Share

(9) Anika /2

''Nona?'' Rayen menghampiri Virgi yang terjatuh.

Gadis pembuat masalah -- Louise

''Seret dia keluar!'' Titah pria paruh baya itu, yang tak lain adalah Ayah Louise.

''Tunggu!''

Kelima Bodyguard itu menghentikan langkah nya saat mendengar suara Louise yang lantang.

''Aku akan merancang kembali beberapa Mawar besi dalam satu minggu. Jangan sentuh wanita ku. dan jangan pernah ganggu kehidupan ku lagi,'' Ucap Louise dengan suara tenang.

''Aku tidak yakin, anak seperti mu bisa memegang tanggung jawab penuh.''

Perkataan itu tak menusuk telinga Louise. Ia hanya menghampiri Virgi dan menatap nya rendah, Jas yang di kenakan nya melayang jatuh ke tubuh Virgi yang tengah tak berdaya. Perlahan tubuh Virgi terangkat. dan jatuh ke dekapan Louise.

''Dasar anak br*ngsek!'' Teriak Ayah Louise dengan suara menggelar.

''Jangan pedulikan dia,'' Bisik Louise dengan suara lembut sembari melanjutkan langkah nya dengan tenang.

Virgi meremas erat kemeja Louise. walaupun sudah di penuhi oleh noda Amer. Louise tetap terlihat tenang dengan luka di pipinya, Alis tebal itu menutupi wajah kekesalannya.

''Aku tidak tahu sifat Louise yang sebenarnya,'' Gumam Virgi dalam hatinya.

Louise membuka pintu kamarnya, Ia meletakkan Virgi perlahan di atas ranjang. Virgi melepaskan Jas itu. sementara Louise bersandar di paha nya.

''Apa luka mu itu sakit?'' Tanya Virgi Iba.

''Apa kau peduli dengan ku?'' Tanya Louise kembali yang membuat Virgi tertegun.

''Kau tetaplah pria bejat,'' Celetuk Virgi.

Louise bangkit dari sandarannya, Ia membuka kancing kemeja nya satu persatu. Perut sixpack itu terlihat sepenuhnya.

''Hkk!'' Suara Virgi tertahan.

''Bantu aku mengoleskan obat, namun sebelum nya. Ayo Mandi,'' Pinta Louise. Ia berbisik tepat di telinga Virgi.

Virgi hanya mengiyakannya, lagi pula ini hanya mandi.

Louise masuk ke bathup sebelum Virgi masuk ke kamar mandi. Virgi tidak membuka bajunya sama sekali. Dia hanya membantu Louise menggosok punggungnya, atau memijat kepalanya.

''Oke, aku mulai..'' Ucap Virgi sebelum memulai perintah Louise.

''Perlahan, Nona Virgi.''

--

''Ayah mu sangat kejam. Apa itu alasan mu menjadi kejam juga?'' Tanya Virgi dengan seluruh kepolosannya.

Louise hanya terdiam.

Virgi sadar, akan pertanyaan nya itu. ''Maaf.''

''Beliau memang sosok yang kejam. Aku susah biasa dengan itu. Bukan beliau yang membuatku menjadi seperti ini,'' Jawab Louise sembari menjelaskan.

nb: itu Ayah tirinya gaess :v

''Lalu? Siapa orang itu?'' Tanya Virgi kembali.

Louise menolehkan pandangannya ke arah Virgi, ia memiringkan garis bibirnya. Iris matanya terlihat sengit, cukup membuat Virgi gugup.

''Rahasia..'' Louise menaruh telunjuknya pada bibir seksi nya itu.

***

Setelah dirasa cukup, Louise keluar dari permukaan air dan meraih handuk yang tergantung disana.

''Ah!'' Teriak Virgi.

Louise hanya terkekeh, dan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di punggungnya. Walaupun tubuhnya masih basah. Ubin marmer kamarnya pun ikut dipenuhi tetesan air yang terjatuh dari hujung rambutnya.

Virgi pun mengikuti langkah Pria itu. Ia ingin marah, namun tak sanggup lagi.

''Disitu!'' Louise menunjuk laci mejanya.

Virgi mengangguk dan mengambil obat luka yang ada dalam laci.

''Perlahan.. ini akan sakit,'' Lirih Louise.

Lirihannya membuat pemikiran Virgi berhamburan. Pria ini memang suka menggoda, licik.

''Sakit?'' Tanya Virgi sembari terus meratakan salep itu di pipinya.

