Share

My Sister's Wedding

Hari ini hari pernikahan kak Elle dengan kak Drian. Setelah 6 bulan keluarga kami terutama Mama sangat sibuk dengan persiapannya, akhirnya hari ini datang juga.

Kak Elle terlihat sangat cantik. Dengan gaun panjang berwarna broken white, mirip dengan model yang dipakai Kate Middleton saat menikah dengan Prince William, tapi bagian bawah gaun kak Elle berbentuk mermaid. Tatanan rambutnya dibuat simpel membuat aura kecantikannya semakin menguar. Ada mahkota kecil dibagian atas dan hiasan bunga kesukaannya dibagian belakang sanggulan rambutnya. Mataku berkaca-kaca melihat kakakku itu.

Kami sangat dekat, walau usia kami sedikit terpaut jauh tapi kami saudara yang dekat. Kak Elle selalu mengajakku pergi kemanapun dia pergi saat libur. Kami juga sering menghabiskan waktu dengan kak Drian dan kak Brian.

Aku sedikit sedih karena pastinya waktuku dengannya akan berkurang. Tapi kakakku itu berjanji semua akan berjalan seperti biasa. Karena memang mereka rencananya akan tinggal dengan keluarga kami setelah menikah.

Gimana caranya dia bilang tidak akan berubah, tentunya dengan kehadiran suami, kak Elle pasti lebih banyak menghabiskan waktu dengan suaminya bukan? Entahlah...

Acara pernikahan berjalan penuh haru. Aku menggandeng lengan kak Brian saat masuk ke lorong gereja melihat kak Drian menunggu didepan altar.

Selama ini aku tidak pernah melihatnya memakai baju resmi, dan aku seketika terpana. Dia terlihat luar biasa gagah dan sangat tampan.

Wow!!!

Mereka membaca sumpah pernikahan kemudian saling memasangkan cincin. Aku yang sebelumnya menahan isak haru berubah tersipu saat kak Drian mengecup pelan bibir kakakku. Rasanya aneh melihat mereka berdua seperti itu.

Aku ikut larut dalam kebahagian euphoria pesta di hotel bintang 5 malam itu. Kak Brian terus bersamaku karena kami bridemaid dan bestman utama kedua pengantin. Aku merasa sedikit pegal tidak biasa memakai heels.

Setelah berkeliling ruangan menemani pasangan itu menyapa para tamu dan selesainya serangkaian acara akhirnya pesta itu usai. Hampir seluruh undangan sudah mulai pergi, hanya tersisa keluarga dekat saja. Aku merasa lega akhirnya bisa duduk di meja VIP khusus keluarga melonggarkan ikatan heelsku.

Suara gelas bertemu kaca meja membuatku mendongak.

"Cape, Dek?" Kak Drian meletakkan gelas berisi orange jus ke depanku.

Dan aku tertegun sesaat. Kemana kakakku?

"Iya, Kak ... ga biasa pake heels," sahutku.

Dia mendorong gelas itu, mengisyaratkan untukku minum. Aku mengangguk berterima kasih dan mengangkatnya ke mulutku.

Ah, rasanya segaar!

"Kak Elle mana?" Mataku mencari karena pengantin wanita itu tidak terlihat.

"Naik duluan. Capek katanya." Dia duduk di sampingku.

Aku mengerutkan dahi, kalau kakakku naik untuk apa suaminya masih disini?

Tidak lama Mama menghampiriku dan berkata bahwa sebentar dia akan naik ke lantai kamar dengan Papa. Aku bilang akan menunggu sebentar karena kakiku masih nyeri. Aku melambai ke beberapa saudaraku yang naik juga.

Dan aku terheran dengan kakak iparku itu masih duduk santai disampingku sambil menghabiskan jusnya "Kok ga naik, Kak? Kak Elle pasti nungguin loh ...." mataku mengerling jahil.

Kak An hanya tersenyum. "Kamu masih sakit kan kakinya? Nanti aku bareng kamu aja."

