"Jika Dony bisa bersenang-senang dengan wanita lain, mengapa aku tidak bisa? Aku juga ingin melakukannya dengan Anda, membalas pengkhianatan Dony." "Cari saja lelaki lain!" Damian menepis kasar tangan Yura, membuat tubuhnya oleng. "Ish, kamu kasar sekali." Yura terpaksa menikah dengan Dony karena desakan dari ibu angkatnya, Serly. Serly bahkan mengancam akan membahayakan nyawa ayah Yura jika ia tidak segera melepas kesuciannya. Karena Yura sadar bahwa Dony tidak mencintainya, ia memutuskan untuk mencari bantuan Damian, kakak Dony. Karena takut kehilangan, Damian berusaha menjerat Yura untuk menjadi sekretaris pribadinya. Namun, semua itu tidaklah mudah. Keputusan ini membawa Yura pada konsekuensi berat, di mana ia harus menghadapi sikap dingin dan penuh amarah dari Damian yang merasa dipermainkan. Selain itu, Yura juga harus menghadapi Dony yang tak cinta dan berselingkuh di depannya. Yura terus berjuang menghadapi berbagai rintangan yang datang meski semua itu sangatlah sulit.
View More"Setelah selesai acara pernikahan, segera rayu Tuan Dony untuk melakukan kewajibannya. Jika kamu tak mau melakukannya, Ayahmu yang sedang koma itu ...."
"Jangan! Tolong jangan hentikan pengobatan Ayah. Aku akan melakukan apapun yang kamu suruh," ucap Yura terbata.
"Anak pintar!" puji Madam Serly dengan seringainya.
Kini, Yura terperangkap dalam kehidupan menyedihkan. Dia harus melaksanakan perintah Madam Serly, jika ingin ayahnya bangun dari koma. Entah motif apa yang dimiliki Serly sehingga membuat Yura sebagai bonekanya.
Pertama, Yura harus menikah dengan Dony Baskoro. Anak kedua Baskoro, keluarga konglomerat di kota Jakarta. Yura yang sebenarnya bernama Yuna Anjela diperkenalkan dengan nama Yura, Yura putriana. Anak ketiga dari keluarga Raharjo, yang tak lain suami Serly.
Kedua, Serly meminta Yura tidur dengan Dony setelah malam pernikahan sebagai bukti diterima oleh keluarga Baskoro. Apakah mungkin?
Pernikahan ini hanyalah sebagai jembatan pemersatu dari kedua belah pihak dalam hal bisnis yang saling menguntungkan.
'Bagaimana ini?' gumam Yura dalam hati, merasa bimbang dan tidak tahu harus berbuat apa. 'Aku harus melakukannya demi Ayah, tapi aku tahu Dony tidak akan mau tidur denganku. Pernikahan kami hanya berdasarkan perjanjian, bukan karena cinta yang tulus.'
"Benarkah cinta bisa tumbuh setelah pernikahan? Atau apakah ini hanya keputusan gegabah yang harus aku terima?"
Dalam kebimbangan itu, Yura mulai ragu mengenai pernikahannya. Dan pertanyaan besar mulai mengepung hidupnya. Akankah Yura sanggup menjalani kehidupan rumah tangga bersama Dony, hanya berbekal perjanjian dan tanpa adanya cinta? Atau mungkinkah kami bisa menemukan arti cinta sejati dalam menjalani hidup berdua?
Setelah acara pernikahan.
Yura menghela nafas berat, mencoba mengumpulkan sisa-sisa semangat dan kekuatan di dalam diri, kakinya yang lemas terpaksa diseret untuk melangkah pasti, menuju kediaman Dony.
Rumah besar pemberian kakek Luhan sebagai hadiah pernikahan Dony dan Yura itu terlihat sangat sepi tak berpenghuni. Tak ada pembantu ataupun bodyguard karena Dony berencana pindah besok. Malam ini, Yura harus tinggal di sini atas perintah Dony dan dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan perintah madam Serly.
Langkah Yura membeku sejenak saat matanya tertuju pada sosok pria yang duduk tenang di ruang tamu, memacu degup jantungnya seakan akan meledak, terperangkap antara ketakutan dan kegugupan. Dengan gerakan yang hampir tak terdengar, ia melangkah mendekat. Kegelapan hanya diterangi cahaya rembulan yang menembus jendela, memberikan suasana misterius dalam ruang tersebut.
