Share

6. Luka dan Obat

Suara sabetan pedang yang beradu dengan angin terdengar sangat kencang di heningnya suasana di balik danau. Zizi berlatih pedang seorang diri, gadis itu tampak cekatan menggerakkan pedangnya. Yang menjadi korban Zizi adalah pohon-pohon kering yang tidak ada daunnya. ZIzi membabat habis pohon kering dengan lemparan pedangnya. Gadis itu benar-benar belum memikirkan cara yang tepat bagaimana bisa masuk ke Padepokan Mata Air. Guru Li Ren tidak akan membiarkan orang sepertinya masuk. 

Zizi melemparkan pedangnya ke pohon kering yang berada di ujung danau. Belum sempat pedangnya sampai, sebuah pedang lain menepis pedang Zizi hingga pedang Zizi jatuh ke tanah. Zizi menarik pedangnya dari kejauhan, pedang itu kembali sendiri ke tempatnya yang terselip di samping tubuh Zizi. 

Zizi menolehkan kepalanya, seorang pria berdiri tidak jauh darinya pun juga tengah menatapnya. Melihat itu, Zizi kembali menarik pedangnya, gadis itu berlari mengacungkan pedangnya. Pria asing itu menarik pedangnya dan membalas serangan Zizi. 

Suara kedua pedang yang saling beradu terdengar bersama angin yang berhembus sedikit kencang. Di balik danau kupu-kupu, dua orang yang belum pernah bertemu itu saling bertarung. Rambut Zizi tampak berkibar karena terpaan angin. Gadis itu berusaha menyerang pria asing yang tampak lebih hebat dari dirinya. 

"Akhh!" 

Zizi memundurkan tubuhnya tatkala pipinya tergores ujung pedang. Darah segar keluar dari sana. Pria yang melukai Zizi pun menghentikan serangannya. 

"Aku tidak sengaja," ucap pria itu mendekati Zizi. Zizi mengacungkan pedangnya tepat di bawah dagu pria asing. 

"Datang menyerangku lalu bilang tidak sengaja. Siapa kamu?" tanya Zizi. 

"Aku hanya berniat menghentikan kamu yang menebas pohon. Aku Aixing," jawab Aixing, murid Lan Feiyu. 

Zizi menarik pedangnya dan menyarungkan lagi ke samping tubuhnya. Gadis itu mengusap pipinya yang mengeluarkan darah. "Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya," ujar Zizi menatap Aixing. 

"Ini obat untukmu, aku benar-benar tidak sengaja melakukannya." Aixing mengambil obat dalam saku baju dalamnya. Pria itu memberikan pada Zizi yang langsung diterima gadis itu. 

"Aku murid di Padepokan Mata Air. Katanya di danau kupu-kupu terkenal seorang gadis yang bisa memainkan seruling dengan bagus. Apakah itu kamu?" 

"Haiyah, kenapa kamu mengira itu aku," keluh Zizi berjalan menjauhi Aixing, Zizi merebahkan tubuhnya ke batu besar seraya mengangkat satu kakinya. Meski perempuan, Zizi sama sekali tidak ada anggun-anggunnya. Gadis ceroboh itu selalu bertingkah sesuka hatinya. Bukannya mengobati pipinya, Zizi malah meletakkan obat di samping tubuhnya.

"Anak kecil di sana mengatakan kalau gadis pemain seruling itu hanya berada di dua tempat, kalau tidak di danau kupu-kupu pasti di baliknya dan juga di bukit Zhi untuk mencari apel. Dan di sini aku menemukanmu," jawab Aixing. 

Zizi mengembuskan napasnya, ia ingin merubah persepsi orang-orang bahwa ia bukan hanya jago memainkan seruling, melainkan jago bela diri. Zizi ingin menjadi kultivator yang bisa kultivasi ilmu, mendirikan Sekte dengan aliran baik dan membela yang lemah.

Aixing mendekati Zizi, pria itu menatap Zizi yang tengah berbaring sembari menatap ke langit. "Namaku Aixing, namamu Yan Zai Ziliu?" 

"Ya. Untuk apa kamu mendatangiku?" 

"Aku hanya ingin mendengarmu bermain seruling, tapi aku malah melihatmu bermain pedang. Kamu hebat juga." 

Yang diucapkan Aixing benar adanya. Rumor gadis yang sangat cantik pemain seruling sudah dia dengar sejak lama. Namun ia baru bisa keluar mulai kemarin. Kini ia menemukannya, gadis berambut panjang dengan kulit seputih susu. 

"Yan Zai Ziliu, apa kamu dari Klan Yan Kerajaan Api?" tanya Aixing. 

"Kerajaan api? Di mana itu?" 

Aixing menatap Yan Zai Ziliu dengan seksama. Ia sangat tidak asing dengan wajah Yan Zai Ziliu. Wajah Yan Zai Ziliu sangat mirip dengan Yan Lixin, putra mahkota kerajaan Api yang bertahun-tahun lalu datang menyerang kerajaan Lembah. Juga, nama keluarga mereka sama, yaitu Yan. Awalnya saat Aixing bertanya pada anak-anak, mereka hanya menjawab namanya Zai Ziliu, tetapi saat awal melihat Zai Zilui, entah kenapa Aixing yakin kalau Zai Zilui dari Klan Yan. Saat ia memanggil Zai Ziliu dengan marga Yan, Zai Ziliu mengiyakan. 

