Bab 81
Dewa memeluk Andini cukup lama. Anehnya, Andini tak kuasa menolak dekapan hangat pria dewasa itu. Ia merasa nyaman melabuhkan kepalanya di dada liatnya. Bahkan ke dua tangannya pun menyambut, melingkari tubuh kokoh itu tanpa sadar.
“Kamu tau, aku kangen berat,” bisik Dewa dengan suara khasnya.
Andini dilanda gugup dan canggung. Ia mengumpati dirinya, kenapa begitu mudah menerima pelukan dari pria itu.
Gegas, ia melepaskan tangannya, tak boleh terlalu intim. Sudah cukup, mereka melakukan kontak fisik. Tidak seharusnya mereka mengulangi itu semua. Toh, hubungan mereka dilandasi kepura-puraan. Simbiosis mutualisme.
“Om,” imbuh Andini namun Dewa masih tetap ingin memeluknya lama. Harum aroma parfum mahal berbaur dengan aroma feromon yang begitu kuat membuatnya tak berdaya.
Setelah Dewa merasa puas, barulah ia melepas pelukan itu. Dipandangi lah wajah Andini yang sudah merona seperti kepiting rebus. Ia mengangkat dagunya agar mereka bersitatap.
“Kenapa diam? Kamu belum jawab pertan