Siang itu, kantor Hartawan Group masih sibuk.
Naya baru saja keluar dari pantry, membawa tumpukan dokumen yang harus dibagikan ke beberapa ruangan.
Langkahnya cepat—sedikit tergesa.
Saat berbelok di lorong sempit, tanpa sengaja—
Brak!
Naya menabrak seseorang.
Dokumen bertebaran di lantai.
"Aduh...!" seru Naya panik, buru-buru membungkuk.
Namun sosok pria itu juga membungkuk pada waktu bersamaan, membuat wajah mereka hanya beberapa sentimeter saja.
Dan dalam momen itu, karena keseimbangan Naya goyah, tubuhnya terdorong maju.
Ciuman kecil.
Hanya sepersekian detik. Tapi cukup untuk membuat dunia seakan berhenti berputar.
Naya membelalak.
Adrian juga membeku.
Suasana hening, sangat hening.
Sementara di ujung lorong, seseorang menyaksikan semuanya dengan mata melebar marah—Sarah.
Senyuman sinis muncul di bibirnya.
**
"Maaf! Maaf banget, Pak Adrian!" seru Naya gugup sambil buru-buru berdiri dan mundur beberapa langkah.
Adrian sendiri tampak berusaha menguasai diri. Ia berdeham pelan, kembal