"Nyonya Yura, silahkan Anda maju dan beri kesaksian."
"Baik."
Yura berdiri di ruang sidang dengan pakaian hitamnya yang sederhana, rambutnya dikuncir rapi. Matanya sembab, menandakan berapa banyak air mata yang telah tumpah sepanjang malam sebelumnya. Dia merasa bersyukur dan bahagia ketika mengetahui bahwa Dony, tidak menghadiri sidang yang sangat penting ini. Hakim yang berwibawa dengan kacamata di ujung hidungnya melihat Yura dengan tatapan simpati sebelum memutuskan untuk menunda sidang.
"Kita akan menunda sidang hingga dua minggu lagi, dan saya harap Tuan Dony dapat hadir untuk mediasi," ucap hakim dengan suara tegas dan penuh pertimbangan.
Yura mengangguk lemah, seraya memandang sayu seorang Damian. Suasana di ruang sidang terasa begitu berat, tekanan emosional yang dialami Yura tampak jelas. Dia merasa seperti berada di sebuah teater tragis di mana dia adalah aktor utama yang tidak pernah menginginkan peran ini.
Saat berjalan meninggalkan ruang sidang, langkahnya terasa sangat