“Memangnya kenapa?”
“Soal pertunangan itu…” Lana tidak tahu bagaimana cara melanjutkan kalimatnya.
“Bukankah sudah ditentukan?”
‘Bukankah sudah ditentukan? Dia bahkan memiliki template jawaban yang sama,’ batin Lana.
“Kau tidak keberatan?” tanyanya lagi dengan hati-hati.
“Apa kau menginginkannya?” Kai memiringkan tubuhnya, memusatkan perhatian sepenuhnya pada Lana yang duduk di sampingnya.
“Apa?” Lana tidak bisa menyembunyikan kegugupannya, dan jantungnya sudah berdebar-debar sangat hebat sekarang.
Lana menggigit bibir bawahnya sembari berusaha menenangkan diri.
“Kenapa kau bertanya begitu?”
“Karena kalau kau tidak setuju, pertunangan ini tidak akan pernah terjadi.”
DEG!
Hati Lana mencelos, dan dia merasakan keringat dingin membasahi telapak tangannya.
“Kau bisa menolaknya