Lan Feiyu harus menerima kutukan dari sang ayah bahwa ia tidak akan bisa bersama cinta sejatinya, karena ia membangkang perintah ayahnya. Lan Feiyu seorang kultivator suci awalnya tidak mempedulikan kutukan ayahnya. Hingga semua berubah saat ia bertemu seorang perempuan cantik di danau kupu-kupu yang tengah memainkan serulingnya. Pertemuan Lan Feiyu dan Yan Zai Ziliu di danau kupu-kupu membuat keduanya tanpa sadar terikat. Yan Zai Ziliu dengan berbagai cara memaksa Lan Feiyu untuk mengangkatnya menjadi murid. Lan Feiyu tidak mau menerima murid perempuan, tetapi dengan berbagai upaya Yan Zai Ziliu berusaha keras agar Lan Feiyu mau menerimanya. Akankah hubungan keduanya sebagai murid dan guru akan tercapai? ikuti kisahnya dengan klik baca selanjutnya.
View MoreDi negeri Peony, berdiri megah sebuah kerajaan Lembah yang sangat ditakuti oleh kerajaan lain. Kekuatan prajurit Lembah terkenal tidak bisa dikalahkan oleh siapapun. Bahkan Dewa pelindung pun ada di pihak Kerajaan Lembah yang dipimpin oleh Raja Lan Angkara. Lan Angkara merasa tidak sanggup lagi menjadi raja, karena pria itu ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan mengembala. Ia mempunyai putra bernama Lan Feiyu, putra satu-satunya yang akan menggantikannya menjadi raja.
Namun, Lan Feiyu, Putra Mahkota Kerajaan Lembah selalu membangkang dengan ayahnya. Saat ayahnya menyuruhnya mengambil alih kerajaan, Lan Feiyu tetap memilih untuk bertapa dan melatih kekuatan bela dirinya. Seperti saat ini, Lan Feiyu tengah bertelanjang dada sembari duduk di atas air. Tubuh Lan Feiyu mengambang seolah air itu ada penyangganya. Matanya terpejam dan tangan yang berada di atas pahanya. Pria itu tengah duduk bersila dengan tenang.
Lan Feiyu memiliki perawakan yang sempurna, tubuh tegap dan paras yang sangat rupawan. Rahang kokoh, hidung mancung dan kulit yang sangat bersih. Namun perangai pria itu sangat keras kepala dan seenaknya sendiri.
“Pangeran Lan Feiyu, Raja memanggil Anda untuk menghadap,” ucap Wangga, pembantu raja yang berdiri di pinggir danau.
Lan Feiyu membuka matanya, pria itu menatap ke depan di mana banyak tumbuh-tumbuhan hijau. Setiap kali melihat tumbuhan, Lan Feiyu berasa hidup kembali karena kesegarannya.
“Pangeran,” panggil Wangga lagi. Lan Feiyu segera keluar dari danau dan mengambil bajunya yang ada di tepian danau. Lan Feiyu tidak menanggapi Wangga yang masih berdiri di sampingnya sambil menundukkan kepalanya dalam.
Feiyu membelitkan baju putihnya, menata rambutnya sejenak sebelum mengambil pedangnya. Feiyu membuka sarung pedangnya, meneliti dengan seksama pedang yang baru ia asah.
Wangga yang tidak mendengar jawaban dari Feiyu pun melangkahkan kakinya dengan pelan. Namun semua terhenti saat tiba-tiba Feiyu mengacungkan pedangnya tepat di bawah dagu Wangga.Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Feiyu, hanya pandangan pria itu yang menusuk tajam tepat pada manik mata Wangga. Wangga tidak berkutik, pria itu memejamkan matanya tatkala ujung pedang yang tepat di bawah dagunya membuatnya mengangkat dagu juga. Kalau ia bergerak sedikit, ujung pedang yang runcing itu pasti akan menusuknya.
“Kamu tahu apa yang harus kamu katakan,” ucap Lan Feiyu. Suara serak nan dalam itu adalah suara yang didambakan banyak perempuan. Namun Feiyu jarang bersuara. Bisa dikatakan siapa yang mendengar suara Feiyu, orang itu akan menjadi orang yang beruntung.
“Maafkan saya, Pangeran. Tapi berbagai alasan sudah saya gunakan. Sekarang Raja tidak mau menerima alasan apapun lagi,” ucap Wangga dengan takut.
Lan Feiyu menarik pedangnya, pria itu menggerakkannya ke belakang. Dengan sekali ayunan, pedang itu menebas batang pohon. Suara pohon ambruk membuat Wangga sedikit berjingkat.
