Dikontrak Cinta Dosen Duda

Dikontrak Cinta Dosen Duda

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-30
Oleh:  RaynashaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
42Bab
581Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Raden Damar Soemitro, duda beranak satu, dipaksa orangtuanya menikah kembali. Dia bahkan dijodohkan dengan adik mendiang istrinya. Frustrasi, ia menawarkan kerjasama pura-pura pacaran pada mahasiswinya, Kinanti, yang kebetulan ingin pamer pada mantannya. Meski awalnya kaget, Kinanti setuju dengan kontrak enam bulan itu. Lantas, bagaimana kisah keduanya? Telebih, cinta perlahan tumbuh di tengah masa kontrak tanpa mereka sadari....

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Chapter 1 : Desakan Untuk Menikahi

“Kapan sih, kamu mau menikah?!” pertanyaan itu sekonyong-konyong datang, saat seorang pria berusia tiga puluh empat tahun, baru saja menginjakkan kaki ke dalam rumah.

Damar yang terlihat sudah lelah setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, dan ingin segera bertemu dengan putri kecilnya. Malah disambut dengan sebuah pertanyaan—yang bahkan ia sendiri sudah terlalu muak untuk menjawabnya. 

Pria itu bergeming menatap sang ibu. Tidak ada niatan untuk membalas pertanyaan itu, karena ia sudah tahu jika hal itu tidak akan berakhir dengan satu pertanyaan jika dia menjawabnya. 

“Damar …!” Bu Mustika menatap putranya lurus. “Kamu dengar Ibu nggak, sih?!” tanyanya dengan nada frustasi. 

“Dengar Bu,” jawab Damar pelan mengalah. Kemudian ia duduk di salah satu sofa single di seberang sisi sang ibu berdiri, sambil melonggarkan dasinya dan melepas kancing lengannya serta menggulung lengan bajunya itu hingga ke siku. 

“Ya terus kapan?” Bu Mustika ikut mengambil duduk, di sofa panjang dekat dengan tempat duduk Damar. “Kapan kamu nikah, Damar?” tanyanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesak. 

Menghela napas pelan, Damar menatap ibunya. “Aku kan sudah menikah, Bu? Apa Ibu lupa, kalau aku sudah punya istri?”

“Damar …” Bu Mustika tidak bisa berkata-kata, dia tidak menyangka dengan apa yang dipikirkan oleh anak semata wayangnya itu.

“Bu, aku sudah bukan anak kecil lagi! Aku cuma mau hidup bersama anakku. Aku nggak perlu untuk menikah lagi, karena aku sudah merasa cukup!” Damar mencoba meredam suaranya yang hampir meninggi.

Kini giliran sang ibu yang menghela napas. Rasanya sudah lelah sekali, menyuruh putranya itu untuk menikah. Entah apa yang membuat anaknya itu sulit untuk membuka hati bagi wanita lain. 

Damar menyentuh punggung tangan sang ibu. “Sudah ya? Ibu nggak perlu khawatir lagi. Aku sudah bisa urus diri aku sendiri dan anak aku.”

“Kamu benar-benar keras kepala, Damar!” teriak Bu Mustika kesal.

“Bu—,” Damar mencoba menenangkan sang ibu.

“Ibu dan Bapakmu itu sudah tua, Damar. Setiap hari kami selalu memikirkan nasibmu dan juga anakmu. Bagaimana kalau kami sudah nggak ada, siapa yang bakal merawat kamu? Merawat anak kamu?!” ungkap Bu Mustika dengan sepenuh hati.

Damar terdiam, inginnya mengumpat tapi ia tahan. Sudah lelah bekerja seharian penuh, dan masih harus menghadapi ibunya yang lagi-lagi menanyakan hal yang sama—berulang kali. 

“Sudah lima tahun berlalu, dan kamu masih betah menyendiri. Apa kamu tidak iri dengan teman-teman kamu?! Mereka semua sudah memiliki pasangan. Sedangkan kamu?”

Damar kembali menghembuskan napas kasar. “Aku juga sudah punya pasangan Bu!” sanggah Damar, yang membuat Bu Mustika menatap nanar ke arah sang anak.

“Astaga,” Bu Mustika menunduk. Kepalanya mendadak pening sekali. “Ini sudah lima tahun Damar. Kamu nggak seharusnya terus menerus berkabung. Istrimu juga di sana pasti akan mengerti, kalau kamu butuh seorang pendamping!”

“Ibu!” pekik Damar yang tidak suka dengan ucapan sang ibu.

“Kenapa? Yang Ibu katakan itu memang benar!” tantang Bu Mustika untuk menyadarkan anaknya.

“Damar lelah, Bu!” ucap Damar berusaha mengakhiri perdebatan itu.

“Ibu jauh lebih lelah, Damar. Apa kamu nggak memikirkan orang tua dan anak kamu? Mau sampai kapan kamu begini terus, Damar?” tanya Bu Mustika dengan suara tercekat.

Damar mengusap wajahnya menggunakan tangan kanannya. Rasa lelahnya kini bertambah menjadi dua kali lipat. 

“Damar …,” Bu Mustika memegang lengan putranya. “Kalau kamu memang nggak mau melakukan ini demi Ibu, maka lakukanlah demi anakmu!”

“Bu, kami baik-baik saja. Hidup kami juga berjalan seperti biasanya. Ibu nggak perlu mengkhawatirkan apapun lagi, sekalipun aku memutuskan untuk tidak menikah lagi!” jawab Damar tegas, seakan tidak ada yang bisa merubah keputusannya.

“Tapi—”

“Sudah ya Bu, Damar ke kamar dulu!”

Pria itu memilih untuk beranjak dari duduknya, dan meninggalkan sang ibu. Ia tidak ingin terus menerus memperdebatkan hal yang sama dengan ibunya. 

***

Di dalam kamarnya, Damar duduk di tepi ranjang. Ia menatap ranjang berukuran king size itu dengan nanar. Rasanya memang kosong dan hampa. 

Hidupnya kini hanya ia pusatkan kepada putrinya saja. Damar merasa tidak ada salahnya hidup menduda, selama tidak merugikan orang lain. 

Lagi pula, pintu hati Damar sudah tertutup untuk wanita manapun. Ia tidak ingin menyakiti hati perempuan lain, dengan masih menyimpan perasaan untuk mendiang sang istri. 

Pria itu mengambil sebuah bingkai foto yang ada di atas nakas. Foto itu adalah, foto pertama yang ia ambil bersama mendiang istrinya. Saat itu mereka baru saja meresmikan hubungan mereka. 

Damar mengusap gambar wanita yang sedang tersenyum cantik ke arah kamera. Dengan senyum getir, Damar menatap ke arah mata yang terlihat penuh cinta itu.

“Aku nggak harus nikah lagi kan, Sayang?” gumamnya lirih. “Aku cuma mau sehidup semati sama kamu. Anak kita juga baik-baik saja selama ini.”

“Kenapa semua orang menyuruhku untuk menikah? Nggak ada yang salah kan, kalau aku tetap seperti ini, sampai Tuhan menakdirkan kita untuk bertemu lagi? Iya kan, Sayang?”

Mata Damar mulai berkabut. Ada gejolak yang membuatnya semakin mendekap erat bingkai foto itu. 

“Apa kamu nggak bisa balik lagi ke sini, Sayang? Temani aku dan anak kita. Kami sangat merindukan kamu. Terutama aku.”

Begitulah seorang Raden Damar Soemitro, yang selalu mengagungkan cintanya hanya untuk mendiang sang istri. 

***

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
42 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status