Bapak keluar rumah dan bertanya kebenaran apa yang diucapkan oleh bu Endang. Bapak kalau sudah marah akan membuat ibu-ibu itu ketakuan."Loh pak Harun ini gimana toh, biasanya kalau seorang gadis tahu-tahu mau menikah padahal sebelumnya tidak ada kepikiran menikah ya harus dicurigai toh," jawab bu Endang."Jadi besok kalau si Ratna atau Fitri menikah patut saya curigai juga?" tanya bapakku."Ya enggak gitu juga pak," balas bu Endang.Bu Endang merangkai kata agar bapakku tidak terlalu marah. Sedikit penjabaran kalau memang aku sudah hamil makanya buru-buru minta nikah. Padahal biasanya aku ini kalau disinggung untuk menikah secepatnya akan menghindar dan menjawab nanti dulu karir dulu. Itu menurut pengamatan bu Endang."Bu Endang bener loh pak Harun. Anakmu si Dara itu 'kan paing anti membicarakan soal menikah usia muda lalu untuk apa sekarang tiba-tiba menikah cepat?" tanya bu Mutia."Kalau hamil dan lahir duluan bayo yang di kandung
Rombongan keluarga Nungki memasuki area rumahku. Disambut dengan hangat oleh keluarga yang ada di rumahku. Banyak sekali barang bawaan yang dibawa tak luput dari sorot mata ibu-ibu tukang gosip di lingkunganku tinggal. "Banyak amat sih barang yang dibawa untuk lamaran," bisik bu Endang. "Iya semuanya barang mahal kelihatannya. Lihat saja semua keluarganya yang datang. Borjuis semua," bisik bu Mutia. Nada sumbang itu tetap saja terdengar olehku. Yang seperti ini saja diomongin apalagi yang biasa saja. Jadi aku itu memang serba salah mau bener mau salah mau apa saja tetap jadi bahan gosip manusia seperti bu Endang itu. "Kamu dengar nggak tadi dibawain uang berapa?" tanya bu Mutia mencolek bu Endang. "Aku same keselek dengernya. Banyak banget uangnya, itu uang hasil ngutang bank atau tabungan dia," jawab Bu Endang. Tuh 'kan dibawain uang banyak aja masih jadi bahan gosip. Di katain utang bank lah terlalu mewah untuk orang kampung sepertiku lah. Anak t
Hidup bertetangga itu saling gotong royong saling membantu satu sama lain. Menurut para tetanggaku itu keluargaku tidak menerapkan prinsip gotong royong di suatu lingkungan. Mereka mempermasalahkan hari lamaranku yang mengambil katring dari luar bukan masak sendiri bayar tukang masak tetangga juga tukang cuci piring dari tetangga sendiri. "Pak kalau punya hajat itu lihat tetangga sekeliling, bagi-bagi rejeki maksudnya ada tukang masak dekat rumah tukang cuci piring juga. Pak Harun malah ambil katring untuk acara lamaran putrinya sepertinya takut makanannya habis dibawain pulang tukang masak sama tukang cuci piring ya," jawab Bu Endang. "Haha ... jadi begitu masalahnya ya. Bu Endang lihat dong di atas meja hidangan ada tulisan apa? Itu adalah masakan dari restoran calon menantu saya, begitu saja kok di ributin sih bu," ucap bapakku sambil tertawa. Bu Endang dan bu Mutia melihat meja prasmanan yang memang ada keterangan dari restoran mana. Di sana jelas tertulis re
Bu Endang menatap bapakku tajam. Ingin aku tertawa keras tapi takut nanti akan membuat malu bu Endang. Aku sangat suka dengan gaya bapak membalikkan kalimat bu Endang tadi yang mengingatkan untuk ingat ada tetangga yang berprofesi sebagai tukang masak. "Loh kenapa harus ingat tetangga pak Harun?" tanya Ratna."Kata bu Endang aku makai jasa katring karena nggak mau ingat ada tetangga yang tukang masak juga takut masakannya dibawa pulang sama yang masak," jawabku."Ibu ini gimana sih. Kalau aku mah mendingan katring sudah terima beres nggak capek," balas Ratna.Ratna menggerutu kesal dengan pemikiran ibunya yang masih kolot. Emang enak apa ya ibu dan anak ini sedikit merasa malu karena ada perbedaan pendapat."Ratna nggak boleh begitu kita ini hidup bertetangga ya harus gotong royong minta bantuan tetangga. Itung-itung bagi rejeki gitu loh!" seru bu Endang."Bagi-bagi rejeki apa sih bu yang ada kita jadi tekor. Enak kaya Dara gini katring biaya murah makananny
Ratna malu dengan apa yang dikatakan oleh ibunya. Dia juga menatapku tajam seakan tahu kalau aku menutupi semuanya kebenaran tentang siapa Nungki.Aku tersenyum saat tahu Ratna menatapku dengan tatapan kekesalan karena sengaja menyembunyikan identotas Nungki yang sebenarnya. "Dara sebenarnya kamu itu bilang ke orang lingkungan sini Nungki itu apa sih. Bikin malu aku saja?" tanya Ratna."Dia sendiri yang bilang ke ibu juga warga sini kok kalau Nungki ini hanya tukanh cuci piring di restoran," jawab bu Endang semakin kesal karena tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.Aku membenarkan apa yang dikatakan oleh bu Endang. Ratna sempat marah padaku karena tidak mengatakan siapa Nungki yang sebenarnya kalau begini 'kan ibunya bisa jadi bahan omongan rombongan keluarga yang dibawa oleh Nungki saat lamaran saat ini."Kamu sengaja ya membuat ibuku ditertawakan oleh kalangan kelas atas. Serta mendapatkan penilaian pertama yang buruk oleh Bagas?" tanya Ratna kesal."
