Mama Feli mengajak Lili duduk di sofa empuk yang terletak di sudut butik dimana mereka berada, menjauh dari mama Ika, yang masih berada di butik tersebut yang begitu besar dan juga megah.
Sambil duduk, tangan lembut Mama Feli terulur mengelus punggung Lili, mencoba menyalurkan ketenangan lewat sentuhannya.
"Apa tadi itu mertua kamu?" tanya Mama Feli hati-hati, menebak dari percakapan yang tadi ia dengar.
Lili mengangguk pelan, matanya memerah. "Iya, Ma..."
Mama Feli menarik napas perlahan, seolah sedang menahan amarah yang muncul hanya dengan merasakan apa yang Lili rasakan, karena ucapan wanita paruh baya tadi.
"Apa dia selalu bicara kasar ke kamu?" tanyanya lagi, kali ini suaranya mulai bergetar.
Lili terdiam beberapa detik, lalu mengangguk lemah. "Mungkin karena aku belum bisa memberikan cucu untuknya. Aku mandul, Ma."
Pernyataan Lili itu membuat kening Mama Feli berkerut dalam. Ia tidak menyangka Lili memikul beban sebesar itu di usianya yang masih muda. Hatinya terasa perih meli