Penduduk kerajaan bilang kalau Lan Feiyu adalah pangeran paling tampan di antara pangeran lainnya di berbagai kerajaan. Namun kalau marah, Lan Feiyu yang berhati malaikat bisa berubah menjadi iblis yang tidak akan mengampuni siapapun yang sudah berbuat salah.
Wangga sedikit memundurkan kakinya. Pria itu dalam keadaan yang serba salah. Menuruti perintah raja atau menuruti perintah pangeran.
“Tinggalkan saya sendiri!” titah Feiyu membalikkan tubuhnya.
Feiyu tahu apa yang akan ayahnya ucapkan. Pasti ayahnya akan menyuruhnya untuk menggantikan posisi raja. Feiyu sama sekali tidak tertarik dengan tahta tersebut. Baginya hidup bebas lebih menyenangkan daripada terikat dengan banyak peraturan. Alasan lainnya, ia tidak sudi bila harus menikah. Acapkali ada kesempatan, pasti orang tuanya menjodohkannya dengan putri kerajaan lain. Feiyu tidak suka melihat perempuan yang sibuk menarik perhatian padanya. Feiyu lebih memilih berteman dengan alam, dengan pedangnya dan dengan kuda kesayangannya.
“Pangeran, kali ini jaminannya kepala saya. Kalau saya tidak membawa Anda menghadap, kepala saya yang menjadi taruhan,” ujar Wangga menundukkan kepalanya.
Feiyu yang akan pergi pun menghentikan langkahnya, pria itu menolehkan kepalanya sedikit ke arah Wangga. Wajah Feiyu sudah memerah, tangannya juga terkepal dengan kuat. Feiyu sudah bosan dengan ayahnya yang terus menyuruhnya memimpin, sedangkan dia sama sekali tidak tertarik. Namun rupanya, Raja tidak menyerah dengan usahanya.
“Baik, saya akan ke sana,” putus Feiyu dengan final. Wangga menghembuskan napasnya dengan lega.
Feiyu memasukkan pedangnya, pria itu bergegas menuju kuda hitam yang tidak jauh darinya. Feiyu segera menaiki kudanya dan menjalankan ke Istana Lembah. Feiyu dan kudanya menyusuri jalanan yang terjal dan melewati hutan belantara. Di ujung senja, pria itu dengan berani melewati rumah binatang buas yang siapa saja ke sana harus mengumpulkan keberaniannya termasuk Wangga. Wangga yang juga menaiki kuda menyusul dengan kuwalahan karena tidak bisa mengimbangi kecepatan Feiyu.
Feiyu mendapatkan tempat yang enak di Istana, bahkan ada juga danau buatan di sana. Namun semua tidak bisa mengalahkan keindahan alam Negeri Peony, apalagi yang ada di bagian belantara hutam. Di balik hutan lebat yang tampak menyeramkan, ada danau indah yang biasa didatangi Feiyu untuk latihan bela diri.
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Feiyu sampai di Istana. Kedatangannya disambut hormat oleh para prajurit yang berjejer rapi di sana.
“Selamat datang, Pangeran,” ucap para prajurit menundukkan kepalanya dengan hormat.
Feiyu tidak sedikit pun menoleh, pria itu segera menuju ke aula utama menghadap Sang Raja. Kedatangan Feiyu yang tiba-tiba membuat Raja dan Sang Permaisuri berdiri, beberapa orang di sana juga berdiri menyambut Feiyu.
“Cepat katakan!” titah Feiyu tanpa basa-basi. Bahkan berbicara dengan raja, ia tidak bisa santai.
“Lan Feiyu, kamu tahu apa yang akan saya ucapkan. Tidak ada alasan lagi untuk kamu menolak,” ujar Angkara.
"Sampai kapan pun itu, jawaban tetap sama. Saya tidak bersedia mengambil alih tahta itu," jawab Feiyu.
"Feiyu, kamu keturunan sah Kerajaan Lembah dan satu-satunya."
"Anda masih bisa memimpin kerajaan. Jangan limpahkan semuanya pada saya. Kalau disuruh memilih, saya lebih baik memilih pergi dari Istana ini," ucap Feiyu yang membuat semua orang tercekat.
Angkara mengeluarkan pedangnya dan mengacungkan pada putra semata wayangnya. "Jaga ucapanmu, Lan Feiyu!" bentak Angkara.
Lan Feiyu mengangkat sudut bibirnya kecil, pria itu sama sekali tidak gentar diacungi pedang oleh penguasa terkuat di Negeri Peony. "Anda tahu siapa saya, Raja. Sekali saya mengatakan tidak, saya juga tidak akan melakukannya," ucap Lan Feiyu.
"Kamu sudah membangkang, Lan Feiyu."