Dony, dengan punggungnya yang lebar tampak dari belakang, membangkitkan imajinasi liar dalam benak Yura. Bayangan tentang kekuatan yang bisa memeluknya erat, membuat napasnya tercekat, seolah-olah tiap helaan napas menyimpan janji-janji manis dan penuh cinta.
'Tidak Yura, apa yang kamu bayangkan? Kamu sungguh naif. Sekarang lakukan misi dari Madam Serly, maka Ayahmu akan selamat. Nyawa Ayahmu tergantung padamu,' batin Yura menguatkan niatnya.
Yura dengan hati yang berdebar melangkah ke belakang Dony, lalu dengan perlahan ia melepaskan mantel yang membungkusnya. Tersingkaplah gaun spaghetti straps yang dipakai untuk pernikahan mereka tadi, memperlihatkan siluet tubuh yang sempurna. Gaun itu sangat pas di tubuhnya, dengan tali penyangga yang nyaris tak terlihat dan panjang sampai mata kaki. Namun, terdapat belahan yang tinggi pada bagian paha, menambahkan kesan elegan yang tak terbantahkan. Yura tampak mempesona, hampir seperti perwujudan dewi yang tak bisa Dony abaikan.
Tanpa aba-aba, Yura segera mendekatkan diri pada Dony, memberikan pelukan hangat yang penuh kejutan. Memberi ciuman mesra dengan duduk di atasnya. Dony, yang terkejut beberapa detik, akhirnya membalas pelukan Yura dengan penuh kehangatan. Keduanya saling berbagi keintiman dengan tatapan penuh perasaan, membaringkan diri di sofa.
"Apa kamu begitu menginginkannya, Adik ipar?"
'Adik ipar? Ini bukan suara Dony.’
Yura membuka mata dan terkejut menangkap bayangan siluet wajah asing di depannya. Segera dinyalakan lampu dan … Yura terkejut bukan main saat lelaki yang baru saja dicium adalah lelaki yang bukan Dony.
"Anda? Mengapa Anda di kediaman Dony?" tanya Yura tak terima saat melihat Damian, kakak Dony.
"Aku datang untuk membicarakan projects yang diminta Dony."
Yura merasa malu setengah mati, segera menyilangkan tangan di dada untuk menutupi tubuhnya yang memakai dress terbuka. Damian melirik sekilas, mengambil mantelnya di pinggiran sofa, memberikan pada Yura. "Pakai ini!"
"Tidak perlu!" tolak Yura kasar hingga mantel terjatuh.
"Kasar sekali! Padahal baru saja kamu menciumku penuh damba."
Yura melotot tajam, "Maaf, aku mengira Anda adalah Dony, Suamiku."
"Benarkah?"
"Tentu saja."
Damian terkekeh geli, memandang lebih dekat dan mengikis jarak mereka. "Apakah kamu sangat mencintai Dony?"
Yura mengangguk mantap, membuat Damian tertawa lebar.
"Apa kamu pikir Dony juga mencintaimu, Adik ipar?"
"Kami mengenal satu sama lain sejak kecil dan saling mencintai. Jika tidak, mana mungkin kami menikah?"
"Benar juga." Damian kembali mendekatkan diri. "Em, bagaimana jika aku memperlihatkan watak asli Dony padamu?"
Tanpa menunggu persetujuan, Damian menarik tangan Yura dan membawanya menuju suatu tempat. Di sana, Damian dan Yura dapat menyaksikan adegan tak sepatutnya dari Dony bersama seorang wanita. Yura tahu betul siapa wanita tersebut.
"Sindy?"
Meski tidak mencintai Dony, melihat dia bersama wanita lain di malam pernikahan, membuat Yura merasa sakit dan kecewa. Seharusnya Dony bisa menolak pernikahan ini sehingga tak ada yang tersakiti. Mengapa harus menerimanya?
"Kamu sudah melihatnya? Bagaimana perasaanmu, Adik ipar?"
Yura tersenyum, menutupi rasa sakitnya. "Dony hanya bermain-main, tak seharusnya aku mencurigai dirinya."
Melihat tanggapan Yura, Damian tersenyum smirk. 'Bagaimana bisa? Dia sama sekali tidak cemburu.'
"Kamu terlalu bodoh sebagai wanita. Melihat lelaki yang baru saja berstatus suami-mu berselingkuh, kamu masih saja mau bersamanya."
"Aku tak punya pilihan, Tuan Damian."