Louise meraih tangan Virgi, hingga ia jatuh kepelukan Louise. Saat itu Louise masih mengenakan handuk, tentu saja suasana semakin tegang. Otot otot kekar Louise serasa mencuat. Virgi berusaha untuk tetap tenang.

''Br*ngsek. Lepaskan aku!'' Celetuk Virgi.

''Terima kasih. Ini sudah cukup,'' Ucap Louise lembut.

Ia mencium bibir Virgi ganas. Virgi bahkan hampir tidak bisa bernafas. Begitu kuat.

''Ha.. ah..''

Seluruh tubuh Louise bangkit mendengarnya, ia mencoba menahannya. Namun sudah seminggu ia tidak menyentuh gadis ini.

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu terdengar keras dari luar. Mata Virgi berbinar, berharap panggilan itu akan melepaskannya dari sini.

''Selalu saja ada yang mengganggu,'' Gumam Louise dalam hatinya.

Louise berjalan menghampiri pintu kamar. Ia membuka knop pintu dan mendapati Anika sudah berdiri dengan seulas senyum manis disana.

''Aku akan pulang, jaga dirimu baik-baik kak!'' Anika mengecup pipi Louise sebagai tanda perpisahan.

Louise tersenyum hangat pada Anika. Virgi melihat pemandangan yang sangat asing. Ini pertama kali nya bagi Virgi melihat senyum hangat yang terpancar dari Louise. Berbeda saat Louise memperlakukan nya layak nya tahanan di penjara. Meskipun dia tidak tahu apa yang mereka bicara kan. Namun senyum hangat itu menjadi saksi bisu nya.

''Jelas saja. Mungkin itu tunangan atau kekasih nya?'' Batin Virgi.

''Lalu, kenapa dia mengurung ku disini? Kenapa dia masih menyimpan ku?'' Gumam Virgi sekali lagi.

Louise memiringkan bibir nya. Ia memeluk Anika erat. Anika yang terkejut hanya membalas pelukan nya. Ini pertama kalinya bagi Louise berinisiatif memeluk Anika. Mungkin ada niat yang terselip pada dirinya. Anika meluruskan pandangannya, dia melihat sosok gadis seumurannya di dalam kamar itu. Iris matanya berubah menjadi tenang, ternyata ini adalah alasan Louise memeluk Anika.

''Jelas saja. Mungkin itu tunangan atau kekasih nya?'' Batin Virgi.

''Lalu, kenapa dia mengurung ku disini? Kenapa dia masih menyimpan ku?'' Gumam Virgi sekali lagi.

Louise memiringkan bibir nya. Ia memeluk Anika erat. Anika yang terkejut hanya membalas pelukan nya. Ini pertama kalinya bagi Louise berinisiatif memeluk Anika. Mungkin ada niat yang terselip pada dirinya. Anika meluruskan pandangannya, dia melihat sosok gadis seumurannya di dalam kamar itu. Iris matanya berubah menjadi tenang, ternyata ini adalah alasan Louise memeluk Anika.

"Lebih baik tidur," Gumam Virgi saat hatinya mulai terpaku.

Louise kembali berbaring di ranjang setelah Anika pamit pulang, dilihatnya Virgi yang memejamkan sepasang matanya secara terpaksa. Raut wajahnya tidak bisa berbohong dihadapan Louise.

Louise hanya tersenyum tipis, kemudian mematikan seluruh lampu kamar. Dibiarkan nya kelinci kamar itu istirahat untuk malam ini.

***

Cahaya pagi menimpa Virgi dan Louise. Ada rasa ketenangan yang tak bisa dijelaskan dalam benak Louise. Louise mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat sinar matahari yang memancar. Bayangan wajah Louise yang lelah tidak bisa tertupi di kedua bola mata Virgi. Meskipun begitu, sikapnya tetap tajam seperti bintang utara di malam hari.

"Pagi, sayang..." Lirih Louise seraya mengelus pipi halus Virgi.

"Kenapa.. kenapa kamu berani memanggil ku sayang, jika kamu memiliki tunangan," Celetuk Virgi gemas.

Louise menarik garis alisnya sebelah kanan. Dia tertegun dengan ucapan Virgi. Apa yang sebenarnya gadis ini pikirkan? Pikir Louise kala itu. Seketika otaknya kilas balik dengan kejadian tadi malam, yang membuatnya tertawa kecil.

"Haha, kau cemburu?" Gurau Louise.

BERSAMBUNG --

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status