Share

Mulut Ibu-ibu Julid

"Jadi sekarang kamu mau makan siang di mana? Pilih deh tempatnya terserah Ayang!"

"Akang maunya di mana?" tanyaku balik padanya.

Dia tetap fokus memainkan kemudi mobil sambil sesekali berbicara menatapku, karena dia tidak pernah menghilangkan kontak mata ketika kita sedang terlibat percakapan.

"Enaknya di mana ya? Bagaimana kalau kita makan di restoran Padang yang waktu itu, mau?"

"Kayaknya enggak deh, soalnya aku lagi gak mau duduk di ruangan yang terbuka, enggak suka sama asap rokok. Nih ya, aku tuh bersyukur banget memiliki suami yang jauh dari rokok."

"Kenapa gitu?"

"Ya soalnya mulut orang yang merokok itu tu nggak enak, bau, dan pahit."

Seketika suasana hening.

"Oh ya? Memangnya kamu pernah makan mulutnya laki-laki yang perokok ya, kok bisa tahu banget sih rasanya?"

OMG kenapa aku bisa keceplosan selancar itu sih? Artinya, secara tidak langsung dan sukarela dong aku bilang kalau pernah berurusan dengan mulut cowok yang perokok.

Ini namanya memancing keributan part 2, mana gak bi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status