"Kamu lahir dan tinggal di kota ini?" 

"Ya, rumahku di daerah terpencil sedikit jauh dari sini," jawab Yan Zai Ziliu. 

"Berapa umurmu?" 

"Tujuh belas tahun." 

Aixing mengangguk-anggukkan kepalanya, pria itu masih menatap Yan Zai Ziliu dengan seksama. Yan Zai Ziliu seolah benar-benar tidak tahu kerajaan Api. Namun, Aixing yakin kalau Yan Zai Ziliu bagian dari sana. Setelah pertempuran bertahun-tahun lalu, kerajaan Api diakusisi oleh kerajaan Lembah. Para penghuni istana yang selamat mengasingkan diri di berbagai tempat. Setelah sekian tahun, ia melihat salah satu dari keluarga Yan. Awalnya Aixing hanya iseng mencari seorang gadis yang pintar memainkan seruling, tapi yang ia temui malah musuh dari keluarga Lan. 

"Yan Zai Ziliu, apa kamu punya keluarga? Kakak misalnya." 

"Ada, tapi dia menghilang saat aku masih kecil. Dia bilang akan pulang setelah mendapatkan ilmu bela diri, tapi sampai sekarang tidak tahu kemana," jawab Yan Zai Ziliu menghembuskan napasnya lagi. 

"Aixing!" panggil seseorang membuat Aixing menolehkan kepalanya. Begitu pun dengan Yan Zai Ziliu.

"Guru," panggil Aixing segera berdiri mendekati gurunya. Lan Feiyu menatap Aixing dan Zizi bergantian. Tatapan Lan Feiyu tampak tajam menusuk tepat di manik mata Aixing. 

"Ada apa guru sampai datang kemari?" tanya Aixing. Lan Feiyu tidak menjawab pertanyaan Aixing. Pria itu datang bukan untuk mencari Aixing, melainkan mencari Zizi.

Lan Feiyu mendekati Zizi yang masih merebahkan diri di batu. Lan Feiyu menatap pipi Zizi yang mengeluarkan darah. 

"Goresan pedang?" tanya Lan Feiyu. 

"Oh ternyata kamu guru di Mata Air? Lihat, muridmu yang melukaiku," oceh Zizi menunjuk Aixing. 

Aixing yang dikatai melukai tidak terima, pria itu mendekati Zizi lagi dan memukul kaki Zizi dengan kencang. "Aku sudah bilang aku tidak sengaja," ucap Aixing. 

"Kalau pun kamu tidak sengaja, lalu kenapa kamu tiba-tiba datang menyerang?" sentak Zizi menendang tangan Aixing. Namun Aixing tetap tidak mau mengalah, pria itu memukul lagi kaki Zizi lebih kencang. 

Lan Feiyu menatap keduanya, saat tangan Aixing ingin memukul untuk ke sekian kali, Lan Feiyu segera mencegahnya. Lan Feiyu mencekal tangan Aixing erat, sedangkan Aixing bergetar ketakutan. 

"Guru," cicit Aixing. 

"Setahuku kamu tidak ijin untuk keluar padepokan," ucap Lan Feiyu. Aixing menundukkan kepalanya. Ia memang tidak ijin Lan Feiyu, tapi sudah ijin guru Li Ren. 

"Kembali!" titah Lan Feiyu melepas cekalan tangannya. 

"Tapi-" 

"Kembali!" titah Lan Feiyu lagi. Kalau gurunya sudah menyuruh, Aixing tidak ada pilihan lagi selain mengiyakan.

"Hahahahah ...." Suara tawa terdengar dari bibir Zizi. Zizi menertawakan Aixing yang sekarang menundukkan kepalanya seraya pergi menjauhinya. Aixing melirik sekilas ke arah Zizi sebelum melanjutkan jalannya. 

Lan Feiyu mengambil obat yang terletak di samping tubuh Zizi, pria itu membuka bungkusan dan menaburkan ke pipi Zizi. 

"Eh eh ... kenapa kamu kasar sekali," pekik Zizi menepis tangan Lan Feiyu yang mengobatinya. Ia belum siap, tapi Lan Feiyu menaburkan obat berbentuk serbuk yang membuat pipinya perih. 

"Wajahmu terluka." 

"Iya aku tahu, muridmu yang sudah melukaiku," ketus Zizi Lan Feiyu tidak menjawab, pria itu meratakan serbuk agar tepat berada di luka Zizi. Zizi terdiam, gadis itu menatap Lan Feiyu yang tampak serius mengobati lukanya. 

Lan Feiyu mengacungkan dua jarinya dan meletakkan tepat di luka Zizi. Cahaya berwarna biru keluar dari tangan pria itu menuju pipi Zizi. Zizi menatap sedikit takut pada cahaya yang kini seolah masuk pada dirinya. 

"Lan Feiyu, apa yang kamu lakukan?" tanya Zizi. 

"Mengobatimu," jawab Lan Feiyu dengan singkat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status