Aku mendengar kedua calon mertuaku membicarakan anaknya yang bisa mengontrol emosinya. Biasanya Nungki paling tidak bisa diam saja ketika ada orang yang membuatnya tidak senang. "Itu Nungki anak sulung kita. semenjak kenal Dara sifatnya banyak berubah lebih baik ya pi. Tidak seperti dulu arogan juga suka bertindak semena-mena ketika ada orang yang membuatnya kesal," jawab bu Rina. "Kamu benar mi. Papi juga melihat perubahan besar itu. Sepertinya dia sudah menemukan orang yang cocok untuk mendampinginya lebih baik kita dukung saja apa yang ingin lakukan," ucap pak Maulana. Acara sudah selesai kami semua sudah rapi-rapi juga rombongan besan sudah pulang ke rumah masing-masing. Ratna masih berada di rumahku bersama calon suaminya Dokter bagas. Tak henti-hentinya itu bu Endang kepo banget dengan berapa biaya membuat pesta lamaran seperti yang aku gelar ini. "Tadi katanya harus ingat tetangga bu yang tukang masak. bagi-bagi rejeki gitu loh masa habis ngomongin or
Estel melihat ke arah bu Endang. Ketiga dayangnya juga turut serta menatap wajah bu Endang yang berani mengatakan nona mudanya sebagai seorang pelakor."Pacar putrimu? Kamu halu ya bu, putri yang kamu banggakan ini selalu ingin menjadi istri orang kaya. Dia secara tidak malu mendekati para pemuda kaya di kota ini!" seru Estel."Tidak mungkin kamu yang kegatelan memangnya kamu mempunyai prestasi apa sehingga mampu bersaing dengan anakku yang genius ini?" tanya bu Endang kesal.Estel memerintahkan ketiga orang setianya untuk mengatakan siapa dia sebenarnya. Lalu juga melihatku dan mengode siapa Estel yang aku tahu. Tentu saja ketiga orang kepercayaan Estel itu mengatakan dengan lantang siapa nona besarnya."Kamu rakyat jelata tahu apa. Mungkin di rumahnya tidak punya televisi atau ponsel pintarnya itu tidak ada kuota datanya sehingga tidak tahu siapa nona kami," ejek salah satu dayang Estel."Ponselnya hanya digunakan untuk gosip saja makanya o
Ratna menatapku tajam ia menyalahkanku kalau sengaja mengundangnya ke acara lamaran untuk mempermalukannya. Dia menuduhku mau pamer kalau mendapatkan orang kaya sekaligus mengadakan pesta yang mewah."Apa sih bu. Aku ini sedang dijebak oleh Dara untuk datang ke acara lamarannya untuk dipermalukan seperti ini," jawab Ratna."Sudah salah menyalahkan orang lain. Memang buah tak jatuh dari pohonnya benar-benar mirip sama ibunya," balas bapakku.Aku meluruskan segalanya kalau aku ini tak berniat menimbukkan kesalahpahaman antar tetangga. Mana aku tahu kalau kejadiannya akan seperti ini. Ternyata Bagas yang dibawa oleh Ratna dan dikenalkan sebagai pacar Ratna ternyata memiliki hubungan dengan wanita lain yang merupakan putri dari walikota."Bagas lebih baik katakan yang sejujurnya kalau seperti ini aku seperti dikambing hitamkan oleh Ratna dan ibunya. Aku tak mau menjadi bahan gosip yang menimbulkan fitnah," ucapku."Memang benar kok Ratna ini mendekatiku hanya in