Chapter: Bab 116 - Ini Pernikahan Atau Penculikan?!“Kalian benar-benar tidak mau membocorkan seperti apa gambaran dekorasinya?” tanya Nichelle pada ketiga anak kembar itu. Hari ini adalah hari pernikahan Nichelle dengan Dominic. Tentu saja, mereka sudah dipingit 3 hari sebelum hari pernikahan ini dan sekarang Nichelle sedang dalam perjalanan menuju lokasi. Karena Mybell bersikeras menjadi tim dekorasi, maka Nichelle sama sekali tidak tahu di mana dan seperti apa penampakan tempat yang akan ia gunakan untuk pernikahan. “Tidak bisa, Momma!” Mybell membuang muka sambil bersedekap, tak ingin goyah karena permintaan sang ibu yang biasanya selalu melemahkan mereka. “Mungkin sedikit saja? Indoor atau outdoor, begitu?”Mybell tersenyum licik. “Indoor dan Outdoor!”Bibir Nichelle mengerucut. “Kenapa ada dua begitu? Apa besar? Atau kurang besar sampai harus pakai jalan? Apa ini akan seperti lagu zaman dulu, Tenda Ungu?”“Hahaha! Lagu apa itu? Aku tidak tahu, Mom!”Tak ingin membahas lagu, Nichelle kembali ke pertanyaan awal. “Well, jadi, ap
Last Updated: 2025-10-23
Chapter: Bab 115 - Perpisahan“Ha! Nonsense!” sentak David tidak terima kenyataan itu. “Lagipula, tidak mungkin keluarga Giorgen akan menerima anak dari pasangan pemilik perkebunan. Dia pasti membutuhkan nama Armeyn!”Bersamaan dengan itu, Hilbert datang dengan wajah pucat pasi. “Ma, Pa! Lihat ini! Ada yang mengirimnya padaku!”“Apa lagi, Hilbert?!” David menjadi sensitif dan mudah marah. Hilbert tak berani menyerahkan ponselnya pada David. Bisa-bisa giliran benda itu yang akan dihancurkan sang ayah. Jadi, ia membaca saja apa yang ingin ditunjukkannya. “CEO Giord Group mengumumkan rencana pernikahannya! Wanita misterius itu ternyata adalah CEO sekaligus owner Delmar Co.Ltd. yang baru.”Netra David membulat seketika. Di saat ia membuang putri kandungnya, banyak orang-orang hebat memberikan segalanya pada sang putri.David jatuh terduduk di kursinya. Pandangannya kosong, tidak ingin percaya apa yang diucapkan Hilbert. “Tidak mungkin ….” Sadarlah David, Nichelle tak lagi butuh nama keluarga Armeyn yang tidak ada
Last Updated: 2025-10-23
Chapter: Bab 114 - Nichelle dan Keluarga Armeyn“Nics! Darah lebih kental daripada air! Kami ini keluarga kandungmu!”Sentakan dari Claire menyadarkan Nichelle bahwa wanita itu mulai kehabisan akal untuk membawanya pulang. Entah kenapa ia bisa menebak isi kepala semua orang di keluarga Armeyn saat ini. ‘Setelah Sarah menyebabkan banyak kerugian baik secara materi maupun moril, mereka ingin aku tampil membersihkan nama keluarga Armeyn?! Mungkin otak mereka yang perlu dibersihkan!’ keluh Nichelle dalam hati.Nichelle mendengus geli. “Bukannya itu kata-kataku? Saat dulu aku memohon agar kalian mendengarkan aku. Memihak padaku.”Wajah Claire merah padam menahan malu. Ia baru ingat itulah yang diucapkan Nichelle saat dulu David memalingkan wajah darinya. Mengusirnya dari kediaman Armeyn.“Aku tidak yakin maknanya sama. Tapi setidaknya, dulu aku sangat tulus menyayangi kalian dan tidak ingin kehilangan kalian. Bukan karena kalian menguntungkanku!”Ucapan Nichelle seolah menjadi tamparan keras bagi Claire. Anak perempuan yang mereka buan
Last Updated: 2025-10-23
