“Mbak Elok, bisa bantu bikin roti kukus nggak?” tanya Sari sambil membawa nampan sarapan pagi ke rumah kecil. “Bu Retno lagi sakit, katanya dari tadi malam muntah terus. Dapur rumah utama sepi.”
Elok membetulkan kerudungnya yang sedikit miring sambil membuka pintu sedikit lebih lebar. Kini, pintu rumah kecil tidak pernah dikunci saat malam hari. Hari masih sangat pagi. Setelah salat subuh, Sari datang.
“Buat siapa?” tanya Elok.
“Pak Arya minta sarapan ringan. Yang anget-anget aja katanya. Tapi jangan khawatir, ini aku bawain juga buat Mbak.” Sari mengangkat nampan berisi teh manis dan bubur sumsum.
Elok menarik napas pelan. “Iya deh. Aku ke dapur sekarang.”
“Terima kasih, Mbak. Saya bantu rapihin rumah ini ya.” Sari tersenyum lalu masuk ke rumah kecil untuk beres-beres.
Elok berjalan perlahan menuju dapur rumah utama. Pagi itu sunyi, hanya suara burung yang terdengar di kejauhan. Begitu masuk ke dapur, aroma kayu manis menyambutnya saat ia mulai mengukus adonan roti yang semalam bel