Keesokan paginya, aku terbangun jam enam pagi.
"Alaahh, jadi kesiangan sholat subuh!" gerutuku.
Mama, Papa, dan yang lainnya seperti benar-benar marah padaku. Sampai tidak ada yang mau membangunkan aku sholat subuh.
Bergegas aku ke kamar mandi, untuk mengambil wudhu.
Selesai sholat, aku memeriksa handphone. Ternyata Senja sudah membalas pesanku.
"Terima kasih, Abang sudah perhatian pada anjing dan kucing disana. Abang tenang saja ya, aku sudah menjelaskan pada Bapak dan Ibu tentang kejadian malam itu. Semua memang salahku, yang sudah bertindak berlebihan. Seharusnya aku tidak sembarangan mengambil keputusan. Karena keputusan dan perintah Komandan, harusnya aku utamakan."
Aku tertegun, membaca pesan dari Senja. Kenapa malah jadi dia yang salah? Jelas-jelas, aku yang salah karena sudah menuduh sembarangan.
Akhirnya aku memutuskan, untuk video call dengan Senja.
Wajah Senja yang sedang duduk setengah berbaring, langsung terlihat saat panggilan diangkat. Masih ada bekas lebam, tapi