Merry berbaring kembali, tubuhnya pegal karena perjalanan yang panjang. Dia merasa aman bersama Peter, seolah-olah pria itu adalah satu-satunya hal yang tetap dalam hidupnya. Dia bersyukur atas kehadirannya.
Beberapa menit kemudian, Peter kembali. "Airnya sudah siap. Ayo, aku bantu kamu masuk. Tapi pertama-tama, kita bungkus pergelangan tanganmu dulu supaya nggak basah."
"Oh, iya, aku hampir lupa," ujarnya sambil menunduk menatap luka yang dibalut di pergelangan tangannya.
Peter sudah meminta plastik pelindung kepada kepala pelayan untuk membungkus pergelangan tangannya. Dia membungkusnya dengan lembut, lalu membantu Merry melepaskan pakaian. Saat Merry tersipu karena momen intim itu, Peter tertawa pelan.
"Ayolah, Merry. Ini bukan pertama kalinya aku lihat kamu telanjang."
"Peter .... Hanya saja ini sudah lama," gumamnya, pipinya memerah semakin dalam.
"Aku tahu. Tapi kita nggak di sini untuk tenggelam dalam masa lalu. Kita di sini untuk merawatmu. Sekarang, ayo masuk ke bak itu," ujar