“Ke mana saja kamu semalam? Dan kenapa telpon Papa selalu kamu reject, Andra?” Andra seperti sedang disidang. Saat ini Andra tengah duduk di sofa ruang tengah. Tampak di hadapannya telah duduk Darma dan Nita yang menatapnya dengan tatapan dingin dan tajam.
Saat sebelum pulang pun Andra sudah menduga jika hal ini pasti akan terjadi. Interogasi dan ceramah dari orang tuana memang selalu melekat dalam kehidupan Andra sehari-hari. Hingga membuat Andra merasa muak dan bosan.
“Aku habis dari Club, Pa. Aku pergi dengan teman-temanku dan menginap di hotel.” Andra pun berdusta. Karena tak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya pada kedua orang tuanya.
Mata Darma memicing menatap Andra tak yakin. “Club Mana yang kamu maksud? Dan siapa teman-teman kamu itu?”
“Kenapa Papa harus bertanya sedetile itu? Apa perlu aku menjelaskan hingga ke tektek bengeknya? Sudah jelas aku pergi ke Club yang biasa aku kunjungi. Dan Papa pun tidak