Kedua mata milik Cindya tengah memperhatikan seorang pria yang keluar dari dalam mobil berwarna hitam, sih pengemudi melangkah masuk setelah melihat sekitar, seolah sedang memastikan situasi aman.
Wanita itu memilih untuk mengikuti Dharmatio, rasanya tidak puas jika tidak melihat secara langsung. Dan disinilah ia berada, di basement sebuah apartement yang sering dikunjungi olehnya. Bahkan, hampir setiap hari, tetapi beberapa hari belakangan tidak sempat untuk datang.
“Seperti ini mas kamu belakang aku?” monolognya, cengkaraman tangannya pada stir kemudi semakin menguat. Melampiaskan perasaan marah, kesal dan kecewa.
Semua berantakan. Cindya sangat membenci sesuatu yang berantakan.
Dering ponsel menandakan panggilan suara masuk, membuat wanita itu menoleh dan meraih benda pipih yang menyala. Tertera nama ‘Bu Ninda’, tentu saja membuat keningnya menyipit. Perasaannya semakin tidak beraturan, hancur.
“Hallo, Bu Ninda ….” ucap Cindya setelah panggilannya terhubung dengan seorang wanita di