"Itu yang saya lakukan sejak dulu."
"Jangan sampai aku mengutukmu, Lan Feiyu!" desis Angkara dengan tajam.
"Kutuk saja, Raja!" titah Lan Feiyu menantang. Bukan Lan Feiyu kalau tidak menantang apa ucapan ayahnya.
“Sebelum seribu tahun, kamu tidak bisa hidup bersama cinta sejatimu!” teriak Raja Lembah dengan murka. Tangannya mengacungkan pedangnya tepat ke leher Putra Mahkota bernama Lan Feiyu.
Kali ini Raja benar-benar murka dengan ucapan anak semata wayangnya. Acapkali selalu membangkah titahnya, hingga kini Lan Feiyu, putra yang sudah dia besarkan memilih keluar dari istana daripada menjadi raja.
Lan Feiyu, laki-laki bermata hitam legam itu hanya terdiam tidak mempercayai kutukan dari ayahnya.
"Cih." Lan Feiyu berdecih dan segera membalikkan tubuhnya meninggalkan ayahnya.
"Lan Feiyu," teriak Raja mengangkat tangannya ingin melempar pedangnya. Namun sebelum mengenai tubuh Lan Feiyu, Lan Feiyu sudah membalikkan diri dan menendang pedang itu hingga jatuh terpental.
Prang!
Suara pedang itu membuat Raja terdiam. Sekarang Putranya bukan lagi pria lemah, melainkan pria dengan kekuatan yang tidak bisa diragukan."Hahaha ... rasain," pekik Zizi mendorong tubuh Ji Lian ke sungai di bawah air terjun. Zizi sudah sembuh sejak kemarin, gadis itu senang saat ia bangun ia mendapati teman-temannya yang datang. Dan saat ini teman-temannya malah tidak mau kembali ke Mata Air. Kata teman-temannya lebih enak di Lianhua dari pada Mata Air. "Zizi, kamu nakal sekali. rasain ini!" pekik Ji Lian menarik tangan Zizi hingga Zizi ikut jatuh ke sungai. Kedua orang itu tertawa dengan nyaring. Wei Yizi dan Xuan Yi demikian. Kedua orang itu sedang saling dorong untuk menjatuhkan lawannya agar jatuh ke air. "Rasain ini, rasain," pekik Wei Yizi mendorong Xuan Yi agar jatuh, tetapi dirinya sendiri lah yang terjatuh ke air. Xuan Yi tertawa dengan kencang, menertawakan Wei Yizi yang jatuh sendiri. Keempat orang itu saling melempar tawa. Zizi memainkan air untuk mengguyurnya ke Wei Yizi. Terlihat jelas di raut wajah mereka kalau mereka sedang bahagia. Kini segala permasalahan yang terjadi sudah teratasi. Lempeng Vi, dan
Setelah tiga hari, Lan Feiyu sudah sehat seperti sedia kala. Saat ini Lan Feiyu tengah menatap pemandangan yang indah di hadapannya. Pria itu berada di depan tangga yang penuh pohon kertas di kanan dan kirinya. "Lan Feiyu, kita harus mengambil lempeng Vi secepatnya," ucap Li Haoxi pada Lan Feiyu. Lan Feiyu menganggukkan kepalanya. Yan Liqin datang bersama Zizi menghampiri mereka. Yan Liqin menarik bajunya hingga memperlihatkan tubuh atasnya. Cahaya emas keluar dari tubuh Yan Liqin yang menyilaukan. "Aku sudah siap, ambil secepatnya," ucap Yan Liqin. "Kakak," panggil Zizi memegang tangan kakaknya. "Kakak tidak akan kenapa-napa," ucap Yan Liqin meyakinkan adiknya. "Kakak harus janji padaku kalau kakak akan baik-baik saja!" pinta Zizi. "Zizi, kultivasi di diri kakak tidak rendah, hanya mengeluarkan lempeng Vi tidak akan sulit buat kakak." "Apa nanti kekuatan kakak akan hilang?" "Tidak," jawab Yan Liqin. Yan Liqin mengajak Lan Feiyu, Li Haoxi dan Li Ren menuju ruang pengobatan.
