Sehabis nge-drama bareng suami di kamar, aku pamit untuk pergi sebentar ke kobong nya Retno, buat ngasih hadiah baju yang udah kita persiapkan dari perjalanan tadi.Sebagai rasa ungkapan terima kasih dari aku karena Retno pernah menjadi teman baik yang menemani hari-hari aku ketika aku merasa gak betah ada di tempat ini. Sekaligus ngasih kabar bahwa aku dalam keadaan baik-baik aja."Assalamualaikum," ucapku sambil mengetuk pintu kamar santri milik mereka."Wassalamu'alaikum, masuk aja!""TARAAA!!! Surprise!" Aku mengangkat kantong belanjaan di depan mereka."Kak Reeeeyyyy!" Astaga, mereka yang lagi dalam keadaan suntuk itu, tiba-tiba langsung cerah dan satu persatu memeluk tubuhku."Kak Rey, apa kabarnya? Aku kangen!""Aku juga, kayanya Kak Reynata diculik orang ya?""Katanya Ustadz Husein juga masuk kantor polisi, terus gimana keadaannya sekarang?""Yang culik pasti si Mbak-mbak sinis itu kan, yang pernah dorong Asri sampai jatuh?"Mereka saling mengoceh mengutarakan isi hatinya ket
Setelah sholat isya dan semua kegiatan di ma'had selesai, aku dan Akang diajak untuk ikut makan malam bersama, di rumah ibu dan bapak. Kami belum sempat ketemu karena bapak mertuaku baru aja tiba dari kegiatan ceramahnya untuk menggantikan Akang Husein yang sementara cuti.Lantas, aku pun sedikit-sedikit membantu ibu menyiapkan semuanya sampai seluruh makanan tersaji cantik di atas meja makan.Lalu kami melangsungkan makan malam dengan hidmat."Alhamdulillahirobbilalamin, atas kuasa Allah kamu dan Rey bisa kembali pulang dengan selamat di pondok ini, Bapak turut bahagia. Pokoknya selama kalian tidak ada, pihak pondok selalu mengadakan istighosah bersama memanjat doa untuk keselamatan kalian. Alhamdulillah akhirnya doa itu berbuah manis," ungkap Bapak disela-sela makan malamnya."Terima kasih, Pak, Ibu, atas doa restu dan semangat dari kalian, akhirnya saya dan juga Rey bisa kembali ke sini dengan selamat, dan situ semua tak lain berkat doa dari kalian.""Bapak cuman bisa berdoa sama A
Awalnya dapat nasehat yang menenangkan, tapi akhirnya malah ditutup oleh ultimatum yang aneh dari ibu mertua.Untung saja aku sudah pernah berbicara ini sebelumnya sama Akang, jadi dia tidak perlu panjang lebar lagi mengingatkan aku untuk tidak usah mendengarkan apa yang diucapkan ibunya.karena sekali lagi, dia sudah tekankan bahwa memiliki anak itu terserah Allah saja, mau cepat atau lambat kami akan menerimanya dengan ikhlas."Duh cantiknya istriku, sini di samping saya." Aku tersenyum sambil merebahkan tubuhku ke dalam pelukannya. Menemani dia membaca kitab sebentar untuk bekal mengajarnya esok hari."Akang ganteng deh!""Uhm, makasih istriku!" Dia mencubit pipiku persis pasangan yang baru aja menikah. Gemes gimana gitu!Sekarang, aku juga bisa menikmati keindahan daru laki-laki ciptaan Tuhan dengan leluasa, karena melihat Husein hanya dengan kaos lengan pendek berwarna putih dan celana pendek yang saja sudah mampu membuat aku kesemsem sampai ulu hati. Sangat kontras dengan war
"Akang ih, nanti diliat orang!" Aku sangking kagetnya, secara spontan mendorong tubuhnya sedikit agar lebih menjauh."Kan sudah saya pastikan gak ada orang sayang! Sebentar, lipstik kamu berantakan tuh!" celoteh laki-laki berwajah tak berdosa itu. Spontan lah aku terbelalak, "hah?" Aku segera merapikan lipstik dari pantulan layar ponsel seperti apa kata Husein tadi."Sembarangan ih Akang, gak tau tempat!" Dia nyengir, setelah itu malah berjalan masuk lebih dulu ke dalam kelas.Sedangkan aku cuma bisa menggerutu di tempat semula sambil menetralkan kembali degup jantung."Bahaya dah dia!""Yang di luar segera masuk, pelajaran akan dimulai!" "Iya Ustadz!"Buru-buru aku juga masuk ke dalam kelasnya dia, dan duduk di bangku paling belakang sesuai pertama aku datang ke sini.Dia mulai menerangkan mata pelajaran yang dia baca tadi malam, bab perihal pembagian najis dalam islam."Ada tiga klasifikasi najis di dalam hukum fiqih islam, yakni 1. Mughalladhah (najis berat) : najis sentuhan d
