Sementara itu, Jenderal Perang Joseph juga tersenyum.
"Apa ini dianggap takdir? Kebetulan sekali keturunan Narapati dipertemukan dengan Fandy."
Mery yang ada di sebelah juga tidak bisa menahan tawa.
"Mungkin, pokoknya adikku sangat terkenal di kalangan wanita."
Kalau Guru tahu kali ini adik seperguruan akan bertarung melawan keturunan Narapati, entah seberapa luar biasa ekspresinya.
Akhirnya, Alham dan Romli berdiri di gelanggang. Romli pun memasang tatapan tajam.
"Tunjukkan kemampuanmu yang sebenarnya!"
Setelah kejadian di pesta bir, mana mungkin Romli tidak tahu dendam antara Alham dan Fandy? Karena sekarang akan menghadapinya, dia tentu saja akan berusaha sekuat tenaga. Meskipun tidak bisa mengalahkannya, setidaknya Romli akan membuat pria itu terluka.
"Terserah kamu."
Alham bersikap sangat tenang seolah kemenangan sudah pasti akan menjadi miliknya.
Saat pertempuran dimulai, tubuh Romli menggigil dan bisa dilihat darah mulai mengalir di atas kulitnya. Tidak ada seorang pun yang tahu