Tiba di kediaman keluarga Damar, mobil yang membawa mereka berhenti.
Aidan langsung turun dari mobil, dan sigap membantu untuk membawakan barang-barang milik sang bos dan juga putrinya.
Sementara di ambang pintu, Bu Mustika dan sang suami sudah menunggu kedatangan mereka semua.
Wanita baya itu tersenyum, dan langsung memeluk cucu semata wayangnya.
“Ya ampun, Cucu Eyang!” Bu Mustika menciumi seluruh sisi wajah sang cucu yang begitu dirindukannya itu.
Sementara itu, Kinanti masih s etia berdiri di samping Damar. Pria itu sejak tadi terus menggenggam jemarinya. Bahkan tak sungkan, pria tampan itu mencium punggung tangan Kinanti.
“Ekhem!” Pak Agung Soemitro—ayah Damar berdehem keras. Tujuannya jelas menyindir putranya yang sejak tadi bucin tidak ingat tempat dan waktu.
Dan yang disindir jelas tidak peka sama sekali. Damar tetap menggenggam jemarinya.
Sedangkan Kinanti tersenyum canggung. Menyadari jika sejak tadi dirinya menjadi pusat perhatian.
Maka perempuan cantik itu pun berusaha untu