Husein tetap menarik tanganku sampai kita berdua tiba di kamar. Sebentar dia keluar dan mengunci pintu ruang tamu, lalu kembali dengan mengunci pintu kamar."Akang, aku bisa jelasin!" Hanya itu yang bisa aku ucapkan, tapi melihat ekspresinya yang marah, aku jadi kehilangan kata-kata dan jadi gak tahu mau jelaskan apa."Kamu pasti paham kan apa yang dimaksud oleh Retno tadi?"Iya, aku paham banget sayang. Itu karena aku menceritakan hal yang terjadi di hotel kemarin. Betapa bodoh lah otakku ini!"Maafin Rey ya, Akang!" Aku hanya bisa meminta maaf dengan tulus.Dia?? Pertama kalinya dia membuka mata lebih lebar dan wajah memerah daripada saat tahu hubungan aku dengan Reza. "Astaghfirullahhal'adzim Rey! Kamu tahu tidak, hal yang terjadi pada saat terjadinya hubungan suami-isteri maka itu menjadi rahasia kita berdua. Kamu dengarkan hadist ini! Paling buruknya kedudukan manusia di sisi Allah nanti di akhirat adalah orang laki-laki yang berhubungan badan dengan istrinya atau sebaliknya, l
Waktu salat dzuhur sudah tiba dan alhamdulillahnya, kita berdua juga sudah selesai menunaikan hajat di ranjang dengan tepat waktu. Yang tadinya bertengkar saling adu urat dan air mata, tapi sekarang kita berdua lagi tetap-tatapan dengan senyuman manis yang memabukkan. Kayaknya aku tuh enggak bakal bisa kalau nolak permintaan dia dalam hal berhubungan begini, apalagi dia mintanya dengan wajahnya yang ganteng dan roti sobeknya yang menawan, ayok terus lah pokoknya!Mau tiap hari juga ayok, selain ibadah dan menambah pahala, menatap wajah orang tampan juga sangat baik untuk psikologi kita. Enggak perlu lagi deh melihat tokoh yang tidak real di drama Korea, karena di depanku juga sudah ada laki-laki nyata yang ganteng dan bertanggung jawab untuk dunia dan akhiratku.Walaupun aku nggak bakal nolak kalau misalkan diajak foto bareng sama Kim Seon Ho!"Saya sholat Dzuhur dulu ya, kamu juga segera mandi wajib. Tidak baik menunda hal itu Ay!" kata suamiku dengan suara serak nan manjanya.Tang
"Assalamualaikum...."Aku mendengar suara Husein yang sepertinya sudah selesai salat berjamaah di masjid. Dengan penampilan baruku ini, mudah-mudahan dia akan takjub dan menyukainya."Waalaikumsalam!" Lalu aku berjalan ke ruang depan untuk membukakan pintunya. "Hai Akang!" kataku sambil senyum-senyum menatap dirinya.Tapi bukannya merespon penampilan baruku ini, dia malah ternganga di depan pintu. Sedang wajahnya celingukan dan justru dia keluar lagi dari pintu dan mengelilingi area teras."Akang cari siapa sih?" Aku mulai menggerutu di depannya."Maaf sepertinya saya salah rumah deh, ini siapa ya?"What's? Dia lagi cosplay jadi aktor apa gimana nih, pinter banget aktingnya."Akang ih, jangan kayak gitu dong, aku kan jadi malu sendiri!" timpalku kesal."Enggak, maksudnya saya pikir ini adalah pintu surga, soalnya kok saya disambut sama bidadari yang cantik banget, gini ya?"Gubrak deh! Ini dia lagi menggombal, tapi versi yang alimnya kali ya?"Ini konsepnya mengarah ke mana sih Kang?
"Jadi sekarang kamu mau makan siang di mana? Pilih deh tempatnya terserah Ayang!""Akang maunya di mana?" tanyaku balik padanya.Dia tetap fokus memainkan kemudi mobil sambil sesekali berbicara menatapku, karena dia tidak pernah menghilangkan kontak mata ketika kita sedang terlibat percakapan."Enaknya di mana ya? Bagaimana kalau kita makan di restoran Padang yang waktu itu, mau?""Kayaknya enggak deh, soalnya aku lagi gak mau duduk di ruangan yang terbuka, enggak suka sama asap rokok. Nih ya, aku tuh bersyukur banget memiliki suami yang jauh dari rokok.""Kenapa gitu?""Ya soalnya mulut orang yang merokok itu tu nggak enak, bau, dan pahit."Seketika suasana hening."Oh ya? Memangnya kamu pernah makan mulutnya laki-laki yang perokok ya, kok bisa tahu banget sih rasanya?"OMG kenapa aku bisa keceplosan selancar itu sih? Artinya, secara tidak langsung dan sukarela dong aku bilang kalau pernah berurusan dengan mulut cowok yang perokok. Ini namanya memancing keributan part 2, mana gak bi