author-banner
Raynasha
Raynasha
Author

Novels by Raynasha

Dikontrak Cinta Dosen Duda

Dikontrak Cinta Dosen Duda

Raden Damar Soemitro, duda beranak satu, dipaksa orangtuanya menikah kembali. Dia bahkan dijodohkan dengan adik mendiang istrinya. Frustrasi, ia menawarkan kerjasama pura-pura pacaran pada mahasiswinya, Kinanti, yang kebetulan ingin pamer pada mantannya. Meski awalnya kaget, Kinanti setuju dengan kontrak enam bulan itu. Lantas, bagaimana kisah keduanya? Telebih, cinta perlahan tumbuh di tengah masa kontrak tanpa mereka sadari....
Read
Chapter: 51. Chapter 51
Sepanjang perjalanan pulang, Kinanti terus menangis. Hal itu tentu saja membuat Aidan panik. Bagaimana tidak panik? Ia diberi mandat oleh bos nya untuk menjaga si calon istri. Sementara sejak tadi, perempuan itu tidak berhenti menangis. Aidan sendiri tidak tahu, apa penyebab Kinanti menangis sejak tadi. “Ibu—nggak apa-apa?” tanya Aidan hati-hati. Kinanti menyeka air matanya, kemudian ia mengelap cairan yang ada di hidungnya. “Bu, kalau ada yang sakit bilang sama saya, nanti kita ke rumah sakit,” kata Aidan lagi. Tapi Kinanti hanya menggeleng pelan. Sambil terus terisak. Sementara di kursi kemudi, Aidan sudah semakin panik. Masalahnya ini taruhannya adalah nyawanya dan juga masa depannya. “Ibu—butuh sesuatu?” tanya Aidan lagi. “Enggak, Pak,” jawab Kinanti dengan suara serak. “Dan tolong, jangan panggil saya begitu. Kayak biasanya aja, saya belum setua itu.”Aidan meringis. “Kalau untuk yang itu—saya tidak berani, Bu,” ujarnya. Kening Kinanti berkerut samar. “Kenapa?” tanyanya
Last Updated: 2025-06-19
Chapter: 50. Chapter 50
Kinanti mengerjap lambat, otaknya berusaha untuk mencerna apa yang baru saja Damar ucapkan. Menunggu pria itu? Memangnya Damar mau ke mana? Dan kenapa pula Kinanti harus menunggunya? “Ini sarapan kamu,” kata Damar pelan. Dan Kinanti sedikit terkesiap, saat Damar menyodorkan tas kain dengan merk kedai kopi ternama. Perempuan itu tersenyum tipis. “Terimakasih,” ujarnya. Damar tersenyum, kemudian ia kembali melihat putrinya yang sedang asyik menonton video game di tablet miliknya. “Dimakan dulu, Kinan,” kata Damar, saat melihat Kinanti yang tak kunjung menyantap sarapannya. Kinanti hanya tersenyum tipis. “Nanti saja,” jawabnya. Kemudian Aidan datang menghampiri. “Pak, sudah waktunya check-in.”Damar menoleh kepada sang putri, ia mengusap lembut belakang kepala gadis cilik itu. “Ayo, Sayang? Sudah waktunya kita masuk ke dalam,” ujar pria itu lembut. Gadis cilik dengan lesung pipi itu hanya mengangguk kecil. Pandangannya tertuju pada Kinanti yang masih berdiam diri menatapnya.
Last Updated: 2025-06-18
Chapter: 49. Chapter 49
Sudah beberapa hari Kinanti berusaha untuk menghindari Damar. Sebisa mungkin untuk mengurangi interaksi dengan pria itu. Dan setahu Kinanti, hari ini adalah hari di mana pria itu beserta anaknya, akan bertandang ke Inggris. Tempat kelahiran mendiang sang istri. Kinanti mendesah pelan. “Nggak heran, kalau dia cinta mati sama mendiang istrinya. Beliau emang layak untuk dicintai,” gumamnya. Mengingat hal itu, membuat dada Kinanti kian sesak. Padahal ia sudah berusaha untuk tidak banyak berinteraksi dengan Damar, ya karena perasaannya ini. Tapi sialnya, hatinya memang tidak bisa diajak kerjasama. Lalu bagaimana nanti, jika perjanjian mereka sudah berakhir? Apa Kinanti yang menjadi satu-satunya, yang paling menyedihkan karena patah hati? “Ah, nggak tau deh, pusing!”Perempuan itu menutup laptop, dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya, dengan berkali-kali menghela napas berat. Kalau dipikir-pikir, sebetulnya Kinanti tidak butuh butuh banget, soa