Aku sedikit melongo dengan jawabannya tapi aku tidak mau ambil pusing. Mungkin dia juga masih lelah. Banyaknya tamu yang datang membuat mereka berdua kecapekan pastinya.

Tapi satu hal membuatku bingung, siapa yang bantu kakakku membuka gaunnya?

Aku membuka heels dan menentengnya lalu berdiri. "Yuk Kak, naik," sahutku.

Aku tidak enak jika memang dia menungguku. Dia mengangguk lalu kemudian menyampirkan jasnya menutupi bahuku. Memang sih, bajuku itu hanya gaun berenda cantik dengan tali spaghetti, bahu dan bagian dadaku sedikit terbuka. Tapi tidak lantas membuat dia harus melakukan ini kan?

Tapi aku tidak ingin terlalu memikirkan alasan kenapa dia seperhatian itu. "Thanks, Kak.."

Pria itu hanya tersenyum sebagai jawaban.

Lantai kamar kami sama, hanya beda nomor. Semalam sebelumnya aku tidur dengan kak Elle, tapi malam ini mereka akan tidur dikamar pengantin mereka. Sedangkan kamar kak Brian berhadapan dengan kamarku.

Saat masuk lift aku sedikit canggung. Aku tidak pernah berdua saja dengan kak Drian. Aku berusaha mencairkan suasana sambil bertanya kemana mereka akan honeymoon.

"Jepang. Dan kamu sama Brian ikut," sahutnya tanpa melihatku.

"Hah"? Aku terkejut.

Ngapain aku ikut mereka honeymoon?

Suara dentingan pintu lift terbuka membuatku urung bertanya. Nanti saja pikirku langsung tanya ke kak Elle. Saking bingungnya aku tidak memperhatikan ujung karpet yang tidak menempel ke lantai. Aku hampir terjerembab kalau saja kak Drian tidak menangkap pinggangku.

"Hati-hati, Lex.."

Reflek dia menarik perutku sehingga punggungku menabrak dadanya dan aku tersentak. Dadaku berdebar hebat, gila!

Aku seketika melepaskan diri. "S-sorry, Kak ...."

Kami berjalan dalam diam sepanjang lorong. Kamar kami terletak paling ujung. Suara karpet meredam langkah kami berdua.

Aku sampai di kamarku dan menoleh sekilas padanya. "Night, Kak An ...."

Kak Drian menahan pintu sebelum aku menutupnya.

"Kenapa, Kak?"

Dia menunduk memandang kakiku yang tanpa alas lalu membungkuk. Aku mematung saat dia menempelkan plester dikedua tumit kakiku.

"Jangan kena air dulu. Besok pagi rendam pake air hangat ya ..." Dia lalu bangkit dan mengelus pipiku pelan. "Night, Sis inlaw ...."

Suara pintu tertutup membuatku menghembuskan napas yang sedari tadi ku tahan. Aku masih terpaku dengan apa yang dia lakukan. Sebelumnya dia tidak pernah seperti itu.

Aku berjalan dan menjatuhkan tubuhku di sofa kecil. Apa itu tadi? Apa karena sekarang aku jadi adik iparnya lalu dia berubah jadi perhatian gitu?

Selama kami sering pergi bersama, kak Drian tidak pernah memberi perhatian khusus. Malah kak Brian yang terkesan lebih dekat denganku. Tapi aku sama sekali tidak pernah berdebar seperti tadi.

Aku meraba dadaku, merasakan dentuman jantungku yang tidak biasa. Pasti aku terpengaruh dengan penampilan kak Drian yang berbeda dari hari biasanya. Aku seperti melihat sosok lain. Atau karena dia sekarang jadi iparku sehingga dia merasa aku resmi jadi adiknya sendiri?

Ah entahlah...

Aku bangkit menuju kamar mandi dan melepas bajuku. Semua pikiran aneh aku buang jauh-jauh. Hari ini aku cukup letih dan aku ingin segera merasakan lembutnya kasur hotel ini.

Setelah mandi aku segera menenggelamkan diriku di ranjang kingsize yang akan aku nikmati sendirian. Dan tak lama pun aku terlelap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status