Yura segera berbalik, berjalan cepat meninggalkan tempat. Malam ini, harapannya untuk bersama Dony telah sirna. Madam Serly bisa saja menghentikan pengobatan ayahnya, kapanpun dia mau.
'Sekarang aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin tidur dengan Dony.'
"Kenapa kamu memilih pergi, bukannya melabrak mereka?" tanya Damian dengan nafas memburu. Kentara sekali jika dia habis berlari.
Yura memperhatikan detail seorang lelaki di depannya. Menilai Damian apakah pantas tidur bersamanya? Sorot mata tajam penuh intimidasi, senyum penuh arti dengan rahang tegas, terpancar jelas aura dominan. Tubuhnya yang kekar dan berotot, membayangkan saja sudah membuat Yura bergidik ngeri.
'Tidak tidak, aku tak mungkin memberikan mahkota berhargaku pada lelaki ini.' Yura menggeleng dan kembali berbalik, tak menghiraukan Damian yang bingung atas sikap Yura.
Sesaat kemudian
Yura berubah pikiran, berbalik, mendekatkan diri dan mengalungkan kedua tangan mulusnya pada leher Damian. "Tuan Damian, jika suamiku bisa bersenang-senang dengan wanita lain, mengapa aku tidak bisa? Aku juga ingin melakukannya denganmu, membalas pengkhianatan Dony."
Ya, pada akhirnya, Yura memilih Damian.
"Cari saja lelaki lain."
“Apa? Kamu menolakku?”
Tiba-tiba
Mmph
Apa yang terjadi?
"Sudah malam. Aku harus pergi," ucap Andy saat menyadari dirinya terlalu lama bersama Jenny.Andy segera berjalan dan berdiri di ambang pintu, mengucapkan selamat malam kepada Jenny. Namun, Jenny berusaha menghentikan langkah Andy, Jenny berkata dengan alasan baru untuk menahannya. "Andy, kamu belum mencicipi kue yang baru kubuat," ujarnya sambil menyodorkan piring berisi kue. Mata Jenny memancarkan harap, membuat Andy ragu untuk beranjak."Tapi aku sudah makan sandwich buatanmu, kan?" Andy mencoba menolak sekali lagi, "Jenny, aku benar-benar harus pulang. Sudah malam," katanya dengan nada yang lebih tegas. Jenny cepat-cepat membalas, "Tapi cuacanya buruk di luar, tunggu hujan reda." Dia menunjuk ke jendela dimana tetesan hujan mulai terlihat. Wajahnya memelas, dan suaranya terdengar khawatir.'Yang benar saja. Aku telah terjebak dalam permainan yang aku buat sendiri,' keluh Andy dalam hatinya.Ketakutan mulai menyelimuti Andy, dia merasa tertekan. Dengan langkah gugup, dia meraih pon
Andy berdiri tegap, melindungi Jenny, "Jadi kamu yang menculiknya, Jarco?""Kenapa kamu ingin melepaskannya, hah?""Ini antara Tuan Damian dan kamu, Jarco. Lepaskan dia. Dia tidak tahu apa apa."Jarco menggeram, namun tatapan tegas Andy membuatnya ragu. "Benarkah demikian? Dia adalah calon istri Damian. Dia tentu tahu sesuatu dan aku akan membuatnya sebagai umpan!""Kamu tenang saja. Aku akan membicarakannya pada Damian."Setelah beberapa detik yang tegang, Jarco akhirnya mengalah dan melepaskan ikatan Jenny. Mereka berdua bergegas keluar dari gudang, merasakan udara bebas yang belum pernah sebegitu berharganya."Terima kasih, Andy, kamu sudah menolongku," ucap Jenny dengan suara bergetar, mata berkaca-kaca, saat mereka bersama di dalam mobil. Dengan kelembutan yang jarang ditunjukkan, Andy merespons, "Biarkan aku selalu melindungi Anda, kali ini."Jenny mencoba menahan senyumannya yang malu-malu, tetapi pipinya bersemu merah, campuran dari rasa canggung dan bahagia. Sesuatu dalam tat
