitam bertengger melangkah mendekat dan berdiri tepat di samping kanan bos mereka. Setelah jas hitamnya yang rapi dipadupadankan dasi navy menambah kadar ketampanannya naik satu level.

"Perkenalkan ini Pak Ilyas bos baru kalian. Beliau adalah putra tertua pemilik perusahaan ini. Jadi, tunai sudah tugas saya memimpin kalian. Atas segala salah dan khilaf saya, mohon dimaafkan."

"Lalu Pak Reno pindah kemana?" celetuk Mahira sedikit tak menghargai kehadiran bos barunya karena menampilkan kekecewaan Pak Reno yang akan lengser.

"Tenang saja, Hira. Saya tetap ada di hati kalian."

"Huuhhh," Hira justru malu akibat kekonyolannya sendiri.

Lantas Reno mempersilakan Ilyas memberi sambutan.

"Baiklah, saya ucapkan terima kasih yang sebesarnya pada Bos senior sekaligus Om saya yang telah memegang kendali perusahaan hingga maju pesat. Beliau tidak akan kemana-mana melainkan tetap bekerja menjadi penanggung jawab. Karena saya masih tahap belajar memimpin, jadi saya perlu belajar banyak dari beliau. Mohon kerja samanya dari teman-teman sekalian. Terutama siapa namamu?"

Hira terlonjak kaget melihat telunjuk bos baru mengarah padanya.

Dia berdiri seraya membungkukkan badan.

"Saya Mahira Saraswati, Pak. Siap menerima segala perintah terkait pekerjaan," ucap tegas Hira meski kedua tangan sedikit gemetar dirasa.

"Kamu terlihat kecewa karena pergantian pimpinan kali ini."

"Ah, tidak Pak. Saya senang Bapak hadir memimpin perusahaan milik keluarga," ucap Hira lagi dengan intonasi diturunkan satu oktaf. Nyalinya menciut merasa bos baru sedang menelitinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Baiklah, perkenalkan nama saya Ilyas. Lengkapnya Ilyas Arkana Wijaya," tegasnya dengan tangan kanan melepas kaca mata hitam yang sedari tadi bertengger menutupi manik mata tajamnya mengarah ke Mahira.

'Arkana...'

Satu kata yang mampu diucapkan dalam hati Hira dengan mulut menganga tak percaya.

'Kenapa harus ketemu dia di sini. Ingin rasanya aku pulang dan bersembunyi di bawah bantal keropi kesayanganku,' batin Hira.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status