Malam sebelum pernikahan Indah terjadi keributan antara Mayang dan Panca. Keduanya baru saja selesai bercinta dan terlibat adu mulut ketika Panca memaparkan acara akhir minggu mereka adalah mendatangi resepsi pernikahan Indah. Keduanya bahkan masih tanpa busana dan meringkuk di balik selimut ketika mereka saling tunjuk.
Usapan dan belaian tangan Panca di punggung Mayang dalam beberapa detik saja berubah menjadi penolakan dan amukan.
“Siapa yang undang kamu ke acara itu? Memangnya kamu harus datang? Kamu nggak nanya gimana perasaan aku? Terus kamu langsung iyain aja? Aku nggak mau, Ca! Nggak mau!” Mayang berbalik dan memunggungi Panca.
“Kamu bisa nggak, sih, sekali-kali langsung nurut aja tanpa banyak protes? Memangnya kamu nggak percaya kalau apa yang aku lakukan ini pada akhirnya buat kita juga?” Panca menumpuk bantalnya menjadi lebih tinggi dan menaikkan selimut sampai ke dada. Ia melemparkan tatapan kesal ke punggung Mayang.
“Aku udah bilang nggak akan datang ke pernikahan siapa