Suatu sore, saat Raina sedang sibuk dengan dokumen di mejanya, Lia, sekretaris senior, menghampirinya.
"Raina," kata Lia, suaranya pelan, seolah berbisik. "Saya rasa Anda perlu tahu ini."
Raina mengerutkan kening. "Ada apa, Bu Lia?"
Lia melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengar. "Ada seseorang yang sering datang kemari belakangan ini. Mencari Bapak Arjuna. Tapi dia tidak mau masuk ke dalam, hanya menunggu di lobi atau di kafe di lantai dasar."
Jantung Raina langsung berdesir. "Siapa, Bu Lia?"
Lia menatap Raina. "Dia seorang wanita. Terlihat sangat anggun, tapi matanya... matanya terlihat sangat sedih." Lia menjeda. "Dia selalu menanyakan tentang Bapak Arjuna, dan juga tentang... Nona Sinta."
Mata Raina membulat. Nona Sinta? Ia teringat Sinta, wanita yang datang bersama Bima di acara pertunangan Arjuna.
"Sinta?" Raina mengulang, bingung. "Ada hubungan apa dia dengan Nona Sinta?"
Lia menghela napas. "Saya tidak tahu pasti. Tapi dia terlihat sangat dekat dengan keluarga