Hanif benar-benar kaget. Ucapan Mia sangat tidak bisa dipercaya. Hanif bukannya tidak mengenal kekasihnya dengan baik. Bagaimanapun, sejak menyerah terhadap Nilam, Hanif sudah melakukan pendekatan selama berbulan-bulan pada Mia dan berkencan dengannya selama setahun terakhir.
Namun, wanita itu tidak pernah menunjukkan penolakan keras seperti ini. Biasanya Mia akan selalu menghormati keputusannya apapun yang terjadi. Itu sebabnya Hanif nyaris tidak bisa memahami perubahan sikap Mia yang tiba-tiba. Seolah wanita baik nan penyayang yang ia kenal bukanlah wanita yang berdiri di depannya.
Hanif berusaha menenangkan pikirannya sejenak. Kepalanya sedang penuh dan Hanif tidak ingin terbawa emosi. Dia tidak ingin membentak Mia jika masalahnya bisa diselesaikan dengan kepala dingin.
“Mia, tolong duduk dulu,” ucap Hanif lembut, menarik tangan Mia supaya kembali duduk di seberang meja. “Tolong, jangan minta saya untuk memilih di antara dua wanita yang sama-sama saya sayangi. Ini bukan keputusan