Gairah Membara sang CEO Muda

Gairah Membara sang CEO Muda

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-13
Oleh:  NaLaTuOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
23Bab
135Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Penderitaan Naya seolah tak ada habisnya, bahkan ketika ia diterima sebagai karyawan magang di Darmawan Corp! Ternyata, orang yang dulu pernah ditumpahinya kopi adalah Adrian Darmawan, CEO muda dan tampan dari Darmawan Corp, terkenal dengan sikapnya yang dingin dan angkuh. Lantas, bagaimana nasib Naya? Terlebih, tanpa ia sadari, dirinya telah membangkitkan perlahan gairah membara yang tak pernah dirasakan Adrian...

Lihat lebih banyak

Bab 1

#1 Hamil

“Selamat pagi, Nona. Kami telah memeriksa hasil tes darah dan USG-nya.”

Suara dokter perempuan itu lembut, tapi kalimat yang keluar darinya bagai guntur di kepala Naya. Naya yang baru pulang dari pabrik tekstil tempat dia bekerja segera memeriksakan diri ke klinik terdekat karena ia merasa ada sesuatu yang tak beres dengan perutnya.

“Kamu… hamil satu bulan.”

Deg.

Dunia Naya runtuh seketika. Matanya membelalak, telinganya berdenging, dan seluruh tubuhnya lemas.

“A-apa?” bibirnya gemetar, suaranya lirih. “I-Itu… nggak mungkin, Dok. Aku… aku nggak pernah…”

"Maaf, Nona. Sesuai hasil dari surat ini, semua sudah jelas. Anda memang hamil satu bulan."

Ia menutup mulutnya. Ingatannya melayang. "Lisa..."

Ingatannya tertuju pada sebuah bar. Bunyi musik yang keras. Temannya, Lisa, menariknya masuk dengan paksa.

"Cuma sebentar, Nay! Ayok ih! Biar lo nggak stres mikirin dunia terus!"

Itu kata Lisa waktu itu. Tapi entah sejak kapan Lisa menghilang, dan Naya… ia tak ingat apa pun setelah minum jus jeruk yang dikasih pelayan. Dipaksa. Ya! Naya ingat persis kapan dia sadar sebelum pelayan bar itu menyodorkan minuman itu ke Naya.

Dan sekarang… dia hamil?

“Nona, melihat kondisi Nona saat ini, sepertinya, anda bisa konsultasi lebih lanjut dengan psikiater kami,” ucap dokter itu, mengira wajah pucat Naya karena depresi berat. "Anda..."

"Dok..." Naya mengangguk cepat, mengambil surat hasil pemeriksaan, "Terimakasih, Dok!" Ia lalu keluar dari ruangan. Matanya kosong, langkahnya gontai, dan hatinya hancur.

***

Naya sampai di depan sebuah apartemen. Apartemen tempatnya tinggal adalah bangunan tua yang remuk di sana-sini, dindingnya penuh coretan, dan tetangganya adalah sekumpulan orang-orang dengan nasib serupa: tertindas, miskin, dan penuh beban hidup.

Sesampainya di unit kecil yang cuma bersekat triplek, suara batuk ibunya menyambut dari dalam.

“Uhuk...uhuk... Nay… kamu udah pulang? Sini, makan dulu… Mama udah masak nasi goreng pake telur untuk kamu,” ujar ibunya, terbaring lemas di kasur kumal.

Naya tersenyum kecil, "Iya, Bu." Setelah meletakkan tasnya di atas meja dekat lemari kayu itu, ia lalu masuk ke dapur dengan mata berkaca. Dan menyembunyikan perasaannya.

Belum sempat duduk, adiknya—Rendi—pulang sekolah dan langsung menyodorkan amplop.

“Kak..."

Naya menengok, "Ya? Kenapa Ren? Kamu udah pulang? Ada apa?"

