“Ya, dia temanku. Teman lamaku,” jawab Lana.
“Ah, begitu rupanya.”
“River, kau juga bersekolah di sini?”
“Ya, kita akan menjadi lebih sering bertemu mulai sekarang,” River tersenyum, menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.
“Hm, tentu saja. Aku senang karena bertemu denganmu di sini, setidaknya aku jadi memiliki teman yang kukenal.”
Sementara Julian memandangi Lana dan River bergantian, merasa dikucilkan setelah kehadiran River. Entah bagaimana Julian merasa River telah ‘mencuri’ Lana darinya. Mereka bahkan sudah lama saling mengenal!
‘Ini bukan hal yang bagus. Haruskah aku memberitahu Kai soal ini?’ batinnya menimbang-nimbang.
***
“Jadi Lana, apa kau akan memberitahuku kenapa bisa tiba-tiba berada di sini?”
“Ceritanya sangat panjang, aku tidak tahu harus memulainya darimana.”
Mereka tengah berjalan bers
Lana berbaring telanjang di tubuh Kai, rambut tebal gadis itu berombak di sepanjang dada Kai, dan napas yang hangat meniup dada telanjang pria itu. Sungguh ajaib mereka berhasil sampai ke tempat tidur, setelah gairah membabi buta yang menguasai mereka berdua. Baju mereka berserakan di lantai sekitar ranjang.Dan setelah percintaan yang panjang itu, tetap saja Kai merasa masih menginginkan gadis ini.Lebih, dan lebih banyak lagi.“Tadi itu sangat menakjubkan,” Lana memainkan jemarinya di atas rambut tipis yang tumbuh di sekitar dada Kai.Keduanya tersenyum puas setelah berhasil melebur bersama dalam sebuah percintaan panas yang sulit dikendalikan.“Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya bagiku. Jadi aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya dengan benar. Kalau aku menyakitimu—”“Stt… aku menyukainya, sangat. Itu adalah salah satu hal yang paling tidak ingin aku lupakan seumur hidup. Jadi berhentilah
“Akhirnya kau kembali,” itu adalah Louise, Kai tahu kakaknya sedang berbicara dengannya, namun sepertinya pria itu enggan untuk menoleh, apalagi melihat ke arah Louise.“Tuan putri akan bertunangan dengan siapa kalau mempelai prianya tidak ada di sini?”Kata-kata Louise itu akhirnya mampu membuat Kai berpaling untuk menatapnya.Louise tersenyum simpul melihat wajah Kai yang menyedihkan.“Kenapa kau tidak pergi melihatnya sekarang?” ucapnya lagi.Kai tersenyum tak percaya, kalimat Louise seolah memberikan harapan besar padanya. Pria itu tidak menyia-nyiakan waktu lagi dan segera berlari ke lantai dua istana menuju kamar Lana.Sementara Louise tersenyum lebar menyaksikan semangat adiknya yang akhirnya mau kembali demi cintanya.***“Victor, katakan padaku, bagaimana cara agar aku bisa menghibur cucuku,” wajah Alastor tampak sedih.“Kau memiliki seorang anak perempuan, k
Kai mengendarai speed boat, dan melaju dengan kecepatan tinggi, lalu berhenti di tengah laut. Dia pergi dari istana di hari pertunangan Lana dan Louise. Pria itu benar-benar tidak menyia-nyiakan kesempatan saat Raja Alastor mengusirnya malam tadi. Dirinya langsung meninggalkan istana saat itu juga, dan di sinilah dia berada sekarang. Di atas speed boat, di tengah lautan luas, melarikan diri seperti pengecut.Kai memikirkan kembali tentang kedekatannya dengan Lana selama ini. Tentang bagaimana dirinya dan Lana menjadi semakin dekat setiap harinya. Bagaimana dirinya bisa menceritakan tentang mimpi dan cita-citanya pada Lana tanpa merasa takut. Dan juga, bagaimana cara Lana mengungkapkan perasaannya dan membuang kalung pemberiannya.Lana melakukannya dengan jujur, dia bahkan berani mengakui perasaannya di depan Kai saat itu. Berbeda sekali dengan Kai yang selalu bersembunyi dan menyimpan perasaannya sendiri. Dengan alasan cita-citanya selalu lebih penting dari ap
“Aku sungguh tidak salah menilaimu. Kau begitu berani mengutarakan ide dan keinginanmu di depanku. Anak muda, sudah saatnya kau bertindak agresif dan ambisius.”“Terima kasih, yang mulia.”“Tapi itu karena kau tidak pernah hidup menderita!” seru sang raja kemudian, membuat Kai terkejut dengan respons yang tiba-tiba itu.“Kau tidak pernah hidup tanpa nama besar dan kekuasaan. Jadi kau membenci kehidupan yang membuat orang lain iri. Apakah hidup selama bertahun-tahun ini masih kurang bagimu? Kenapa kau sulit sekali merasa puas dengan apa yang sudah kau miliki, dan memilih melakukan hal bodoh yang kau sendiri tidak yakin itu akan berhasil atau tidak,”“Jadi apa gunanya cita-cita dan ambisi, kalau kau tidak memiliki kedudukan dan dukungan kekuasaan di belakangmu? Kau hanya akan menyesalinya suatu hari nanti.”Raja Alastor berkata panjang lebar untuk meyakinan Kai.“Tanpa mencobany
Louise langsung beranjak dari sofa begitu mendengar keputusan sang raja. Pria itu saling melempar pandangan dengan Lana, lalu mengusap wajahnya kasar, merasa frustasi.“Kau persiapkan dirimu dengan baik, dan berlatihlah lebih keras lagi agar kelak kau benar-benar layak untuk menjadi raja di Estrela.”Setelah mengatakan itu, Raja Alastor segera pergi dari ruang tengah. Meninggalkan Lana dan Louise berdua dengan pikiran mereka masing-masing.Louise melihat Lana dengan tatapan, ‘Kita harus bagaimana sekarang?’Sementara Lana hanya bisa mengedikkan bahu, tidak tahu harus berkata apalagi sekarang. Dari awal dirinya sudah setuju bahkan sebelum kakeknya itu menyebut nama Louise. Jadi sekarang dia hanya bisa menerima semuanya tanpa protes lagi.***Lana tahu dia sudah bersikap agak kasar terhadap Kai, tapi itu juga karena dia merasa begitu defensif.“Entah bagaimana, menurutku kita tidak akan pernah bertemu lagi.
“Kenapa menatapku seperti itu? Bukan aku yang memarahimu.” Yelena bersungut jengkel mendengar respons Kai yang sama sekali tidak ramah.“Bukan urusanmu,”Kai berniat pergi, namun pertanyaan Yelena berhasil menghentikan langkahnya.“Apa kau masih akan mencintainya setelah dia mengatakan akan menjauhimu? Menurut analisaku, dia sudah benar-benar muak padamu.”“Sudah selesai bicara?”Yelena mengendikkan bahunya acuh.“Aku tidak berhak memintanya untuk memahami situasinya, situasiku. Kuakui aku memang bodoh dan sembrono sebelumnya, namun aku akan berusaha memperbaikinya. Aku tidak ingin dia berpikir cintanya bertepuk sebelah tangan.”“Setelah semua yang kau lakukan, kau sungguh berharap dia masih akan mencintaimu? Kalau aku jadi dia, aku tidak akan pernah mau melihat wajahmu lagi seumur hidup.”“Sayangnya kau bukan dia,” Kai menyeringai.&ldqu