"Maaf, aku emosi." Jonatan mengusap wajah kasar.
"Walau tidak emosi pun akan sama bukan, mengatakan hal yang menyakitkan." Sorot mata Berlian menyimpan sebuah kebencian.
Jonatan menyesal karena dirinya suka keceplosan bicara dan membuat hati berlian sakit. Ia hanya ingin cinta mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Jika hidup bersama berlian belum tentu cinta akan mendapatkan hal yang seharusnya didapatkan.
"Aku tidak bermaksud seperti itu, besok aku akan kembali. Sekali lagi maaf," ujar Jonathan.
Tidak ada pembahasan siapa anak siapa. Berlian pun sepakat tak mau membuka mulutnya. Ia melihat punggung pria itu menghilang di balik pintu mobil.
Rasa di hati begitu bercampur, antara senang pria itu sudah tahu kebenarannya. Juga perasaan sedih karena Jonathan sekali lagi menyinggung hatinya.
Nenek Lastri sudah berdiri di ambang pintu, melihat sosok itu Berlian pun berhambur memeluknya.
"Nenek paham bagaimana hati kamu sekarang."
"Salah aku bertahan seperti ini Nek, dia mau mengambil C