Sari...” panggil Elok pelan.
Beberapa jam berlalu. Ketika matahari mulai turun ke ufuk barat, Elok perlahan membuka matanya sepenuhnya. Ia merasa tubuhnya masih lemas, tapi pikirannya jauh lebih jernih dari pagi tadi.
Sari segera menghampiri. “Mbak, akhirnya bangun juga. Alhamdulillah. Mau minum dulu?”
Elok mengangguk lalu minum teh manis hangat dengan sedotan.
“Mbak, kamu demam,” ucap Sari lagi seraya meletakkan kembali gelas berisi teh manis di atas meja kecil. “Tapi tadi kamu ngomong terus dalam tidur.” Sari berkata dengan nada prihatin.
Elok mengerjap, mencoba duduk tapi tubuhnya terlalu lemah.
“Aku ngomong apa?” tanyanya lemah.
Sari ragu menjawab, tapi akhirnya berkata pelan, “Kamu nyebut nama Mas Gilang berkali-kali.”
Mendengar itu, wajah Elok langsung berubah. Dia mengalihkan pandangan lalu berusaha mengatur napas. Dia tidak berekspektasi akan mengucapkan nama itu dengan sangat jelas.
“Dan, Mas Damar tadi datang. Dia dengar Mbak ngigau.” Sari berkata lagi.
Elok kembali diam.