"Ish … hepi sekali, Anda."
Pria itu kembali tertawa, manis sangat manis. Bagaimanapun akan sulit bagi kami menjaga sebuah profesionalisme dalam hal pekerjaan. Karena keterikatan dan sebuah hubungan yang melibatkan perasaan terdalam. Paling tidak, aku akan tetap bertanggung jawab atas semua pekerjaanku.
Tawa Mas Satria terhenti saat terdengar suara ketukan di pintu. Segera dia beranjak berjalan menuju pintu dan membukanya. Pak Agus kepala cabang kami, muncul dari balik pintu. Pandangannya mengarah kepadaku.
"Aku cariin tadi, kamu ke ruanganku sekarang." Pak Agus menunjukku dengan dagunya.
"Iya, tadi saya minta Rania mengerjakan laporan performance marketing untuk meeting dengan divisi HRD area lusa." Tanpa ditanya Mas Satria memberi penjelasan.
"Oh, iya. Yang untuk divisi collection sudah kamu minta juga?" tanya Pak Agus pada Mas Satria.
"Sudah, Pak." Mas Satria menjawab disertai anggukan. Terlihat Pak Agus juga manggut-manggut.
"Ayok, ditunggu Pak Andreas di ruanganku," ucap Pak Agu