Chapter: Bab 113 - Kedatangan Sang Ibu Kandung“Apa aku bisa lihat CCTV dulu, Tina?” tanya Nichelle. “Trauma juga kalau tidak tahu siapa tamu yang mencariku.”Tina mengangguk paham. Ia segera menghubungi bagian IT untuk mengirim rekaman CCTV saat ini pada Nichelle. Betapa terkejutnya Nichelle ketika melihat siapa yang datang berkunjung ke kantornya. “Buat apa dia ke sini?!” gumam Nichelle, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Bagaimana Non?” tanya Tina bersiap untuk pergi mengusir tamu itu. “Saya bilang saja Nona tidak masuk hari ini. Bagaimana?”Nichelle mengangguk. “Sepertinya itu keputusan bagus untuk saat ini.”“Oke! Kalau begitu saya infokan resepsionis dulu, Nona.”“Thanks, Tin!”Tina tersenyum lebar sebelum ia pergi. “Ya, Nona!”Namun, beberapa detik kemudian, Nichelle melompat dari kursi kerjanya dan mengejar Tina. Ia memegangi tangan Tina yang sudah menggenggam gagang telepon, lalu berkata, “Tina! Saya temui saja!”“Oh? Di ruang rapat atau di meja terbuka saja?”“Di tempat dia duduk saja.”Tina mengangguk.
Last Updated: 2025-10-22
Chapter: Bab 112 - Isi Hati Maria“Tenang saja. Daddy kalian ini sudah menyiapkan penjaga.”Dominic bergabung dalam pembicaraan mereka sambil memangku Mybell. “Kalian tenang saja.”“Penjaga?” Ketiga anak itu memiringkan kepala, tidak paham penjaga seperti apa yang dimaksud Dominic. “Apa dia ninja?” tanya Zayn penuh antusias. Komentar Helios lain lagi. “Mungkin dia tipe assassin. Pembunuh bayaran!”Dominic tergelak mendengarnya. “Aku mencarikan seorang kepala pelayan yang terbiasa menghadapi kondisi penuh ancaman. Jadi dia bisa bela diri.”Triplet itu mengangakan mulut mereka, takjub dengan sang ayah yang langsung bertindak. “Kalau begitu, Momma bisa menikah dengan tenang!” seru Mybell senang.Bahkan Dalton dan Annabel tergelak mendengar kesimpulan Mybell yang ringkas itu. “Sebaiknya kalian juga segera mandi.” Annabel mengusulkan kemudian. “Aku sudah memanggil satu asisten untuk mengurus anak-anakmu, Nichelle. Kau fokus istirahat saja.”Netra Nichelle membelalak kaget. “Asisten?! Astaga! Aku menyusahkan kalian!” “
Last Updated: 2025-10-22
Chapter: Bab 111 - Ragu Meninggalkan Perkebunan“Chef!” panggil Nichelle pelan. Nichelle dan Dominic tiba di ruang tunggu di depan pintu area bedah. Hatinya berdebar kencang, was-was dengan kondisi terkini yang mungkin terjadi. “Apa sudah ada kabar kondisi Mom dan Dad?”Thador sang koki memasang wajah muramnya sambil menggeleng. “Belum ada satu orang pun keluar dari ruangan itu, Nona Nichelle.”Mereka hanya bisa berdoa dan berharap Tuhan berbelas kasihan memberi kesempatan Nichelle untuk hidup bersama Thomas dan Maria lebih lama lagi.Menunggu hampir 2 jam dalam keputusasaan, akhirnya lampu di atas pintu area operasi redup perlahan. Tak lama kemudian, Dokter Bastiven keluar sambil melepas semua perlengkapan operasinya. “Dokter Bas!” Nichelle langsung meneriakkan nama sang Dokter. Bastiven mencari siapa yang memanggilnya dan tersenyum melihat Nichelle di sana. Namun, melihat kondisi Nichelle, Bastiven langsung bertanya, “Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau di kursi roda, Chel?” “Nichelle pingsan karena kelelahan dan stres, D
Last Updated: 2025-10-21