Lianhua yang berarti teratai, seperti namanya, tempat ini dipenuhi dengan bunga teratai yang sangat indah. Lan Feiyu, Zizi, Aixing, Li Ren, Li Haoxi, Xiaowen, Yan Liqin, dan Wei Yizi memijakkan kakinya di gerbang utama Lianhua yang sangat megah. Zizi menatap takjup ke arah air terjun di samping istana yang penuh dengan bunga kertas. Di samping kanan ada lapangan yang sepertinya digunakan oleh Yan Liqin untuk berlatih, sedangkan di sampingnya ada danau dengan banyak bunga teratai. Di sisi kiri, ada istana megah dengan banyak bunga kertas di sana. Zizi tidak bisa menghentikan kekagumannya menatap ke sana. Lan Feiyu yang masih setengah sadar ikut takjup melihat tempat yang ditinggali Yan Liqin. Yan Liqin menolehkan kepalanya, pria itu melihat Lan Feiyu yang lemas dibantu Xiaowen. Yan Liqin menghampiri Xiaowen, pria itu menarik tangan Lan Feiyu dan mengalungkan ke lehernya. Yan Liqin menggendong tubuh Lan Feiyu. "Aku masih bisa jalan sendiri," ucap Lan Feiyu. "Xiowen, panggilkan tabib
"Li Zimai, ini sangat tidak masuk akal. Kamu sudah lama berlatih di Mata Air, kamu juga menguasai ilmu sabre yang baik. Aku pernah melawanmu, dan aku tahu betul bagaimana kemampuanmu. Tetapi hanya karena alasan sepele, kamu membelot mengikuti kultivasi hitam. Sangat konyol," ujar Zizi menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang konyol bagiku. Ini bukan salahku, tetapi salah kalian. Siapa kamu Zizi, kamu adalah gadis yang tidak tahu diri. Karena kamu, aku tidak lagi punya tempat di Mata Air." "Kalau sejak awal kamu menginginkan tempat di Mata Air, kamu bisa mengatakannya padaku. Dengan senang hati aku akan keluar. Tetapi yang saat ini kamu lakukan, kamu sudah menghianati kepercayaan Klanmu sendiri. Kamu dibesarkan oleh Guru Li, tetapi saat besar kamu menjadi musuh dalam selimut. Kamu menikam kami semua dengan menghadang perjalanan kami saat mencari lempeng Vi. Yang lebih tidak tahu malu itu kamu!" tunjuk Zizi dengan marah. "Guru Li, Lan Feiyu dan Aixing bekerja keras untuk mendapatkan
Suasana semakin ricuh saat mereka terus beradu kekuatan. Zizi tidak tinggal diam, perempuan itu ikut menyerang menggunakan pedangnya. Tidak sengaja Zizi menebas tangan Yu Yulong saat pria itu akan pergi. Yu Yulong mati di tempat karena Zizi. Ji Nian, Wei Mingho yang menjadi provokasi dalam pengepungan itu pun kini kuwalahan dengan keberaniannya sendiri. Kini pertarungan menjadi dua kubu, kubu yang dipimpin Wei Minghao dan kubu yang dipimpin oleh Yan Liqin. Kekuatan Yan Liqin saat ini menjadi kekuatan paling kuat, penguasa gunung setan sudah ia taklukkan. menaklukkan barisan orang serakah yang saat ini ada di depannya tidak membuat Yan Liqin gentar. Aixing mengeluarkan busurnya, pria itu melesakkan tujuh anak panah yang mengeluarkan api. Seketika bisa membunuh orang-orang yang akan menyerangnya. Selalu ada yang dikorbankan untuk sesuatu yang lebih besar. Bukan Lan Feiyu ingin membuat keributan hingga banyak nyawa yang tumbang, tetapi demi perdamaian di kemudian hari. Orang-orang yang
"Aku akan membawa Zizi," ucap Lan Feiyu. Namun, Yan Liqin segera membopong tubuh Zizi, pria itu membawa Zizi dalam gendongannya. "Aku bilang aku yang bawa Zizi," ucap Lan Feiyu menghadang Yan Liqin yang akan berjalan. "Aku kakakknya, aku yang berhak membawanya," jawab Yan Liqin. "Aku kekasihnya," kata Lan Feiyu. "Lan Feiyu, kita bahas di luar. Di gua ini menyerap energi," ucap Li Haoxi menarik tangan Lan Feiyu agar menyingkir dari Yan Liqin. Yan Liqin meninggalkan Lan Feiyu, pria itu berjalan keluar dari gua. Lan Feiyu, Li Haoxi, dan Aixing mengikuti Yan Liqin. Saat mereka sampai di luar, langit yang tadi saat mereka datang berwarna gelap, kini menjadi cerah seketika. Gunung setan itu kini tidak lagi tandus dan kering, hewan-hewan yang tadi ada di sana juga hilang seketika. "Eh, keadaan tanah sudah tidak tandus lagi," ucap Aixing menatap tanah yang sudah terlihat subur. "Anyao sudah mati, sihir jahat yang dia kelola ikut musnah," kata Yan Liqin. "Kamu mau membawa Zizi kemana?
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments