"Jangan coba-coba main-main dengan saya. Saya tidak akan segan-segan menghancurkan kamu jika itu perlu," desis Damian dengan nada mengancam.
Luhan mengangkat dagunya, tidak gentar. "Lakukan saja, Damian. Tapi ingat, tanpa bukti konkret, segala tuduhanmu akan kembali padamu."
Kedua pria itu berdiri dalam diam yang mencekam, mata mereka saling bertaut dalam pertarungan batin yang intens. Ruangan itu seakan dipenuhi dengan ketegangan yang bisa dipotong dengan pisau. Setiap kata yang terucap semakin memperdalam jurang pemisah di antara mereka.
Merasa jika pertemuan ini tak menghasilkan, Damian memutuskan untuk pergi. Saat ini ada suatu tempat yang selalu Damian pikirkan.
Di manakah tempat itu?
Mobil melaju kencang menuju sebuah toko bunga. Damian segera masuk toko dan mengatakan keinginannya kepada pemilik toko yang ramah. "Aku mau buket mawar merah yang bagus."
"Mawar merah untuk siapa, Nak?" tanya si pemilik sambil tersenyum. Damian hanya tersenyum malu, "Untuk seseorang yang spesial,"