Setelah pulang sekolah, Gema benar-benar membawaku ke sebuah salah satu rumah sakit yang ada dikota in. Katanya, adik Biru sedang dalam masa perawatan yang intensif ada banyak luka dalam yang membuatnya belum sadarkan diri.
Sebagai seorang teman tidak ada salahnya juga aku ikut berbela sungkawa atas kejadian ini, meskipun aku terlalu canggung saat bertemu langsung dengan orangtua Biru.
"Kau ini kenapa?" tanya Gema saat aku masih berdiri di belakangnya.
Sekarang kami sudah sampai di depan pintu ruangan--tempat dimana adiknya Biru dirawat.
"Malu." Balasku sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal.
Gema menggelengkan kepalanya seraya menghembuskan napas panjang.
"Kita hanya menjenguk orang sakit, bukan akan melakukan pertunjukan di depan banyak orang. Kenapa harus malu? Aneh sekali," ujar Gema dengan sinis.