Galih menatap manik gelap Nilam lamat-lamat. Dia tahu jika Nilam sering bermain-main dengan menggodanya. Namun, malam ini Nilam terlihat sangat berbeda. Entah mengapa, Galih harus menjaga kewarasannya saat jarak mereka semakin dekat. Tatapan mata Galih hanya terfokus pada bibir ranum Nilam di depanya. Ia memejamkan mata untuk menata emosinya yang kocar-kacir. Galih menahan dahi Nilam dengan ujung jarinya dan mendorongnya mundur.
Bisa gawat jika dia kehilangan kendali. Apalagi pekerjaannya belum selesai.
“Sikap kamu aneh malam ini,” ujar Galih dengan suara serak. “Kalau kamu memang sudah siap, katakan saja. Saya akan mendengarkan kamu.”
Nilam mengulas senyum misterius. Sebenarnya, ia sangat ingin menertawakan ekspresi Galih saat ini. Pria itu terlihat gugup dan telinganya sedikit memerah. Nilam berdeham kecil sebelum mengangkat dagu suaminya. “Kamu beneran mau denger nggak sih, Mas? Kayak nggak niat gitu reaksinya. Atau aku beneran ganggu kamu? Ya udah, aku ke kamar aja. Kapan-kapan ki