"Kak Nay, ini... ada surat dari sekolah. Mereka bilang kalau besok harus bayar uang praktek. Katanya kalau nggak bayar, aku nggak boleh ikut.”

Naya terdiam. Tangannya gemetar memegang amplop. Hatinya makin perih.

"Kak?"

"Eh, i-iya, Kakak akan bayar!" jawab Naya cepat. "Kamu udah makan? Yuk makan bareng!"

Wajah Rendi berseri mendengar jawaban Kakaknya. Dengan sigap ia mengambil piring, "Sini, biar aku aja yang ambil lauk Kakak!"

Naya tersenyum. Namun tidak hati dan pikirannya. Pikirannya kacau saat ini. Ternyata ia baru saja dipecat dari pabrik tekstil tempatnya bekerja setelah selama dua tahun dia menghabiskan waktu dan tenaganya di sana. Bangkrut katanya. Seluruh karyawan dirumahkan. Dan sejak tadi pagi, perutnya terasa sakit dan ia mual-mual terus. Setelah memeriksanya kini dia dinyatakan hamil. Ditambah berita dari adiknya. Itu semua bergumul di dalam pikiran Naya.

Malam itu, Naya keluar rumah dan duduk di tangga depan. Ia menangis dalam diam, bahunya berguncang, suara isaknya tertahan. Tangannya menggenggam erat surat dari sekolah Rendi, juga kertas hasil pemeriksaan USG-nya. Ia bingung, sangat bingung menghadapi situasi yang tengah menimpanya saat ini.

Brak!

"KELUAR!"

Tiba-tiba suara keras terdengar dari halaman apartemen. Bunyi itu berasal dari tiga pria bertubuh besar dan berjaket kulit yang datang sambil memukul-mukul setiap pintu rumah di lorong apartemen unit satu itu.

Naya kenal orang-orang itu. Lintah darat yang selalu meneror nasabahnya. Merasa bahwa Naya adalah nasabah dari ketiga preman itu, ia segera masuk ke rumah dan menguncinya rapat-rapat. Jarak antara preman itu dan unit rumahnya agak jauh karena rumah Naya berada di unit lantai tiga. Namun Naya sungguh ketakutan dan mencoba menahan diri.

"Ada apa, Kak?" tanya Rendi yang duduk di kursi belajar. Ia kaget melihat ekspresi dan tingkah Kakaknya.

"Shuutt!" desis Naya sambil menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya. Terlihat Naya begitu ketakutan dan napasnya tersengal-sengal.

Rendi mengangguk paham.

TOK-TOK-TOK!

“OI! Udah waktunya bayar utang! Mana uangnya, hah?!” terdengar suara keras dari luar unit rumah Naya. "OI!"

Tak ada jawaban dari dalam.

"Kami tau kalian ada di dalam! BUKA PINTU INI!" teriak salah satu dari mereka sambil mengetok pintu dengan keras. "BUKA!"

BRAK!

Pintu rumah itu bolong selebar 10 centimeter. Naya, Rendi dan Ibunya kaget dan tetap bersembunyi dan menahan diri.

Lalu para preman itu mencucurkan benda cair lewat bolongan itu. Dengan cepat, aliran air mengalir dari bolongan itu masuk ke dalam rumah.

Naya, Rendi dan Ibunya semakin ketakutan. Mereka berusaha menahan diri dan tidak bersuara. Jantung mereka berdetak dengan sangat kencang.

Tiba-tiba...

Sebuah api dari korek salah satu preman itu mencuri perhatian dari luar. Naya melihat api itu lewat cela pintu itu. Air matanya mengalir dengan deras namun ia mencoba menahan suara deru tangisannya.

"Lihat ini baik-baik!" ucap salah satu preman itu.

Jantung Naya semakin berdetak dengan sangat kencang. Ia begitu ketakutan kalau sampai hal yang tak dia inginkan terjadi.

Plak!

Korek dengan nyala api itu jatuh! Dan akhirnya...

Bersambung...

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
23 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status