Chapter: Bab 160 – Rumah di Ujung Langit“Rumah bukan soal tempat, Nak, tapi hati yang mau menetap.”Elok teringat ucapan ibunya saat pertama kali datang ke LA. Los Angeles sore itu berwarna keemasan. Elok berdiri di dekat jendela, menatap taman mungil di belakang rumah. Di taman itu, beberapa bunga lavender yang baru ditanam oleh Saraswati mulai tumbuh. Kini dia mengerti. Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun hidup dalam luka, hatinya benar-benar ingin menetap.“Masih belum terbiasa sama waktu di sini?” tanya Gilang sambil menaruh dua cangkir teh di meja. Dia mendekat lalu duduk di sebelah Elok.Elok tersenyum kecil. “Jamnya beda, tapi rasanya sama. Aku tetap suka pagi dan senja,” jawabnya pelan. “Bedanya, sekarang aku enggak nunggu siapa pun lagi. Kamu sudah di sini.”Gilang menatapnya lama kemudian mengangkat tangan Elok dan mengecup punggungnya lembut. “Aku janji enggak akan pergi jauh lagi, Elok,” balas Gilang. “Setelah semua yang kita lewati, aku cuma mau kita tenang.”Di luar, Saraswati terlihat di taman bersam
Last Updated: 2025-11-03
Chapter: Bab 159 – Satu Langit, Dua Janji“Hari ini tiba.” Elok bersuara pelan. Menatap diri di cermin.Sebulan berlalu sejak pagi di penginapan Yogyakarta itu. Satu bulan yang penuh kesibukan mengurus surat-surat, jadwal disesuaikan, janji dibuat, dan doa-doa tidak pernah berhenti dipanjatkan.Dan kini, di bawah langit sore Yogyakarta yang berwarna keemasan, semua doa itu terwujud dalam satu kata yaitu pernikahan.Gedung kecil di pinggiran kota tampak sederhana, tapi dipenuhi cahaya hangat dari lampu-lampu gantung berbentuk bintang. Suara gamelan pelan berpadu dengan semilir angin sore, menenangkan hati siapa pun yang datang.Sari membantu merapikan selendang di bahu sambil tersenyum lebar.“Mbak Elok cantik banget. Aku enggak nyangka bisa lihat hari ini datang juga.”Elok mengenakan gaun berwarna gading dengan renda halus di ujung lengan. Hijab lembut yang menjuntai ke punggung. Ada getar lembut di dadanya, antara gugup dan haru yang menumpuk jadi satu.Elok menatap pantulan dirinya dan Sari di cermin. “Aku juga enggak nyan
Last Updated: 2025-11-03
Chapter: Bab 158 – Pagi yang Tenang
“Pagi banget, Mbak Elok,” sapa Ayu dari balik pintu. “Udah sarapan?”Matahari Yogyakarta baru saja menembus celah tirai. Udara masih dingin, aroma kopi dari warung depan penginapan menguar pelan. Elok di teras halaman penginapan seraya menatap jalan yang mulai ramai. Beberapa peserta seminar ada juga yang menginap di tempat tersebut sedang berolahraga ringan. Semalam Elok nyaris tidak bisa tidur. Kata-kata Gilang di Malioboro masih berputar di kepalanya. Dia tidak menyangka, setelah semua yang terjadi, perasaan itu tetap hidup di hati Gilang.Elok tersenyum kecil. “Belum. Kamu bangun cepat juga.”“Gimana, Mbak? Mas Gilang semalam...” Ayu menatapnya penuh rasa ingin tahu. “Aku lihat dari jauh, kalian kayak di dunia sendiri.”Elok menghela napas pelan. Saat mengingat itu membuat wajahnya memerah. “Dia cuma bicara. Tentang hal-hal yang belum sempat disampaikan.” Hanya itu yang ingin Elok sampaikan. Dia ingin semua menjadi kejutan.Ayu nyengir kemudian duduk di kursi rotan. “Kalau aku s
Last Updated: 2025-11-03
