Fariq sudah menyiapkan sajadah dan mukena milik Jingga ketika sang istri masuk kamar. Perempuan yang pipinya merona merah itu membuat Fariq makin suka melihatnya dan tidak sabar untuk mengecupnya.
Kamar Jingga tidak seberapa luas, hanya berukuran tiga kali empat meter. Ada dipan kayu berukuran sedang, lemari pakaian dan meja kecil. Kursi sudah di keluarkan karena membuat ruangan menjadi sempit. Mereka salat pun di sisa ruangan yang terbatas.
Dua rakaat telah dilaksanakan. Ini salat pengantin ketiga yang Fariq lakukan. Sejenak memorinya menjangkau beberapa tahun yang lewat, hanya sekedar mengingat bukan mengenang. Semua sudah berlalu dan bersama Jingga, ia ingin menatap masa depan.
Fariq berbalik, meletakkan telapak tangan di atas ubun-ubun istrinya. Melafalkan doa kemudian mengecup kening Jingga untuk pertama kalinya.
Jingga berdebar bersama wajahnya yang menghangat. Pasti pipinya sudah semerah tomat ketika menerima sentuhan pertamanya.
Mereka saling tersenyum ketika pandangan mata