Last Updated: 2025-06-17
Chapter: 48. Chapter 48
Damar menatap pria yang mungkin usianya lebih dari 20 tahun di atasnya. Tatapannya lurus, dan tetap tenang. Seolah kalimat yang baru saja diucapkan oleh pria itu, sama sekali tidak mengusiknya.Padahal jauh di lubuk hatinya, Damar benar-benar merasa terhina.Pernyataan tentang dirinya yang masih sangat mencintai mendiang sang istri, itu memang benar adanya. Tapi narasi tentang dirinya yang hanya menjadikan Kinanti sebagai pengasuh untuk anaknya, dan juga bayang-bayang dari mendiang sang istri, sangatlah menghina harga diri Damar.Sebagai seorang pria sejati, jelas Damar merasa sangat tersinggung. Tapi ia tidak mau gegabah dan mendahulukan emosinya.“Maaf, Om,” kata Damar pelan. “Saya memang duda dan memiliki satu anak. Tapi tidak pernah sedikitpun terbesit dalam benak saya untuk menjadikan Kinanti itu pengasuh anak saya.”Djiwo tersenyum remeh. “Omong kosong.”“Saya benar-benar mencintai Kinanti, Om.”Kalimat itu terlontar begitu saja, seperti tanpa beban. Dan Damar pun tidak merasa
Last Updated: 2025-06-15
Chapter: 47. Chapter 47
Kinanti mengerjapkan matanya, kemudian ia melirik ke arah pria di sampingnya yang masih fokus dengan kemudi.Dan sadar sedang diperhatikan, Damar pun menoleh menatap Kinanti. “Kenapa?” tanyanya.“Mama dan Papa saya ada di kos saya sekarang, Pak. Gimana ini?” tanya Kinanti.Hampir saja Damar tertawa saat melihat wajah Kinanti. Benar-benar sangat lucu, seperti anak kecil yang tengah mengadu kepada orang tuanya.“Apanya yang gimana? memangnya kenapa kalau mereka ada di sini?” bukan menjawab, Damar justru bertanya kepada Kinanti.KInanti mendengkus kasar. Dosennya ini bodoh atau pura-pura bodoh, sih? Kemarin waktu Dirga datang saja, kakaknya itu sudah terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Damar.Apalagi sekarang kedua orang tuanya?“Nggak usah khawatir berlebihan, Kinan. Wajar saja kalau orang tua kamu datang ke sini,” ujar Damar.Itu sih Kinanti juga tahu. Tapi kan masalahnya bukan itu!“Udah ah, males saya ngomong sama Bapak!” sungut Kinanti. “Saya pulang sendiri aja Pa
Last Updated: 2025-06-13
Chapter: 46. Chapter 46
Damar menatap lurus Kinanti. Pria itu merasa ada yang tengah disembunyikan oleh perempuan cantik itu. Tapi apa? “Saya mau ada urusan, Pak. Makanya saya minta ketemuan di tempat aja,” ujar Kinanti berkelit. “Saya bisa tunggu,” jawab Damar. Kinanti mengais sisa-sisa kesabarannya, menghadapi pria tampan di depannya. Kenapa keras kepala sekali, sih?Bukannya akan lebih mudah, jika mereka bertemu langsung di tempat? “Nggak perlu, Pak—”“Sudah, saya tidak terima penolakan. Seberapa lama apapun urusan kamu, akan saya tunggu.”Setelah mengatakan itu, Damar beranjak dari duduknya dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Kinanti, yang masih terpaku di tempat.Sementara Kinanti masih melongo, menatap kepergian sang dosen.“Kenapa nyebelin banget sih?” perempuan itu mendengkus kasar.***Damar benar-benar menepati ucapannya untuk menunggu Kinanti. Buktinya pria tampan itu kini tengah berada di depan kelas Kinanti.Banyak mahasiswa yang memperhatikannya, tapi Damar memilih untuk tidak ped
Last Updated: 2025-06-12
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status