Chapter: Bab 157 – Di Bawah Lampu Malioboro“Apa kabarmu?” Gilang bertanya lembut pada Elok yang sejak tadi menatapnya.Malam di Malioboro seperti biasa ramai, tapi di antara keramaian itu, Elok merasa seakan dunia berhenti berputar ketika Gilang berdiri di hadapannya.Suara langkah kaki, tawa turis, dan nyanyian pengamen terasa memudar hanya menyisakan suara napas yang berusaha Elok jaga agar tidak bergetar.“Lang…”Hanya satu kata itu yang keluar dari bibir Elok. Lirih tapi cukup untuk membuat Gilang tersenyum.“Kuperhatikan sekarang kamu lebih baik. Lebih santai,” ucap Gilang pelan. Suaranya rendah dan menenangkan. “Aku nggak nyangka bakal ketemu kamu di sini. Kupikir akan ketemu di Jakarta.”Elok menunduk sebentar seraya menahan senyum yang ingin muncul. “Aku juga nggak nyangka. Dunia sekecil ini, ya?” balasnya lembut.“Atau memang Tuhan yang ngatur pertemuan kita lagi,” jawab Gilang sambil menatap sekeliling. “Yuk, duduk sebentar?”Mereka memilih bangku kosong di bawah pohon besar, di sisi jalan yang diterangi lampu kuning
Last Updated: 2025-11-03
Chapter: Bab 156 – Jejak di Kota Lama“Kereta tujuan Yogyakarta segera berangkat. Para penumpang diharapkan segera naik ke kereta.”Suara dari pengeras stasiun bergema, bercampur dengan hiruk-pikuk langkah dan roda koper. Elok menarik napas dalam menatap kereta di depannya. Jaket kremnya ditiup angin pagi, dan wajahnya terlihat lebih tenang dibanding terakhir kali di Bandung.“Bu Elok!” suara riang memanggil.Elok menoleh. Ayu berlari kecil membawa tas besar di pundak, senyumnya lebar seperti biasa. Ayu memiliki usia jauh lebih muda daripadanya. Mungkin baru lulus sekolah menengah atas. Elok hanya bersyukur bahwa gadis itu tidak sampai bunuh diri dan masih kuat menjalani hidupnya. “Elok mengangkat tangan, “Ayu! Aku kira kamu udah di dalam.”“Nggak ah, aku nungguin kamu, Bu. Katanya barengan,” jawab Ayu sambil tertawa. “Eh, keretanya sebentar lagi jalan. Yuk!”Mereka naik dan duduk berdampingan di kursi dekat jendela. Kereta mulai bergerak perlahan meninggalkan stasiun.“Ibu Elok udah sering ke Yogyakarta?” tanya Ayu samb
Last Updated: 2025-11-03
Chapter: Bab 155 – Langkah Menuju Pulang“Terima kasih, Mbak.” Elok mengucapkan terima kasih saat menerima kopi dalam kemasan gelas plastik. Kereta melaju perlahan meninggalkan Bandung. Elok menatap keluar jendela, melihat kabut tipis menyelimuti gunung di kejauhan. Dia menarik napas panjang, menggenggam gelas plastik berisi kopi hangat. Di pangkuannya, buku catatan tipis masih terbuka di halaman terakhir. [Yang menyembuhkan luka bukan waktu, tapi keberanian untuk berhenti melarikan diri.]Seminar di Bandung yang diikutinya selama dua hari memberi banyak hal yang tidak terduga. Di ruangan berukuran sedang dengan kursi-kursi plastik, dia duduk di antara perempuan-perempuan yang wajahnya menyimpan cerita berbeda. Ada yang bercerai, kehilangan, dikhianati, tapi semuanya datang dengan tujuan yang sama yaitu belajar berdamai dengan diri sendiri.Seorang pembicara yang mereka panggil mentor berkata di sesi terakhir, “memaafkan bukan berarti melupakan. Tapi berhenti memberi luka itu kuasa untuk menentukan arah hidupmu.”Elok ters
Last Updated: 2025-11-03