"Benarkah? Hati-hati, nyawamu itu hanya satu! Jangan pernah lagi menempatkan dirimu dalam bahaya, janjikan itu padaku," Yura berbicara dengan nada mendesak, seolah-olah kata-katanya adalah kalimat terakhir yang ingin dia sampaikan.Damian mengangguk, memahami betapa pentingnya peringatan Yura, dan dengan penuh rasa terima kasih, ia memeluk Yura. Hangatnya opelukan itu menyimbolkan sebuah janji tulus; sebuah janji untuk selalu menjaga keselamatan bersama. "Terima kasih sudah sangat peduli padaku, Sayang." Suara Damian bergetar, mencerminkan campuran emosi kesyukuran dan relief yang mendalam.Tiba-tibaCacing di perut Yura meronta ronta, menabuh gendang hingga timbullah suara nyaring dari dalam sana. Yura mencoba menyembunyikan rasa malunya dengan tertunduk, sementara Damian yang duduk di sebelahnya, menatapnya dengan pandangan yang penuh pengertian.Dalam ruangan yang hening itu, suara perut Yura terdengar sangat jelas, membuat pipinya memerah. Damian yang menyadari keadaan itu, tersen
Damian mengikis jarak dengan Luhan dan berkata, "aku tanya sekali lagi, di mana surat perceraian itu?" tanya Damian dengan nada suara yang bergetar, mencoba menahan emosi yang meluap-luap.Kakek Luhan hanya tersenyum tipis, seraya mengambil satu biji cerutu dan menyesapnya setelah pengawal menyulutnya. "Aku rasa aku belum siap untuk memberikannya padamu, Damian. Masih banyak hal yang perlu kita bicarakan."Damian merasa darahnya seketika mendidih mendengar jawaban itu. Ia telah dipermainkan, dibohongi oleh orang yang seharusnya bisa dipercaya. "Pak Tua, aku sudah sangat sabar. Jangan uji kesabaran saya lebih jauh," ucap Damian, mengepalkan tangannya semakin kuat.Kakek Luhan membuang kasar nikotin itu dan menginjaknya hingga hancur, lalu menatap Damian dengan tatapan tajam. "Damian, kamu harus belajar satu hal, sabar itu memang perlu. Dan terkadang, untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan, kamu harus menunggu dengan cara yang benar.""Cara yang benar katamu?" Damian menghela napas be
"Malang sekali nasibmu. Di saat kamu begitu bergairah pada Damian, dia tak menolehmu."Jarco membuka mulut Jenny, ingin mendengarkan jawabannya. "Tidak, Damian pasti akan menolongku," jawabnya terengah engah.'Bahkan dengan kejam dia memintaku untuk menyiksamu seperti ini,' batin Jarco. "Baiklah, terserah penilainmu. Ini baru permulaan, Sayang. Akan ku buat kamu menderita.""Akankah Jenny dilepaskan oleh Damian? Atau ada seseorang yang menolongnya?"Acara pernikahan "Ada apa, Kakek? Aku yang menikah, tapi mengapa kamu yang khawatir setengah mati?"Wajah Damian memancarkan senyum kemenangan saat dia mendekati Kakek Luhan yang terlihat gelisah. Kakek Luhan duduk di kursi pojok ruangan, tangan kanannya mencengkeram tangan kiri yang bergetar, mata tua itu menatap hampa ke arah pintu yang tidak juga dibuka oleh Jenny."Kakek, sepertinya rencana anda untuk menghentikan saya tidak berhasil," ujar Damian dengan nada mengejek, berdiri tegak di hadapan Kakek Luhan. "Mungkin Anda terkejut karen
Perusahaan Damian.Damian melangkah dengan gagah menuju ruang ganti yang sudah disiapkan oleh Andi di dalam perusahaan. Dengan sigap, dia mengenakan tuxedo hitam yang telah dipilihkan, memeluk sempurna pada setiap lekuk ototnya. Setiap kancing yang dikaitkan semakin menambah kesan aristokrat yang elegan. Rambutnya yang biasanya acak-acakan, kini disisir rapi dan diberi gel untuk memberikan kesan klimis yang memperjelas definisi rahangnya yang tegas.Cermin di depan Damian memantulkan sosok yang berbeda, seorang pria yang siap menghadapi hari besar dalam hidupnya dengan penuh percaya diri. Setelah memastikan penampilannya sempurna, Damian mengambil napas dalam-dalam, menyesuaikan dasi kupu-kupunya, dan dengan langkah pasti, dia berjalan keluar perusahaan disertai Andy di sampingnya.Di saat Damian hendak masuk mobil, tiba tiba saja diurungkannya."Ada apa Tuan?" tanya Andy ragu.Damian menggeleng pelan, dia merasakan ada yang tak beres, menunduk dan melihat jika ada cairan yang mengucu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments